Anda di halaman 1dari 13

A. Rumusan Masalah 1.

Bagaimanakah perencanaan menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS di SDN 1 Tedunan ? 2. Bagaimanakah implementasi menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keterampilan Guru dalam menerapkan proses pembelajaran IPS di SDN 1 Tedunan ? 3. Bagaimanakah hasil evaluasi menggunakan media pembelajaran Puzzle dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS di SDN 1 Tedunan ? B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS melalui model STAD (Student Teams Achievment Division) 2. Tujuan khusus a. Meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS di SDN 1 Tedunan melalui model pembelajaran STAD. b. Meningkatkan keterampilan Guru dalam menerapkan proses pembelajaran IPS di SDN 1 Tedunan melalui model pembelajaran STAD. c. Meningkatkan proses pembelajaran IPS di SDN 1 Tedunan melalui media pembelajaran Puzzle. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat teoristis maupun praktis. 1. Manfaat Teoristis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS dengan model STAD. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Manfaat Bagi Guru Guru dapat memberdayakan diri dalam kegiatan mengajar, semakin terampil dalam mengelola pembelajaran, semakin kreatif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif. c. Manfaat Bagi Sekolah Mampu memberikan sumbangan baik serta mendororng sekolah untuk selalu melakukan inovasi. D. Ruang Lingkup 1. Subjek Penelitian ini subjeknya adalah peneliti. 2. Objek Penelitian ini objeknya adalah siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Tedunan Kedung Jepara. E. Definisi Operasioanal 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. 2. Model Pembelajaran STAD

3. Media Pembelajaran Media merupakan alat saluran komunikasi. Klasifikasi media pembelajaran adalah : a. Media Visual b. Media Audio c. Media Audio Visual 4. Pembelajaran IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Piaget belajar merupakan Belajar menurut psikologi ? Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar

yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. (Wikipedia) 2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 2.1.2 Pembelajaran 2.1.3 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk

pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi

penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), caracterization (karakterisasi). Domain psikomor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. 2.2 Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. 2.3 2.4 2.5 2.6 Model Pembelajaran Pengertian Kooperatif Learning Menurut Slavin (1995), mengemukakan In Cooperative Learning Methods Student Work Together in Four Member Team to Master Material Initially Presented by The Teacher. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa Kooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok. Kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. (dalam bukunya Isjoni, 2010 : 15)

Sedangkan menurut Johnson dan Johnson (1994) Kooperatif Learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. (dalam bukunya Isjoni, 2010 : 17) Menurut Daryanto (2012:241) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Sedangkan menurut Solihatin Etin (2008:4) kooperatif learning adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif type STAD ??????????????? 2.6.1 Tujuan Kooperatif Learning Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta

pengembangan keterampilan sosial. Tujuan utama adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok secara bersama teman temanya dengan cara salaing menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik Kooperative Learning sebgaimana dikemukakan Slavin (1995), yaitu penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. a. Penghargaan kelompok Kooperative Learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan penampilan

individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban Individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dan semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga mengarahkan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Kooperatif learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. (dalam bukunya Isjoni : 2010) Pada dasarnya model kooperatif learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum et al (2000), yaitu : a. Hasil belajar akademik

Dalam kooperatif learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa/tugas-tugas akademis penting lainya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa, memahami konsepkonsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, kooperatif learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model kooperatif learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling

menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga kooperatif learning adalah

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosialnya. (dalam bukunya Isjoni : 2010)

2.7

Media Pembelajaran Menurut Indriana (2011:13), Media adalah alat saluran

komunikasi. Kata Media berasal dari bahasa latin, yang merupakan

bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa hal yang termasuk ke dalam media adalah film, televisi, diagram, media cetak, komputer, instruktur, komik, dan lain sebagainnya. Gagne (dalam Indriana Dina, 2011:14), menyatakan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa untuk belajar. Menurut Heinich (dalam bukunya Susilana:2009) media

merupakan alat saluran komunikasi. Sedangkan menurut Kustandi dkk (2011:9) bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi yang membawa informasi yang terjadi di dalam proses pembelajaran antara Guru ke siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Dengan penggunaan media siswa akan lebih paham dalam menerima pesan dari penjelasan Guru. 2.7.1 Media Puzzle 2.8 Hakikat IPS

2.8.1 Pengertian IPS Menurut Trianto (2010:171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Berdasarkan kurikulum????? 2.8.2 Tujuan IPS Berdasarkan kurikulum?????

2.8.3 Karakteristik IPS 2.8.4 Ruang Lingkup Ada 4 2.8.5 Pembelajaran IPS BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 pendidikan nasional merupakan pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Untuk mengemban fungsi pendidikan nasional, pemerintah perlunya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. IPS merupakan mata pelajaran untuk SD/MI yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Moffet (1977) Ilmu Pengatahuan Sosial sebagai pelajaran yang membantu manusia (siswa) untuk memahami manusia dan hubungan-hubunganya dengan manusia yang lain dan lingkungannnya. (dalam bukunya Suprayogi, 2011:37) Materi pelajaran IPS dikembangkan dan tidak terpisah dengan aspek kehidupan nyata (fakta/real). Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki jiwa sosial antar sesama, sikap tanggung jawab dan berperilaku yang sopan, ramah, dan baik. Pembelajaran IPS sebagai pembelajaran 10

yang bertujuan mengembangkan kecakapan sosialnya agar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk dipraktikkan dalam interaksi dan kehidupan sosial siswa memerlukan bahan atau materi pembelajaran yang dekat, faktual, dan aktual dengan siswa dalam kehidupannya. (Suprayogi, 2011:46) Permasalahan praktik pembelajaran yang terjadi di SDN 1 Tedunan Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran IPS yang berlangsung di SDN 1 Tedunan ditemukan bahwa pembelajaran IPS belum optimal karena pembelajaran dilakukan Guru kurang inovatif dan kreatif. Sehingga siswa kurang aktif, cepat bosan, serta penggunaan media kurang. Pembelajaran yang terjadi masih berpusat pada Guru sehingga siswa tidak diberikan kesempatan dalam mengemukakan ide atau gagasanya. Penggunaan media

pembelajaran untuk menjelaskan materi belum diupayakan dengan maksimal. Guru hanya menggunakan buku paket dan gambar sederhana yang ada didalamnya. Sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Berdasarkan kondisi tersebut, dibutuhkan solusi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS agar siswa dapat meningkatkan hasil pembelajaranya dengan lebih baik lagi. Solusi yang dilakukan Guru adalah mengemas pembelajaran IPS agar lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh dan bosan dengan diterapkannya model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan media Puzzle. Menurut Daryanto (2012:241) model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Guru. Tujuannya adalah agar hasil

11

belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temanya, serta pengembangan keterampilan sosialnya. Selain dengan model pembelajaran Kooperatif Learning type STAD, Guru menggunakan media berupa puzzle. Menurut Suprayogi (2011:18) bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Guru dapat mempermudah menyampaikan materi yang diajarkanya kepada siswa. Disini media yang digunakan adalah media puzzle. Games puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang bahkan memberikan kesempatan untuk mencoba lagi, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil. (http://duniaanakcerdas.com/puzzle2.html) Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Student Teams Achievement Division Berbantuan Media Puzzle Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Kelas Iv Sdn 1 Tedunan Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2013/2014).

12

DAFTAR PUSTAKA Di unduh pada tanggal 26 Mei 2013 pada http://mbegedut.blogspot.com/2010/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html Di unduh pada tanggal 28 Mei 2013 pada (http://duniaanakcerdas.com/puzzle2.html) Daryanto, dkk. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Gava Media. Jumali, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta. Suprayogi, dkk. 2011. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang:Widya Karya. Solihatin, Etin, dkk. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pebelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara. Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta : Diva press. Kustandi, Cecep, dkk. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta : Ghalia Indonesia. Di unduh pada tanggal 26 Mei 2013 pada http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai