Anda di halaman 1dari 16

BAHAN-BAHAN KIMIA LAPORAN OBSERVASI

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Teknik Laboratorium

Dosen Pengampu : Dr. Riandi, M.Si.

Biologi C Kelompok 2

Oleh: Agung Novianto Linda Tri Wulandari Nelly Wulansari Rahmi Maulidia Khairunnisa A (1201727) (1202528) (1206492) (1202536) (0907042)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul Laporan Hasil Observasi Bahan-bahan Kimia

B. Pelaksanaan Praktikum Hari, Tanggal Waktu Tempat : Selasa, 23 April 2013 : 13.30 14.20 WIB : Laboratorium Struktur Hewan Jurusan Pend. Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

C. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui bentuk, dan warna bahan kimia yang sering digunakan dalam praktikum biologi. 2. Mengetahui ciri-ciri kualitas teknis bahan kimia. 3. Mengetahui keterangan label di tiap-tiap bahan kimia. 4. Mengetahui teknik penggunaan bahan kimia 5. Mengetahui cara peletakan / penyusunan bahan kimia

D. Landasan Teori Di dalam kegiatan praktikum biologi tidak hanya digunakan bahan biologis (bahan yang berasal dari makhluk hidup) tetapi juga digunakan berbagai bahan kimia. Bahan kimia tersebut digunakan sebagai pereaksi, baik pereaksi khusus maupun pereaksi umum. Oleh karena itu guru biologi perlu memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan kimia, khususnya yang sering digunakan di dalam praktikum. Pengetahuan tentang bahan kimia yang dimiliki diantaranya dimaksudkan agar guru biologi mampu menangani bahan kimia secara baik. Dengan demikian kegiatan praktikum akan berjalan lancar dan kecelakaan karena ketidaktahuan dapat dihindarkan.

Kerusakan bahan-bahan kimia dapat disebabkan oleh: 1. Udara. Udara mengandung oksigen dan uap air. Bahan-bahan kimia yang sifatnya higroskopis harus disimpan di dalam botol yang dapat ditutup rapat. Bahan-bahan kimia semacam ini jika menyimpannya tidak benar, maka akan berair, bahkan dapat berubah menjadi larutan. 2. Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam tempat yang kering. Apalagi bahan kimia yang reaktif terhadap air. Logam-logam seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan gas H2 yang langsung terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk. Zat-zat lain yang bereaksi dengan air secara hebat, seperti asam sulfat pekat, logam halide anhidrat, oksida non logam halide harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan bebas kebocoran di waktu hujan. Kebakaran akibat zat-zat di atas tak dapat dipadamkan dengan penyiraman air. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang sifatnya gas gas, misalnya asam klorida lebih ganas lagi. Sebab bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam. 3. Panas/temperatur. Pengaruh temperatur akan menyebabkan reaksi atau perubahan kimia terjadi, dan juga mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mempunyai akibat yang serupa. Untungnya Indonesia beriklim tropis, sehingga penyebab kerusakan akibat panas tinggi dan terlalu rendah jarang terjadi di laboratorium kita. 4. Mekanik. Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari, khususnya pada bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT). 5. Sinar. Sinar, terutama sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Sebagai contoh larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan

kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat. Kristal perak nitrat juga akan rusak jika terkena sinar UV, oleh sebab itu dalam penyimpanan harus dihindarkan dari pengaruh sinar UV. 6. Api. Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersamasama pada suatu saat, dikenal dengan segitiga api. Ketiga komponen itu ialah: Adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar) Adanya panas yang cukup tinggi, yang dapat mengubah bahan baker menjadi uap yang dapat terbakar (mencapai titik bakarnya) Adanya oksigen (di udara, di sekitar kita)

Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan baker yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan api. Api inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk menghindari terjadinya kebakaran haruslah salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya. 7. Sifat bahan kimia itu sendiri. Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api. Demikian juga kalau kristal kalium permanganate ditetesi dengan gliserin.

BAB III PEMBAHASAN

A. Kemasan Bahan Kimia Pada berbagai bahan kimia terdapat perbedaan bentuk dan warna kemasan karena setiap bahan kimia memiliki sifat sifat dan karakteristik masing masing sesuai dengan komposisi dan fungsi bahan kimia tersebut. Perbedaan tersebut diperlukan untuk mempermudah kita mengambil bahan kimia yang akan digunakan ketika akan melakukan suatu percobaan.

B. Kualitas Bahan Kimia Pada etiket kemasan bahan-bahan kimia yang memiliki kemurnian sangat tinggi, yaitu bahan-bahan kimia bermutu pereaksi (reagent grade), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bahan kimia Pro Analyse (PA), Analytical Reagent (AR) atau Guaranted Reagent (GR), persen kemungkinan dan persen kotoran-kotoran yang terdapat di dalamnya harus dicantumkan. Pada etiket bahan-bahan kimia bermutu komersial atau berderajat teknis (technical grade), yaitu bahan-bahan kimia yang mempunyai tingkat derajat kemurnian yang paling rendah dan paling banyak digunakan dalam

industri skala besar, persentase kotoran-kotoran yang terkandung tidak dicantumkan. Pada etiket bahan-bahan kimia yang mempunyai kemurnian mendekati kemurnian bahan-bahan perekasi, yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai General Purpose Reagent (GPR), atau Chemical Pure (CP), kemurnian dan persentase yang teerkandung pada umumnya masih dicantumkan. Harga bahan-bahan kimia ini bernilai di antara harga bahan-bahan kimia PA dan bahanbahan kimia teknis. Beberapa simbol kemurnian lain yang mungkin tercantum pada label adalah Usp, NF, BP, atau, DAB, yang berarti : 1. USP (United State Pharmacopeia). Kemurnian bahan kimia ini disesuaikan dengan syarat farmakope di Amerika Serikat. 2. NF (Netherlands Pharmacopeia). Kemurnian bahan kimia ini disesuaikan dengan syarat farmakope di Belanda.

3. BP (British Pharmacopeia). Kemurnian bahan kimia ini disesuaikan dengan syarat farmakope di Inggris. 4. DAB (Deutches Arzenei Buch). Kemurnian bahan kimia ini disesuaikan dengan syarat farmakope di Jerman (Sumardjo).

C. Keterangan Label Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia (Globally Harmonized System of Classification and Labeling of Chemicals), disingkat GHS, adalah suatu sistem klasifikasi bahan-bahan kimia terpadu yang disepakati secara internasional untuk menggantikan standar-standar klasifikasi dan pelabelan bahan kimia yang digunakan secara berbeda-beda oleh berbagai negara. Pengembangan sistem klasifikasi global ini dimulai pada tahun 1992 oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia

No.87/M-IND/PER/9/2009 pada Bab I, pasal 1 ayat (7), Label adalah setiap keterangan mengenai bahan kimia yang berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain. Label bahan kimia di laboratorium berperan penting dalam General Laboratory Practices ( GLP ) dan Safety in Laboratory.Salah satu dari aturan Safety in laboratory adalah tidak membiarkan ada bahan kimia dalam laboratorium, baik di glassware, container, atau di tempat lainnya tanpa label. Selain harus berlabel, isi label sendiri harus memberikan cukup informasi sehingga kita bisa menggunakan bahan kimia tersebut dengan baik. Label harus memberi informasi keselamatan tambahan untuk membantu kita ketika bekerja dengan bahan tersebut. Termasuk Alat Pelindung Diri yang harus digunakan ketika menghandling bahan kimia tersebut, jenis baju yang harus digunakan, instruksi pertolongan pertama, informasi penyimpanan dan prosedur yang harus dihadapi jika terjadi kebakaran, atau tertumpah. Bahan kimia yang menerapkan sistem GHS diwajibkan untuk diberi label. Sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.87/M-IND/PER/9/2009 Bab II mengenai penerapan GHS. Label tersebut memiliki isi sebagai berikut : 1. Penanda produk / identitas produk

2. Piktogram Bahaya, Piktogram adalah informasi berbentuk gambar yang disederhanakan. Karena yang diiformasikan bahan kimia berbahaya. Maka disebut Piktogram bahan kimia. 3. Kata Sinyal. Biasanya berupa tulisan DANGER (bahaya), WARNING (peringatan) atau CAUTION (perhatian) yang dimaksudkan untuk memperingatkan jika terkandung bahan-bahan berbahaya dalam produk tersebut dan diharapkan untuk berhati-hati saat penggunaannya. 4. Pernyataan bahaya / simbol bahaya. Simbol-simbol bahaya bahan kimia berlaku universal untuk seluruh dunia dan dirancanng oleh sekelompok ahli bahan-bahan kimia berbahaya. Simbol-simbol ini digunakan oleh ILO (International Labour Organization) pada tahun 1956 untuk menarik perhatian atas resiko bahan-bahan kimia tersebut. Beberapa simbol atau lambang dapat diganti dengan satu atau dua buah huruf. Lambang huruf ini juga berlaku universal. Lambang huruf untuk beberapa bahan kimia berbahaya antara lain :

Simbol bahan kimia yang mudah meledak (eksplosive substance) disingkat dengan huruf E.

Simbol bahan kimia pengoksidasi / oksidator (oxidizing substance) disingkat dengan huruf O. 1. Simbol bahan kimia mudah menyala / terbakar (flammable substance) disingkat dengan huruf F.

Simbol bahan kimia yang bersifat racun (toxic substance) disingkat dengan huruf T.

Simbol bahan kimia yang bersifat merusak / korosif (corrosive substance) disingkat dengan huruf C.

Simbol bahan kimia yang bersifat iritasi pada jaringan tubuh (irritant substance) disingkat dengan huruf Xi.

Simbol bahan kimia yang dapat menimbulkan kerusakan kecil / merugikan tubuh (harmful substance) disingkat Xn.
Gambar 2.2. Simbol berbahaya (Ilyas, 2010)

Akibat penggunaan bahan dengan simbol di atas berbagai jenis bahaya mungkin dapat terjadi antara lain : a. Keracunan, sebagai akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru, mulut dan kulit . Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang kesadaran atau gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun setelah bekerja, atau menjelang pensiun . b. Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya peradangan pada kulit, mata dan saluran pernapasan . c. Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif (peroksida dan bahan-bahan pelarut organik) . 5. Identifikasi produsen 6. Pernyataan kehati-hatian Selain harus memuat unsur-unsur tersebut, label juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Mudah terbaca 2. Jelas terlihat 3. Tidak mudah rusak 4. Tidak mudah lepas dari kemasan 5. Tidak mudah luntur karena pengaruh sinar, udara atau lainnya. Berikut adalah contoh label dan keterangan tata letak unsur-unsurnya :

2
2

1
1

Gambar 2.2. Contoh label (Chemicals, 2009)

Keterangan : 1 : Indikasi bahaya 2 : Simbol bahaya 3 : Frase resiko dan keselamatan

4 : Gambar bahaya 5 : Kata sinyal 6 : Pernyataan bahaya dan pencegahan

Penanganan pada beberapa kecelakaan akibat bahan-bahan kimia : 1. Terkena larutan asam a. Kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus b. Dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya c. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3 d. Kemudian cuci lagi dengan air e. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
2. Terkena logam natrium atau kalium a. Logam yang nempel segera diambil b. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit c. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat d. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup

dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
3. Terkena bromin a. Segera dicuci dengan larutan amonia encer b.

Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.

4. Terkena phospor a. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya b. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
5. Mata terkena percikan larutan asam a. Jika terkena percikan asam encer,

b. Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-

menerus
c. Dicuci dengan larutan 1% Na2C3 6. Mata terkena percikan larutan basa a. Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus b. Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata 7. Keracunan akibat menghirup zat kimia berbahay ; Cl2, HCl, SO2, NO2,

formaldehid, ammonia
a. Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian

pindahkan korban ke tempat yang berudara segar


b. Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan

dengan cara menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban D. Bahan Kimia Higroskopis Faktor kelembaban sangat penting di perhatikan, karena

berhubungan erat dengan pengaruhnya terhadap zat-zat higroskopis. Bahan kimia higroskopis sangat mudah menyereap uap air dari udara, juga dapat terjadi reaksi hidrasi eksotermis yang akan menimbulkan pemanasan ruangan. Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap

molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Contoh zat-zat higroskopis adalah madu, gliserin, etanol,

metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidrokida (soda kaustik) pekat. Kalsium klorida merupakan zat yang sangat higroskopis, sehingga kalsium klorida akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya. Fenomena tersebut disebut juga deliquescence. kuat Karena bahan-bahan higroskopis mereka

memiliki afinitas yang

terhadap kelembapan udara,

biasanya

disimpan di wadah tertutup. Beberapa zat higroskopis juga ditambahkan pada makanan atau bahan-bahan tertentu untuk menjaga kelembapannya. Zat-zat ini disebut humektan. Jumlah kandungan uap air diudara disebut kelembaban. Besaran ini dapat dengan baik diukur melalui perubahan tahanan pada bahan higroskopis

(bahan yang amat peka dengan air di udara). Reaksi antara air dengan sejumlah bahan higroskopis akan menghasilkan ion-ion (pembawa muatan). Sebagai contoh, fosfor pentaoksida bereaksi dengan air membentuk ion-ion asam fosfat. Jika sejumlah pembawa muatan bertambah, maka resistivitas dari bahan akan menurun. Dalam hal meningkatkan kecepatan dan sensitivitas bahan terhadap perubahan kandungan uap air, maka bahan tersebut dapat diatur. Dengan cara permukaan aktif harus sebanyak mungkin yang mengandung uap air. Pada konfigurasi ini. Nampang melintangnya kecil saja, sehingga akan menghasilkan sensitivitas yang cukup tinggi. Sifat dapat balik dari bahan higroskopis merupakan sifat penting untuk diperhatikan; berarti bila kandungan air diudara berkurang, maka sebagai respons jumlah ion-ion juga harus berkurang. Udara yang lebih kering harus cepat mencapai keseimbangan dengan bahan higroskopis yang lebih basah dan sebaliknya (Mardiyani, 2006).

Contoh zat-zat kimia yang mempunyai sifat higroskopis , yaitu : 1. Aluminium klorida 2. Asam sulfat 3. Bismut (III) klorida 4. Bismut (III) nitrat 5. Kadmium sulfat 6. Kalium sianida 7. Kalsium klorida 8. Lithium klorida 9. Zink klorida 10.Kalium klorida 11.Natrium hidroksida 12.Magnesium klorida 13.Krom (III) klorida 14.Kobal (II) klorida

E. Teknik Penggunaan Bahan Kimia Dalam menggunakan bahan kimia tentunya sebagai seorang laboran harus mengetahui terlebih dahulu aturan atau kaidah penggunaan bahan kimia. Mengetahui kaidah ini dimaksudkan supaya laboran atau pekerja dapat memahami dengan benar cara menggunakan bahan kimia sebelum bekerja dengan bahan kimia, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Adapun kaidah penggunaan bahan kimia tersebut antara lain: 1. Bacalah label nama bahan kimia dengan cermat sebelum mengambil isi dan menggunakannya, karena bila salah ambil dapat menimbulkan kecelakaan. Perhatikan symbol yang terdapat pada label bahan kimia,

apakah bersifat bahaya, beracun, iritasi, mudah meledak, atau mudah terbakar. Jika bahan kimia tersebut labelnya sudah rusak atau bahan kimia yang dikemas dengan plastik atau botol yang tidak berlabel maka harus dipastikan kebenaran bahan kimia tersebut, bisa dengan pengujian kualitatif. 2. Gunakan bahan kimia dengan jumlah sesuai petunjuk pemakaian yang terdapat pada label atau sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan, tidak kurang dan tidak lebih. Jika berlebihan dalam mengambil bahan kimia, kembalikan ke wadah/botol semula. Pemakaian bahan kimia harus tepat jenis, ukuran/dosis, dan tepat cara. Hati-hati dalam membuka botol, mengambil dan menimbang bahan kimia. Harus diingat bahwa bahan kimia yang ada di laboratorium berbahaya, maka gunakan alat pelindung diri. 3. Jangan sekali-kali mencicipi bahan kimia yang ada di laboratorium. Juga jangan menyentuh/memegang bahan kimia dengan tangan telanjang. 4. Jangan mencium bau/gas yang timbul dari bahan kimia atau hasil reaksi bahan kimia secara langsung, tetapi gunakan tangan untuk mengibasngibaskan gas kea rah hidung. 5. 6. Jika tangan atau pakaian terkena bahan kimia (contoh :asam asetat) segera cuci dengan air mengalir. Jika membersihkan larutan bahan kimia yang tumpah di atas meja kerja, jangan langsung menggunakan serbet kain, tetapi perlakukanlah dengan memperhatikan sifat bahan kimianya terlebih dahulu. Sebagai contoh untuk bahan tumpahan asam anorganik dapat digunakan absorbent NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan 1:1 kemudian dibuat bubur dengan menambahkan air secukupnya. Tuangkan absorbent pada tumpahan bahan kimia, kemudian buang limbah atau slurry ke dalam bak pembuangan air / septic tank. 7. 8. Setelah bekerja dengan bahan kimia, cuci tangan hingga bersih sebelum makan dan minum. Tutuplah kembali botol-botol bahan kimia, botol-botol reagen ataupun bahan lainnya setelah selesai digunakan.

F. Bahan Kimia yang Tidak Bisa Dicampurkan Bahan kimia yang bersifat pengoksidasi dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika kontak langsung dengan bahan lain, khususnya dengan bahan yang mudah terbkar. Karena kemampuannya bergabung dengan oksigen dan juga tidak tahan panas, maka bahan bahan tersebut bahayanya semakin tinggi pada suhu tinggi. Oleh karena itu penyimpanan bahan ini yaitu pada lemari/rak yang tidak mudah terbakar (besi, tembok) dan jauhkan dari bahan cairan yang mudah terbakar atau reduktor. 1. Bahan kimia yang bersifat mudah terbakar jangan disimpan dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif. 2. Bahan kimia bersifat radioaktif disimpan di lemari terkunci. Dapat juga disimpan di tempat yang tertutup rapat agar terhindar dari kontak dan mencegah terjadinya dispersi. 3. Bahan kimia beracun penyimpanannya dijauhkan dari bahan bahan yang mudah bereaksi 4. Bahan kimia yang bersifat korosi dipisahkan dari zat zat beracun karena mudah bereaksi

G. Metode Penyimpanan Bahan Kimia 1. Alphabetical method yaitu botol botol berisi bahan kimia disimpan berdasarkan urutan huruf secara alfabet 2. Family method yaitu botol botol berisi bahan kimia disusun berdasarkan klasifikasi sistem periodik 3. Group method yaitu botol botol berisi bahan kimia diurutkan berdasarkanurutan dalam analisis kualitatif.

H. Syarat Penyimpanan Beberapa Bahan Kimia 1. Bahan Kimia Beracun Ruang dingin dan berventilasi Jauh dari bahaya kebakaran Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi

2. Bahan Kimia Korosif Ruang dingin dan berventilasi

Wadah tertutup dan terikat Dipisahkan dari zat-zat beracun

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar Suhu dingin dan berventilasi Jauhkan dari sumber api dan bara rokok

4. Bahan Kimia Mudah Meledak Ruang dingin dan berventilasi Jauhkan dari panas dan api Hindari dari gesekan

5. Bahan Kimia Oksidator Suhu ruangan dingin dan berventilasi Jauhkan dari sumber api dan bahan yang memiliki titik api rendah Jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar atau reduktor

6. Bahan Kimia Berupa Gas Bertekanan Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat Ruang dingin, dan tidak terkena sinar matahari langsung Jauhkan dari api dan panas Jauhkan dari bahan korosif

Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut : 1. Bahan Kimia Beracun (Toxic) Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi keduanya dapat berbahaya terhadap lingkungan di sekitarnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan sejuk, sirkulasi udara baik, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan inkompatibel (tidak dapat dicampur), tidak terkena sinar matahari langsung, dan jauh dari sumber panas. 2. Bahan Kimia Korosif Beberapa jenis dari bahan mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dengan uap air. Uap air dari asam, dapat

menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan, selain itu ini beracun untuk manusia. Bahan korosif harus disimpan dalam ruangan sejuk dan sirkulasi udara baik agar dapat mencegah terjadinya pengumpulan uap.

Semua logam disekeliling tempat harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan akibat korosi. 3. Bahan Kimia Mudah Terbakar Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut : Disimpan di tempat yang cukup dingin Tempat penyimpanan mempunyai sirkulasi udara yang baik Lokasi jauh dari tempat yang rawan kebakaran Tempat penyimpanan harus terpisah dari oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya, atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan

4. Bahan Kimia Mudah Meledak Ruang penyimpanan harus kokoh, memiliki sirkulasi udara yang baik, bebas dari kelembaban, bebas dari material yang mudah terbakar, dan jauhkan dari sumber api. 5. Bahan kimia Oksidator Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat menghasilkan oksigen pada suatu reaksi walaupun keadaan tidak ada udara. Beberapa oksidator memerlukan panas untuk menghasilkan oksigen, tetapi ada pula yang menghasilkan oksigen pada suhu kamar. Tempat penyimpanan harus diusahakan tetap dingin, sirkulasi udara baik, jauh dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar, reduktor dan bahan yang memiliki titik api rendah. 6. Bahan Kimia Gas Bertekanan Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk, bebas dari matahari langsung, jauh dari sumber api, dan bersirkulasi udara baik. 7. Bahan Kimia Radioaktif Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik ini dapat akut ataupun kronis. Tempat penyimpanan bahan radioaktif harus di tempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, wadah bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan bahan tersebut harus terjaga.

Beberapa faktor terpenting yang harus diperhatikan yaitu: 1. Temperatur Terjadinya kenaikan suhu dalam ruang penyimpanan memacu terjadinya reaksi, mempercepat reaksi bahkan dapat menyebabkan terjadiya perubahan kimia. Kontrol suhu ruang penyimpanan dengan temperatur yang disyaratkan sangatlah penting. 2. Kelembaban Faktor ini sangat penting karena berhubungan erat dengan pengaruhnya terhadap zat-zat higroskopis, bahan ini sangat mudah menyerap uap air dari udar, juga dapat terjadi reaksi hidrasi eksotermis yang akan menimbulkan pemanasan ruangan. 3. Interaksi Dengan Wadah Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan wadah sampai akhirnya terjadi kebocoran. Contohnya wadah berbahan logam sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang korosif, karena akan berkarat dan merusak wadah.

4. Interaksi Antar Bahan Kimia Selama penyimpanan, bahan kimia dapat berinteraksi dengan bahan kimia lain. Interaksi tersebut selain dapat mengubah karakteristik bahan kimia yang bersangkutan dan dapat juga menimbulkan bahaya yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai