Anda di halaman 1dari 3

Tranfusi darah dapat diberikan pada keadaan khusus 1. Indikasi a. Perdarahan akut dengan gejala gangguan hemodianamik b.

Tidak memeungkinkan menggunakan EPO dan Hb < 7 g/dL c. Hb < 8 g/dL dengan gangguan hemodianamik d. Pasien dengan defisiensi besi yang akan deprogram terapi EPO ataupun yang telah mendapat EPO tetapi respon belum adekuat, sementara preparat besi IV / IM belum tersedia, dapat diberikan tranfusi darah dengan hati hati. 2. Target Target pencapaian Hb dengan tranfusi 7 9 d/dL ( tidak sama dengan target Hb pada terapi EPO. 3. Tranfusi pada calon resipien transplantasi Pada kelompok pasien yang deprogram untuk transplantasi ginjal, pemberian tranfusi darah sedapat mungkin dihindari. Catatan : - Tranfusi darah memiliki risiko penularan hepatitis virus B dan C, infeksi HIV serta potensi terjadinya reaksi tranfusi. - Tranfusi diberikan secara bertahap untuk menghindari bahaya overhidrasi, hiperkatabolik / asidosis, hiperkalemia. - Tranfusi diberikan dalam bentuk Packed Red Cell ( PRC ) yang sebelumnya telah dilakuukan skrining utnuk hepatitis B, C dan HIV. - Bukti klinis menunjukan bahwa pemberian tranfusi darah sampai Hb 10 12 g/dL; berhubungan dengan peningkatan mortalitas, tidak terbukti bermanfaat, walaupun pada pasien penyakit jantung. - Pada pasien yang diprogram untuk transplantasi ginjal, bila perlu dapat dipertimbangkan donor specific transfusion ( DST ) (PERNEFRI, 2001). Sumber : PERNEFRI. Konsensus : Manajemen Anemia Pada Pasien Gagal ginjal Kronik. Jakarta. 2001

TERAPI EPO Syarat : Status besi cukup 1. Terapi EPO Fase Koreksi : Tujuan : Untuk mengoreksi anemia renal sampai target Hb / Ht tercapai a. Pada umumnya mulai dengan 2000 4000 UI subcutan, 2 3 X seminggu selama 4 minggu. b. Target respon yang diharapkan : Hb naik 1 2 g/dL dalam 4 minggu atau Ht naik 2 4 % dalam 2 4 minggu. c. Pantau Hb, Ht tiap 4 minggu d. Bila target respon tercapai : pertahankan dosis EPO sampai target Hb tercapai ( > 10 g/dL ). e. Bila target respon belum tercapai naikkan dosis 50 %. f. Bila Hb naik > 2,5 g/dL atau Ht naik > 8 % dalam 4 minggu turunkan dosis 25 %. g. Pemantauan status besi : Selama terapi EPO pantau status besi, berikan suplemen sesuai dengan pantauan terapi besi. 2. Terapi EPO Fase Pemeliharaan a. Dilakukan bila target Hb sudah tercapai ( > 10 g/dL ). Dosis : 2 atau 1 kali 2000 IU / minggu Pantau Hb dan Ht setiap bulan Periksa status besi setiap 3 bulan. b. Bila dengan terapi pemeliharaan Hb mencapai > 12 g/dL ( dan status besi cukup ) maka dosis EPO diturunkan 25 %. 3. Terapi Besi Fase Pemeliharaan a. Tujuan : Menjaga kecukupan persediaan besi untuk eritropoisis selama terapi EPO. b. Target Terapi : Feritin serum > 100 g/L 20 % 500 g/L atau saturasi tranferin > 40 %, suplementasi besi dihentikan selama 3 bulan. g. Bila pemeriksaan ulang setelah 3 bulan feritin serum < 500 g / L dan saturasi tranferin < 40 %, suplementasi besi dapat dilanjutkan kembali dengan dosis 1/3 sebelumnya.

Catatan : - Karena berat badan rata rata pasien HD di Indonesia 50 60 kg maka dosis 80 150 IU /kgBB/minggu setara dengan 2000 4000 IU / kali HD - Pemberian EPO subcutan dapat dilakukan dapat dilakukan sebelum, saat atau setelah HD selesai (PERNEFRI, 2001).

Sumber : PERNEFRI. Konsensus : Manajemen Anemia Pada Pasien Gagal ginjal Kronik. Jakarta. 2001

Anda mungkin juga menyukai