Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN KONSEP BELAJAR HUMANISME

Agustinus Duli Elisabet Nggafung Tertiana P. S. Sir Olang Kelas/Semester Prodi Tahun Ajaran : IID/III : PGSD : 2012/2013

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ST. PAULUS RUTENG (STKIP)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan rahmat karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. PENERAPAN KONSEP BELAJAR HUMANISME di sekolah, sebuah judul makalah yang ditulis secara sistematis supaya dapat dimengerti maksud dan tujuan dari makalah yang kami tulis. Belajar humanistik dalam kegiatan pembelajaran yang harus dimulai ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Konsep belajar humanisme akan sangat membantu para pendidik dalam memahami belajar pada dimensi yang lebih luas. Sebagai motivasi perilaku belajar dilakukan seorang pelajar pada diri sendiri pelajar terdapat kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita. Komponen utama motivasi adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Akhirnya penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu, dalam keterbatasan penulis, diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, sehingga menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i Kata Pengantar ............................................................................................................... ii Daftar Isi.......................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................................. 1

Bab II Pembahasan ........................................................................................................ 2 2.1 Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran........................... 2 2.2 Pengertian Motivasi ................................................................................................... 3 2.3 Upaya Peningkatan Motivasi Belajar ........................................................................ 4 2.4 Jenis-Jenis Motivasi .................................................................................................. 6

Bab III Penutup .............................................................................................................. 7 3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 7 3.2 Saran .......................................................................................................................... 7

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 8

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari pembicaraan tentang manusia. Yang menjadi subyek dan sekaligus obyek dari pendidikan itu sendiri adalah manusia. Dalam teori humanistik dikatakan memanusiakan manusia dan mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Seseorang akan dapat belajar dengan baik, jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai. Memotivasi seseorang untuk belajar, kesadaran itu akan tumbuh dari dalam diri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan sangat membantu untuk dapat serius mempelajari sesuatu. Siswa yang motivasi belajarnya rendah mungkin saja belajar sesuatu karena terpaksa dan tidak menanggapi belajar sebagai kebutuhan.

1.2 Rumusan Masalah Berangkat dari fakta yang terjadi, maka penulis dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut. 1. Apa guna teori humanistik dalam dunia pendidikan? 2. Apa penggunaan motivasi dalam pengajaran dan pembelajaran?

1.3 Tujuan Untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga peserta diri dapat meningkatkan minat belajarnya, dan dapat membantu para pendidik, guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Manfaat Untuk mempermudah dan membantu para pelajar dalam kegiatan pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Alikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran Pengertian belajar menurut teori humanistik adalah proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada bidang pendidikan sehingga sukar menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis, namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan belajar peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi dari pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran, karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai. Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik guru-guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
2

Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap. Sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan dan telah diukur, kondisi belajar yang dipilih untuk siswa mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik namun paling tidak langkah pembelajaran yang ditemukan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah : 1. 2. 3. 4. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Menentukan materi pembelajaran. Mengidentifikasikan kemampuan awal siswa. Mengidentifikasikan topik-topik pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri/mengalami dalam belajar. Bersifat elektrik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai. 5. 6. 7. 8. 9. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajar. Membimbing siswa belajar secara aktif. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata. 10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

2.2 Pengertian Motivasi Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam belajar dan pembelajaran. Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Motivasi memiliki tiga (3) fungsi, yakni : 1. 2. Mendorong manusia untuk melakukan sesuatu (berusaha). Memberikan arah bagi aktivitas manusia, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

3.

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang relevan dengan tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut.

2.3 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku seorang anak yang membaca iklan surat kabar dengan keinginan mencari sekolah yang baik akan memperoleh informasi yang benar keinginan belajar sekolah tentu dipusatkan dengan ikaln yang benar. Membaca iklan tersebut memuaskan sebab ia membaca dengan motivasi mencari sekolah. Hal tersebut tidak dialami oleh anak lain yang membaca iklan secara iseng. Perilaku membaca pada anak pencari informasi, berbeda dengan perilaku membaca pada anak yang iseng membaca iklan. Motif belajar kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya dengan motivasi belajar pada siswa yang membaca buku pelajaran. Membaca dengan motivasi mencari sesuatu lebih berarti dibandingkan dengan membaca tanpa mencari sesuatu. Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar, oleh karena itu peran guru cukup banyak meningkatkan belajar. a. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak usia 6 tahun, siswa masuk sekolah selama sekurang-kurangnya lima sampai enam jam sehari. Dari segi perkembangan ada siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti kaedah belajar. Dengan tugas di sekolah-sekolah kemudian mereka menyenangi belajar. Bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar siswa. Siswa akan menyadari bahwa bermain, belajar sungguh-sungguh pemberian motivasi belajar yang kuat dan istirahat. b. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran Seorang siswa akan belajar dengan seutuh dan pribadi perasaan, kemauan, pikiran, perhatian, fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Guru adalah pendidik oleh sebab itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan ada di dalam lingkungan siswa. 1. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialami.

2. Memelihara minat kemauan dan semangat belajar sehingga terwujud tindak belajar : betapa lambat gerak belajar, guru tetap secara terus menerus mendorong dalam hal ini berlaku sumbaya slamat asal selamat tak akan lari gunung akan dikejar. 3. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat para perilaku belajar. 4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar. Misalnya : surat kabar dan tayangan TV yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agar dicegah. 5. Guru merangsang siswa dengan penguatan dan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil. c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa : Untuk menghadapi hari pertama masuk sekolah guru telah membuat rancangan pengajar guru sebagai penggerak perjalanan belajar bagi siswa, sebagai penggerak maka guru perlu memahami, mencatati keseluruhan siswa sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau kesukaran belajar. Upaya optimalisasi dan kemampuan siswa dalam mengolah siswa belajar. d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar guru sebagai pendidik bangsa ia berpeluang merekayasa dan mendidik cita-cita bangsa. Mendidik cita-cita belajar pada sisa merupakan upaya memberantas kebodohan masyarakat. Cara-caranya sebagai berikut. 1. Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan seperti mengatur kelas dalam sekolah yang sudah indah dan tertib, setiap siswa dapat merasa 2. Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar memelihara ketertiban kelas dan keindahan perpustakaan, alat-alat olahraga, halaman bermain, dan kebun sekolah. 3. Guru mengajar serta siswa untuk membuat perlombaan untuk belajar seperti : lomba membaca pidato. 4. Guru mengajar serta orangtua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar Seperti : buku bacaan, majalah, alat olahraga. 5. Guru belajar sama dengan pendidik lain Seperti : orangtua, ulama pendeta, untuk mendidik dan mengembangkan citacita belajar sepanjang hayat.
5

2.4 Jenis-Jenis Motivasi Dilihat dari segi sumber munculnya, maka motivasi dapat dibedakan atas dua (2) jenis, yakni : a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan serta tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini muncul dari dalam diri siswa sendiri, karenanya motivasi ini disebut pula sebagai motivasi murni. Motivasi intrinsik dapat juga diartikan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivit dengan aktivitas belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa harus ditugaskan atau didorong oleh guru. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti dalam bentuk pujian, hadiah, hukuman, dsb. Motivasi ekstrinsik juga dapat diartikan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dengan adanya proses belajar humanisme adalah proses belajar memanusiakan manusia. Tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualitas diri. Suatu dorongan untuk mempertahankan suatu perilaku dan merupakan suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu yang disebut dengan motivasi.

3.2 Saran Dengan adanya teori humanistik dan dengan adanya motivasi, manusia dapat menjadi dirinya, sesuai dengan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Ratumanan, Tanwey Gerson. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Ambon: Unesa University Perss Anggota IKAP.

Anda mungkin juga menyukai