Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERIODE 1999-2008 ARIAD DITYA MG Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Study Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah,Jakarta Email : ariaddityamargana@yahoo.com Pembimbing Tony S.Chendrawan,ST.,SE.,M.Si

ABSTRACT
This jurnal was to determine effect the lending rates, inflation on domestic investment at South Sulawesi. This jurnal is a qualitative research and the use of secondary data. In this jurnal the independent variable is lending rates and inflation. The dependent variable is domestic investment at south sulawesi. Data were analyzed time series data and correlated using SPSS software. Data collected in the form of time series for 10 years, starting from 1999 until 2008. The method used in this research is the multiple regression method. Based on result from Model Summary table be found R=0,266. On ANOVA table stated that lending rates or inflation no significant effect on domestic investment at South Sulawesi. This is explained by the significant level of 0,773.

Keywords : Lending rates, Inflation, and Domestic Investment at South Sulawesi.

I.

PENDAHULUAN

Setiap negara di dunia selalu berusaha untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendorong upaya penyerapan modalnya. Iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang, yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi Tiga faktor utama dalam iklim investasi antara lain (Asian Development Bank, 2005) : 1. Kondisi ekonomi makro, yang mencakup stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik. 2. Kepemerintahan dan kelembagaan, yang mencakup kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan, sistem hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan terampil. 3. Infrastruktur, yang mencakup antara lain sarana transportasi, telekomunikasi, listrik, dan air. faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan investasi, antara lain (Samuelson dan Nordhaus,1998) : 1. Hasil penjualan Suatu kegiatan investasi akan memberikan tambahan hasil penjualan bagi perusahaan hanya bila investasi ini membuat perusahaan mampu menjual lebih banyak. Hal ini berarti bahwa faktor penentu yang sangat penting terhadap investasi adalah tingkat output secara keseluruhan, dapat berupa GNP atau GDP. Maka, secara umum investasi tergantung pada hasil penjualan yang diperoleh dari seluruh kegiatan ekonomi. 2. Biaya Faktor penentu kedua terhadap tingkat investasi adalah biaya investasi. Dikarenakan barang-barang berumur panjang, maka analisis biaya investasi adalah lebih rumit daripada biaya komoditi lain seperti batubara dan gandum. Apabila

membeli barang-barang yang berumur panjang, maka harus menghitung harga dari modal itu, dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman. 3. Ekspektasi Unsur ketiga yang ikut mempengaruhi investasi adalah tingkat ekspektasi dan kepercayaan dunia usaha. Pada dasarnya, investasi dapat dikatakan sebagai perjudian mengenai masa depan dengan pertaruhan bahwa hasil investasi akan lebih besar daripada biayanya. Para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau tidak dengan melakukan suatu ekspektasi terhadap kondisi perekonomian suatu negara di masa depan. Oleh karena itu, keputusan investasi tergantung juga pada ekpektasi akan situasi masa depan. Indonesia merupakan Negara yang berkembang,melihat kondisi yang seperti ini maka permodalan merupakan aspek yang sangat berperan dalam peningkatan kondisi ekonomi di Indonesia, Potensi Indonesia bagi investasi adalah sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran maupun sisi permintaan (Nafisatul, 2007).terdapat 2 faktor yang dapat menentukan potensi investasi bila dilihat dari sisi permintaan,yaitu jumlah penduduk dan pendapatan riil perkapita.perkembangan PMDN pada periode 1999-2008 di provinsi Sulawesi Selatan dapat di lihat pada table di bawah :

2006 2362627 2007 244671 2008 121400 Sumber :Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Setiap tahun di provinsi Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi di tiap tahunnya,pada tahun 200o mengalami peningkatan yang signifikan tetapi mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 2002.hal ini disebabkan oleh kondisi Indonesia tengah mengalami krisis moneter yang berdampak terhadap PMDN menunjukkan tren

negative. Secara keseluruhan, krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memicu turunnya kegiatan perekonomian dan investasi. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kepercayaan investor karena kondisi perekonomian yang kurang kondusif sehingga menimbulkan suatu iklim investasi yang kurang mendukung bagi para investor II. KERANGKA TEORITIS

1. Suku Bunga Kredit 1.1 Suku Bunga Menurut Noprin (2000) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (Suhedi, 2000). 1.2 Kredit Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit:

1. Kepercayaan. Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar - benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 2. Kesepakatan. Yaitu adanya kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya 3. Jangka Waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. 4. Risiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. 5. Suku bunga. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2. Inflasi Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi. Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya BPS (2000: 10) mendefinisikan inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang.Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi. Ada beberapa cara yang dikemukakan untuk menggolongkan jenis-jenis inflasi. Penggolongan pertama didasarkan pada parah atau tidaknya inflasi tersebut. Sukirno (2005: 11) membedakan beberapa macam inflasi yaitu: 1. Inflasi Merayap (inflasi yang terjadi sekitar 23 persen per tahun) 2. Inflasi Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun) 3. Hiperinflasi (inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun. Sedangkan menurut Nanga (2005: 247) dilihat dari tingkat keparahannya, inflasi dapat dipilah dalam tiga kategori: a. Inflasi sedang (moderate inflation) Yaitu inflasi yang ditandai dengan harga-harga

yang meningkat secara lambat, dan tidak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif. b. Inflasi ganas (galloping inflation) Yaitu inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200 persen per tahun dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius dalam perekonomian. c. Hyperinflasi (Hyperinflation) Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen per tahun, merupakan jenis yang mematikan. Jenis inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya (Nanga, 2005: 245): a. Inflasi tarikan permintaan Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. b. Inflasi dorongan biaya Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan. c. Inflasi struktural Inflasi yang terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat. 3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal. Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Negeri, Badan Usaha Negeri, dan/atau Pemerintah Negeri yang

melakukan penanaman modal; di wilayah negara Republik Indonesia. Perusahaan penanaman Modal negeri mendapatkan fasilitas dalam bentuk: Pajak penghasilan melalui netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku dan bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu. Pembebesan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kerangka Pemikiran (teori dan diagram kerangka pemikiran)

NEGERI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE 1999-2008 yang bersifat deskriptif.Penulis beranggapan bahwa semakin besar suku bunga kredit dan inflasi maka penanaman modal dalam negeri di provinsi Sulawesi Selatan mengalamai perubahan secara negative.hal ini berdasarkan data Bapan Pusat Statistik pada tahun 1999-2008.
PMDN=F( SBK,INFLASI) PMDN=0+ 1 sbk+ 2 inflasi +

= 5% H0 = 1 = 2 =0 ;tidak ada pengaruh suku bunga


kredit,inflasi terhadap penanaman modal dalam negeri

H1

1 2 0 ;terdapat pengaruh suku bunga

kredit,inflasi terhadap penanaman modal dalam negeri

SUKU BUNGA KREDIT PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI INFLASI

BAB III Metodologi Penelitian Penelitian ini dimulai dengan pencarian data-data utama dan pendukung yang diperoleh dari jaringan Internet serta beberapa buku referensi yang dibutuhkan dalam penulisan penelitian.Dimulai pada tahun 1999 sampai tahun 2008.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan model penelitian deskriptif analisis.Metode yang menggambarkan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dan mempelajari maslah-masalah yang di hadapi di Provinsi Sulawesi Selatan.

HIPOTESIS Hipotesis dalam masalah ANALISIS

PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN INFLASI TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM

Metode deskriptif analisis bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.Tehnik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan menggunakan data sekunder, dan diakhiri dengan kesimpulan yang disasarkan pada penganalisisan data. Dalam penelitian ini variabel independent (bebas) adalah suku bunga kredit,dan inflasi.Sedangkan variabel dependent (terikat) adalah penanaman modal dalam negeri di provinsi Sulawesi Selatan. Data yang digunakan adalah data time series suku bunga kredit,inflasi dan penanaman modal dalam negeriStatistik

Ekonomi Keuangan Indonesia,www.imf.org, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal


Daerah Propinsi Sulawesi Selatandan
dikorelasikan dengan perangkat lunak SPSS versi 17 dan 11.5. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian data suku bunga kredit dan inflasi terhadap penanaman modal dalam negeri di provinsi Sulawesi Selatan periode tahun 1999-2008 dengan menggunakan metode regresi sederhana dan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17 diperoleh hasil sebagai berikut:
Descriptive Statistics

Berdasarkan tabel diatas, hasil deskriptif variabel PMDN (Y) dijelaskan bahwa rata-rata (mean) sebesar 93.3560 miliyar, dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 186.97700 miliyar dan jumlah kasus (N) sebanyak 10. Hasil deskriptif variabel Suku Bunga Kredit (X1) dijelaskan bahwa rata-rata (mean) sebesar 16.206 juta, dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 2.90257 juta dan jumlah kasus (N) sebanyak 10 Hasil deskriptif variabel Inflasi (X2) dijelaskan bahwa rata-rata (mean) sebesar 8.4110 (persen), dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4.20259 (persen) dan jumlah kasus (N) sebanyak 10. Berdasarkan model regresi yang telah dijelaskan bedasarkan analisis menggunakan SPSS 17.0 , hubungan antara suku bunga kredit dan inflasi terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) di provinsi Sulawesi Selatan dapat disimpulkan persamaan garis regresi dari tabel coefficienta sebagai berikut Y = 379.808- 17.344X1 0.659X2
Coefficients
a

Standar dized Unstandardize Coeffici d Coefficients ents

Std. Std. Mean Deviation N 1 PMDN Inflasi Suku Bunga Kredit 93.3560 8.4110 16.2060 186.97700 4.20259 2.90257 10 10 10 (Constant 379.80 446.39 ) 8 7 .851 .423 Model B Error Beta t Sig.

Inflasi

-.659 16.608

-.015 -.040 .969

Suku Bunga Kredit

- 24.046 17.334

-.269 -.721 .494

Model Summary

Std. Error Mod R R


a

Adjusted R Square

of the Estimate

a. Dependent Variable: PDMN

el

Square

Apabila Thitung lebih besar atau sama dengan Ttabel maka H0 ditolak, artinya signifikan Thitung lebih kecil atau sama dengan Ttabel maka H0 diterima. Berdasarkan coefficients, Hasil hipotesis penelitian pengaruh suku bunga kredit dan inflasi terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) diprovinsi Sulawesi Selatan secara parsial adalah sebagai berikut : a. Nilai probabilitas sig Suku Bunga kredit adalah 0,494 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, dan Thitung lebih besar dari Ttabel -0,721 < 2,89646 dengan demikian Ho ditolak, maka terdapat pengaruh Tingkat suku bunga kredit terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan. b. Nilai probabilitas sig Inflasi adalah 0,969 lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 dan Thitung lebih kecil dari Ttabel 0,040 < 2,89646 dengan demikian Ho diterima, maka tidak terdapat pengaruh Inflasi terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan.

.266

.071

-.195 204.35944

a. Predictors: (Constant), Suku Bunga Kredit, Inflasi b. Dependent Variable: PMDN

Hasil dari tabel Model Summary, R = 0,266 dan koefisien Determinasi (Rsquare) sebesar 0,071. Hal ini menunjukan pengertian bahwa PMDN di provinsi Sulawesi Selatan (Y) dipengaruhi sebesar 7,1% oleh variabel Tingkat Suku Bunga Kredit (X1) dan Inflasi (X2), sedangkan sisanya (100%-7,1%=92,9%) dijelaskan oleh faktor lain. Rsquare berkisar pada angka 0 sampai 1, semakin kecil angka Rsquare maka makin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut. Jadi korelasi tingkat suku bunga kredit dan Inflasi terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan adalah hubungan yang kuat

ANOVA Model Summary


b

Sum of Std. Error Mod el R


a

Mean df Square F Sig.


a

Model

Squares

R Square

Adjusted R Square

of the Estimate 1 Regres 22304.12 sion 5 2 11152.0 63 .267 .773

.266

.071

-.195 204.35944 Residua 292339.4 7 41762.7 81

a. Predictors: (Constant), Suku Bunga Kredit, Inflasi

69

Total

314643.5 94

Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

.312 .944

.903

a. Predictors: (Constant), Suku Bunga Kredit, Inflasi b. Dependent Variable: PMDN

Berdasarkan tabel, Hasil Uji ANOVA, diperoleh adalah nilai F = 0,267 dengan tingkat probabilitas sig. 0,773. Oleh karena probabilitas (0,061) lebih besar dari 0,05, maka model regresi berganda dipakai untuk memprediksi PMDN di provinsi Sulawesi Selatan. Jika Fhitung lebih besar atau sama dengan Ftabel. Maka H0 ditolak, artinya signifikan. Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Maka H0 diterima, artinya tidak signifikan Ternyata Fhitung< Ftabel, atau 0,267 < 4,46, maka H0 diterima, artinya tidak signifikan, yaitu tidak terdapat pengaruh antara Tingkat Suku Bunga kredit dan inflasi terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan. 4.1 Uji Asumsi Klasik 4.1.1 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SukuBu Inflas ngaKred PDMN N Normal Parameters
a,,b

Menurut Singgih (2002), bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Menurut Purbaya dan Ashari (2005), model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan (Nugroho,2000) Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji kolmogorav-Smirnov. Uji kolmogorav-Smirnov ini adalah salah satu cara untuk menguji goodness fit. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesesuaian antara distribusi nilai sample dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform atau poison). Berdasarkan tabel one - sample Kolmogorov - Smirnov Test dapat disimpulkan bahwa : 1) Nilai kolmogorav-Smirnov Z dan nilai Asymp sig (2 tailed) variabel Suku bunga kredit adalah 0,568 dan 0,903 > 0,05. Dengan demikian H0 diterima, hal ini berarti variabel Suku Bunga Kredit terdistribusi normal. 2) Nilai kolmogorav-Smirnov Z dan nilai Asymp sig (2 tailed) variabel Inflasi 0,527 dan 0,944 > 0,05. Dengan demikian H0 diterima. Hal ini berarti variabel Inflasi terdistribusi normal. 3) Nilai kolmogorav-Smirnov Z dan nilai Asymp sig (2 tailed) variabel penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah 0,962 dan 0,312 >. H0 diterima. Hal ini berarti variabel penanaman modal dalam negeri (PMDN) di provinsi Sulawesi Selatan terdistribusi normal.

i 10

it 10

10 Mean

93.356 8.411 16.2060 0 0

Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

186.97 4.202 2.90257 700 59 .180 .180 -.135 .568

.304 .167 .304 .167 -.160 -.116 .962 .527

4.1.2

Uji Autokorelasi
Model Summary
b

Std. Error Mod el 1 R .266


a

tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu Tingkat Suku Bunga kredit dan Inflasi.
DurbinWatson 2.092

Adjusted

of the

Square R Square Estimate .071 -.195 204.3594 4

BAB V. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit dan inflasi terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) di provinsi Sulawesi Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Nilai probabilitas sig Suku Bunga kredit adalah 0,494 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, dan Thitung lebih besar dari Ttabel -0,721 < 2,89646 dengan demikian Ho ditolak, maka terdapat pengaruh Tingkat suku bunga kredit terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan. b. Nilai probabilitas sig Inflasi adalah 0,969 lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 dan Thitung lebih kecil dari Ttabel 0,040 < 2,89646 dengan demikian Ho diterima, maka tidak terdapat pengaruh Inflasi terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan. c. Tingkat Suku Bunga kredit dan inflasi tidak berpengaruh secara simultan dan tidak signifikan terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dijelaskan dari tingkat signifikansi sebesar 0,773. d. PMDN di provinsi Sulawesi Selatan(Y) dipengaruhi sebesar 92,9 % oleh variabel Suku bunga kredit (X1) dan Inflasi (X2), sedangkan sedangkan sisanya (100%-7,1%= 92,9%) dijelaskan oleh faktor lain. Jadi korelasi suku bunga kredit dan Inflasi terhadap PMDN

a. Predictors: (Constant), SukuBungaKredit, Inflasi b. Dependent Variable: PMDN

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2.092 dengan derajat kepercayaan 5%, berarti tidak terdapat autokorelasi. 4.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Gambar dibawah ini menjelaskan mengenai ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPESID dan ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Berdasarkan gambar di atas, dari grafik scaterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa

di provinsi Sulawesi Selatan memiliki hubungan kuat. e. Dalam penelitian ini, masing-masing variabel Tingkat Suku Bunga Kredit dan Inflasi terhadap PMDN di provinsi Sulawesi Selatan data terdistribusi dengan normal, tidak ada autokolerasi, dan tidak ada heteroskedastisitas. DAFTAR PUSTAKA Lukman, Modul statistik ekonomi Riduwan, Adun Rusyana, Enas, cara mudah belajar spss 17.0 danaplikasi statistik penelitian, alfabeta, Bandung : 2011 http://kuliahitukeren.blogspot.com/201 1/07/pengertian-dan-jenis-inflasi.html http://galihpangestu14.wordpress.com /2011/05/08/penanaman-modaldalam-negeri/ www.bi.go.id

Anda mungkin juga menyukai