Anda di halaman 1dari 7

HAK DAN KEWAJIBAN

Bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah: Nusantara/ Indonesia. Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemarintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan kelompok manusia tersebut. Negara adalah salah satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa untuk ketertiban sosial. Masyarakat ini berada dalam satu wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi mesyarakat lain di luarnya. Adanya teori terbentuknya Negara: Teori Hukum Alam (Kondisi Alam Tumbuhnya Manusia Berkembangnya Negara) , Teori Ketuhanan (segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan), dan Teori Perjanjian (manusia bersatu mengatasi tantangan dan persatuan untuk kebutuhan bersama). Di jaman modern proses terbentuknya Negara tersebut dapat berupa penaklukan, pelaburan (fusi), pemisahan diri, dan pendudukan atas Negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya. Unsur Negara ada dua yaitu: bersifat Konstitutif (terdapat wilayah yang meliputi udara, darat, dan perairan, adanya rakyat atau masyarakat serta pemerintahan yang berdaulat). bersifat Deklaratif (adanya pengakuan dari Negara lain secara de jure maupun de facto dan masuknya Negara dalm perhimpunan bangsa-bangsa). Kedudukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pada dasarnya mensyaratkan adanya wilayah, pemerintahan, penduduk sebagai warga Negara dan pengakuan dari Negara lain sudah terpenuhi. NKRI adalah Negara berdaulat yang mendapatkan pengakuan dari dunia internasional dan menjadi anggota PBB.

Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang bagaiman terbentuknya bangsa, dimana kelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa. Bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan Negara, sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya Negara melalui upaya belanegara. Bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya Negara merupakan suatu proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan. Secara ringkas, proses tersebut yaitu: perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia, proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan, keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu,berdaulat, adil, dan makmur. Dalam UUD 1945 Bab X pasal tentang warga Negara telah diamantkan pada pasal berikut: 1. Pasal 26, Ayat (1) yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga Negara. Pada ayat (2), Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undang. 2. Pasal 27, Ayat (1) Segala warga Negara bersamaan dengan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat (2), Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 4. Pasal 30, ayat (1) Hak dan Kewajiban Warga Negara untuk ikut serta dalam pembelaan Negara dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang. Warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Tionghoa, peranakan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya,bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan disahkan oleh undang-undang sebagai warga Negara.

Pada pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya Penjelasan UUD 1945 menyebutkan bahwa ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat (2) menyatakan: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kebebasan memeluk agama merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asasi manusia karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa Pemerintah Negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Untuk itu, UUD 1945 mewajibkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam undang-undang (Pasal 31 ayat (2)). Pasal 32 menetapkan bahwa Pemerintah hendaknya memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Penjelasan UUD 1945 memberikan rumusan tentang kebudayaan bangsa sebagai kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dalam penjelasan UUD 1945 (pasal 36) adalah bahasa daerah, yang akan tetap dihormati dan dipelihara oleh Negara.

Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 menetapkan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran satu orang saja. Karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Perekonomian di Negara Indonesia berdasarkan demokrasi ekonomi dimana kemakmuran adalah bagi semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh Negara.

Tiga unsur yang menentukan kewarganegaraan: 1. Unsur darah keturunan (ius sanguinis) Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga warga Negara Indonesia. 2. Unsur daearah tempat kelahiran (ius solis) Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan. Misalnya, kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi warga Negara Indonesia. 3. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi) Walaupun tidak dapat memenuhi prinsip ius sanguitas ataupun ius solis, orang dapat juga memperoleh kewarganegaraan dengan jalan pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini di berbagai Negara sedikit banyak dapat berlainan, menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan situasi Negara masing-masing Penduduk suatu Negara, diantara mereka yang bukan warga negara (orang asing) ada pula yang apatridi dan bipatridi. Yang dimaksud dengan apartidi yaitu orang-orang yang tidak mempunyai suatu kewarganegaraan. Sedangkan bipatridi adalah orang-orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah yang popular dwikewarganegaraan. Dalam UUD 1945 Pasal 26 di atas telah dijelaskan tentang warga negara/kenegaraan, sebagai pelaksanaannya mengundangkan UU No. 3 Tahun 1946: yang dimaksud dengan penduduk Negara adalah mereka yang telah bertempat tinggal di Tanah Air selama satu tahun berturut-turut sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku. Dalam UUD 1945 ada beberapa hak yang dengan tegas dinyatakan dalam salah satu pasalnya. Ada juga beberapa yang akan diatur lagi dengan undang-undang. Pasal-pasal yang tercantum antara lain Pasal 27 ayat 1 dan 2, Pasal 28, Pasal 29 ayat 2, Pasal 30 dan Pasal 31 sesuai yang sudah tercantum diatas. Pasal-pasal dalam UUD 1945 mengenai hak warga Negara lebih banyak dari pada pasal-pasal mengenai kewajiban warga Negara. Akan tetapi, kita harus pula menyatakan bahwa walaupun pasal-pasal mengenai kewajiban itu sedikit, isinya adalah sangat luas. Seperti Pasal 27: Segala warga negara (bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan) wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada terkecuali. Pasal 30: Tiap-tiap warga negara berhak dam wajib ikut serta dalam pembelaan Negara. Untuk membangun suatu masyarakat yang demokratis (adil, egaliter, dan manusiawi), maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang denokratis pula. Ada beberapa karakter bagi warga negara yang demokrat antara lain, yaitu: a) Rasa hormat dan tanggung jawab rasa hormat terutama terhadap pluralitas masyarakat Indonesia yang terdiri dari suku bangsa, ras, keyakinan beragama, dan ideologi politik. Ikut bertanggungjawab menjaga keteraturan negara yang terdiri dari pluralitas tersebut. b) Bersikap kritis warga Negara democrat selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial, budaya dan politik) maupun terhadap kenyataan supra-empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan pada diri sendiri, tentu disertai sikapkritis terhadap pendapat yang berbeda. c) Membuka diskusi dan dialog dengan berdiskusi berarti ada kemampuan untuk mendengar dan sekaligus membuka negosiasi yang memungkinkan adanya kompromi. Selain itu pandangan yang terasa asing dan cara pandang baru, akan memperkaya pemikiran sendiri. d) Bersikap terbuka sikap terbuka merupakan rasa hormat terhadap kebebasan manusia, termasuk tenggang rasa pada hal-hal yang tidak biasa, hal-hal yang baru dan asing. Dan selalu disempurnakan secara berkelanjutan oleh konfrontasi dengan hal-hal baru. e) Rasional warga demokrat mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan secara bebas, dimana akal sehat yang digunakan berpikir. f) Adil bagi warga Negara yang demokrat , tidak ada tujuan baik yang patut diwujudkan dengan cara-cara yang tidak adil, adanya hak serta kewajiban yang samasama terpenuhi dan tidak adanya pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan tidak adil. g) Jujur sikap adil akan melahirkan kejujuran dan tanggung jawab moral, karena warga Negara yang baik selalu mengedepankan akal sehat dan mampu meyakinkan

orang lain, bukan mengakali. Tujuan-tujuan yang tidak jujur hanya bisa diwujudkan dengan melakukan kecurangan.

KECAKAPAN WARGA NEGARA DI ALAM DEMOKRASI ANTARA LAIN YAITU: 1) Kecakapan intelektual, kemampuan warga Negara untuk memikirkan isu politik secara kritis, yaitu memahami isu itu, berikut sejarahnya, keterkaittannya dengan masa kini, serta merangkainya dengan piranti-piranti intelektual untuk membuat berbagai pertimbangan yang akan bermanfaat dalam menangani isu tersebut. 2) Kecakapan partisipatoris, dapat berpertisipasi dengan efektif dan bertanggungjawab serta dilandasi dengan pengetahuan yang cukup, warga Negara perlu memiliki kemampuan tertentu untuk berpartisipasi atau bisa disebut sebagai kecakapan partisipatoris (participatory skill).

Dalam konteks pendidikan politik, kecakapan partisipatoris mencakup tiga kecakapan atau keahlian : 1) Keahlian berinteraksi (interacting) kemampuan yang diperlukan oleh warga negara untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan warga negara lain. Keahlian berinteraksi meliputi keahlian sebagai berikut: mendengarkan dengan penuh perhatian, bertanya dengan efektif, mengutarakan pikiran dan perasaan, mengelola konflik melalui mediasi, kompromi dan kesepakatan. 2) Keahlian memantau (monitoring) isu publik keahlian memantau persoalan politik dan pemerintah mengacu kepada kemampuan warga negara untuk mengamati dam memahami penanganan persoalan tersebut. Keahlian memantau isu politik meliputi kemampuan untuk: meriset isu publik melalui studi pustaka (media massa, informasi elektronik, dan perpustakaan) hingga studi lapangan (observasi, wawancara, dan kuesioner), menghindari pertemuan-pertemuan publik, mengamati proses pengadilan dan mekanisme kerja sistem hukum. 3) Keahlian mempengaruhi (influencing) kebijakan publik keahlian untuk mempengaruhi mengacu pada kemmampuan warga Negara untuk mempengaruhi

proses politik dan pemerintahan. Keahlian mempengaruhi kebijakan piblik meliputi kemampuan untuk: membuat petisi, berbicara didepan umum, bersaksi di depan badan-badan publik, terlibat dalam kelompok advokasi ad-hoc, membangun aliansi.

Anda mungkin juga menyukai