Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Farmakologi dapat didefinisikan debagai mata pelajaran tentang substansi yang beriteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul-molekul pengatur, dan memacu atau menghambat proses-proses tubuh yang normal. Substansi ini dapat berupa bahan kimia yang menimbulkan efek terapeutik, bermanfaat bagi proses kesembuhan pasien atau efek toksiknya dalam proses pengaturan pada parasit yang menginfeksi manusia. (Bertram G. Katzung : 1998) Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat. Farmakognosi termasuk ilmu farmasi yang menyangkut cara pengenalan tanaman dan bahan-bahan lain sebagai sumber obat dari alam. Farmakologi terutama terfokus pada 2 subjek disiplin, yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakokinetik ialah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorbsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi. Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi. ( Arini Setiawati : 2007 ) ABSORBSI Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel di tubuh kita, merupakan lipid bilayer. Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah,yakni asam lemah atau basa lemah.dalam air elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ion nya. Derajat ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi obat.(pKa) dan pada pH larutan dimana obat berada. DISTRIBUSI Dalam darah obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah(ikatan hidropfobik, van der waals, hidrogen dan ionik) Ada beberapa macam protein plasma:

Albumin : mengikat obat-obat asam dan obat-obat netral (misalnya steroid) serta bilirubin dan asam lemak. -glikoprotein (1-acid glycoprotein): mengikat obat-obat basa. CBG (corticosteroid-binding globulin): khusus mengikat kortikossteroid. SSBG (sex steroid-binding globulin): khusus mengikat hormon kelamin. METABOLISME= BIOTRANSFORMASI Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larutan lemak) menjadi polar(larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Reaksi metabolisme terdiri dari reaksi fase I dan reaksi fase II. Reaksi fase I terdiri dari oksidasi,reduksi dan hidrolisis yang mengubah obat menjadi lebih polar,dengan akibat menjadi inaktif. Reaksi fase II,merupakan reaksi konjugasidengan substrat endogen: asam glukuronat,asam sulfat,asam asetatatau asam amino dan hasilnya menjadi sangat polardengan demikian hampir selalu tidak aktif. EKSKRESI Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat di ekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metaboliknya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eleminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses yaitu, filtrasi glomerolus,sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsopsi pasif di sepanjang tubulus. Filtrasi glomerolus menghasilkan ultrafiltrat,yakni plasma minus protein,jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein akan terikat dalam darah. Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus proksimal terjadi melalui transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance protein) yang terdapat di membran sel epitel dengan sel aktifitas berbeda, yakni MRP untuk anion organik dan konyogat.

TUJUAN PRAKTIKUM

Memperlihatkan variasi kecepatan absorbsi atau ekskresi obat yang diberikan secara oral.

ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Beaker glass 2. Tabung reaksi 3. Pipet standard 4. Penjepit tabung Bahan : 1. Kalium Iodida 300 mg dalam kapsul 2. Larutan Kalium Iodida 1% 3. Larutan Natrium Nitrit 10% 4. Larutan Asam Sulfat dilutus 5. Larutan/suspensi amilum 1% 6. Ekstrak Belladona 15 mg dalam kapsul

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Pilih seorang praktikan dari tiap kelompok sebagai subjek percobaan, sedangkan praktikan lainnya bertanggung jawab untuk percobaan yang dilakukan. 2. Sebelum obat ditelan kandung kemih subjek percobaan harus dikosongkan, kemudian subjek percobaan harus minum 2 gelas air dan sebahagian urin ( 2-3 ml ) ditampung dan disimpan sebagai urin kontrol subjek percobaan.

3. Kemudian subjek menelan kapsul berisi Kalium Iodida dengan menggunakan 1 gelas air. 4. Menit ke-15 setelah makan obat, tampung urin dari masing-masing subjek percobaan di dalam gelas ukur. Lakukan penampungan urin selama 75 menit dengan interval waktu 15 menit. 5. Pada kontrol dan perlakuan KI, buat dalam tabung reaksi ( Uji ekskresi KI ) 6. 1 ml KI 1% + 1 ml amilum 1% amati apa yang terjadi 7. 1 ml KI 1% + 2-3 tetes natrium nitrit 10% rp + 2-3 tetes H2SO4 dilutus + 1 ml amilum 1% amati apa yang terjadi 8. 1 ml urin kontrol / saliva + 2-3 tetes natrium nitrit 10% rp + 2-3 tetes H2SO4 dilutus + 1 ml amilum 1% amati apa yang terjadi 9. 1 ml urin / saliva subjek yang makan KI + 2-3 tetes natrium nitrit 10% rp + 2-3 tetes H2SO4 dilutus + 1 ml amilum 1% amati apa yang terjadi

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. EGC : Jakarta Setiawati, Arini. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FK UI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai