Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BIMBINGAN 13 APRIL 2013

Obat Osteoarthritis Kondroitin Kondroitin yang lebih dikenal dengan nama Kondroitin sulfat adalah glikosaminoglikan (GAG) tersulfatisasi yang tersusun atas rantai gula bercabang (Nasetilgalaktosamin dan asam glukuronat). Ia biasanya ditemukan menempel pada protein sebagai bagian dari senyawa proteoglikan. Rantai kondrotin dapat memiliki lebih dari 100 gula individual yang dapat tersulfatisasi di setiap bagian variabel. Kondroitin sulfat merupakan komponen struktural penting penyusun jaringan kartilago dan berperan dalam meningkatkan ketahanannya terhadap tekanan. Dosis oral dari kondroitin untuk digunakan di dalam uji klinis manusia adalah 8001,200 mg per hari. Kebanyakan kondroitin dibuat dari jaringan kartilago sapi dan babi (trakea sapi dan telinga serta hidung babi). Belum ada efek yang signifikan dari overdosis kondroitin untuk pemakaian jangka panjang.[6]. European League Against Rheumatism (EULAR) mengonfirmasi kondrotin sulfat sebagai salah satu obat teraman untuk mengatsi osteoartritis Glukosamin Glukosamin adalah amino monosakarida yang ditemukan pada kulit udang, proteoglikan, dan glikosaminoglikan. proteoglikan merupakan merupakan bentuk dasar matriks ekstraseluler dari jaringan penyambung tulang rawan sendi. Glukosamin merupakan zat alami penyusun rawan sendi yang diproduksi oleh tubuh dalam jumlah cukup supaya pergerakan sendi tetap lancar. Glukosamin dapat diperoleh dari suplemen makanan. Dosis garam glukosamin (dalam bentuk glukosamin sulfat atau glukosamin hidroklorida) yang biasa dikonsumsi adalah sebesar 1,500 mg per hari. Indikasi Oral glukosamin dipasarkan sebagai pengobatan osteoarthritis. Bentuk yang umum dijual adalah glukosamin sulfat dan glukosamin hidroklorida glukosamin. Glukosamin sering dijual dalam kombinasi dengan suplemen lain seperti kondroitin sulfat dan methylsulfonylmethane.

Makanan yang harus dihindari penderita osteoarthritis adalah: 1. Tomat Biji tomat mengandung banyak asam urat. akumulasi asam urat dalam sendi dapat menyebabkan gejala arthritis.

2. Daging merah Hindari daging merah. Kurangi konsumsi makanan yang mengandung fosfor seperti daging merah. Hal ini dikarenakan semakin banyak fosfor yang ada di dalam tubuh, semakin banyak pula kalsium yang hilang dari tulang. Asam lemak jenuh(daging dan telur) yang tinggi juga meningkatkan kadar kolesterol darah, hal ini menyebabkan penumpukan trombus dan kompleks pada pembuluh darah subkondral. Proses ini berlanjut menjadi iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. 3. Susu Susu mengandung banyak purin yang berkontribusi dalam kenaikan jumlah asam urat dalam tubuh. 4. Ikan bertempurung Ikan bertempurung, seperti kepiting atau udang, sangat kaya akan purin yang bisa berubah menjadi asam urat. 5. Minyak sayur Hindari minyak nabati seperti minyak kedelai atau bunga matahari. Minyak jenis ini mengandung banyak asam lemak omega-6. Lemak ini dapat meningkatkan peradangan. 6. Gula Hindari makanan atau minuman manis yang dapat memperburuk nyeri sendi. Selain itu, penambahan berat badan juga memberi tekanan lebih pada sendi. 7. Kafein Kafein karena membuat tubuh dehidrasi. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat memperburuk rasa sakit pada sendi. Kafein juga menguras nutrisi penting dari tubuh sehingga lebih rentan terhadap rasa sakit. 8. Alkohol Alkohol membuat kalsium tidak diserap ke dalam tulang yang berakibat pada kerapuhan tulang. Alkohol benar-benar buruk bagi orang yang memiliki osteoarthritis.

Berita dugaan malpraktik JAKARTA, KOMPAS.com Pasangan suami istri muda, Gonti Laurel Sihombing (34) dan Romauli Manurung (28) tampak gusar. Putra pertama mereka, Edwin Timothy Sihombing (2,5 bulan), terpaksa kehilangan separuh jari telunjuk kanannya setelah digunting oleh dokter rumah sakit, tempat bayi itu dirawat. Gonti menuturkan, peristiwa itu berawal pada 20 Februari 2013. Saat itu, Edwin, yang baru berusia 28 hari, mengalami demam tinggi. Edwin pun dibawa oleh kedua orangtua ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur. Di IGD, lanjut Gonti, sang anak ditangani dokter jaga IGD dengan memberikan sejumlah obat, mulai dari infus di punggung tangan kanan, obat antikejang yang dimasukkan melalui dubur, hingga peralatan bantu pernapasan. Edwin pun masuk ke ruang Emergency Room khusus bagi pasien anak-anak. "Tanggal 22 Februari 2013, saya lihat jari telunjuk anak saya bengkak. Setelah saya buka perbannya, ternyata bengkaknya parah, bahkan sudah sampai keluar air," ujar Gonti saat ditemui wartawan di dekat RS, Selasa (9/4/2013). Dia melanjutkan, pada 23 Februari 2013, ia melakukan protes kepada dokter rumah sakit atas kondisi jari telunjuk putranya yang semakin lama tampak semakin membusuk. Gonti dan sang istri pun meminta pertanggungjawaban rumah sakit atas hal itu. Namun, pihak rumah sakit malah menyuruh orangtua Edwin untuk memeriksa saraf anaknya di RSUD Pasar Rebo. Keesokan harinya, hasil pemeriksaan itu keluar. Tak ada penyakit membahayakan di tubuh Edwin meski jari telunjuknya bengkak serta membusuk. Dari hari ke hari, kondisi jari telunjuk bocah itu kian memprihatinkan. Jari mungilnya mendadak menghitam seperti terkena luka bakar dan lama-kelamaan kulitnya mengelupas hingga mengeluarkan banyak nanah. "Tanggal 2 Maret 2013, saya balik lagi ke RS Harapan Bunda, saya minta rumah sakit merawat tangan Edwin sampai sembuh. Katanya, mereka bisa mengembalikan ke normal," lanjut Gonti.

Cacat anak saya Tepat di hari kenaikan Isa Almasih, Minggu (31/3/2013) sekitar pukul 07.00 WIB, Romauli yang tengah mencuci wajahnya terkejut mendengar jeritan tak biasa dari putranya di kamar rawat. Usai ditengok, Romauli yang berjaga bersama adiknya terkejut melihat tetesan darah mengalir dari jari Edwin. Dokter bedah tulang rumah sakit tersebut diketahui menggunting dua ruas jari Edwin. "Saya baru tahu jam 11.00 WIB saat istri saya telepon. Kenapa dipotong enggak bilang-bilang orangtua dulu? Cacat anak saya," sesal Gonti. Pada 2 April 2013, Gonti melayangkan surat somasi kepada manajemen rumah sakit atas dugaan salah penanganan pada putranya. Rumah sakit pun mengakui melakukan kesalahan meski, kata Gonti, kepadanya, para petinggi rumah sakit menolak jika kasus itu dikatakan malapraktik. Edwin dirawat dan diobati lagi di RS Harapan Bunda bebas dari biaya dengan janji kesembuhan oleh para dokter. Kini, putranya tak lagi mengalami demam, tetapi jari telunjuk kanannya hilang dua ruas berbalut perban. Pasangan suami istri tersebut pun hanya bisa pasrah atas insiden itu. Mereka berharap manajemen rumah sakit menepati janjinya untuk mengobati jari putranya hingga sembuh. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pejabat RS Harapan Bunda yang dapat diminta konfirmasi terkait kasus ini. JAKARTA, KOMPAS.com Dugaan malapraktik yang dilakukan dokter Rumah Sakit Harapan Bunda dengan menggunting dua ruas jari telunjuk bayi atas nama Edwin Timothy Sihombing (2,5 bulan) kian kuat. Orangtua bayi itu menganggap proses pemotongan tidak sesuai prosedur. Romauli Manurung (28), sang ibu, menuturkan, prosedur paling signifikan yang tidak dijalankan rumah sakit adalah tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada orangtua jika jari sang bayi akan dipotong. Terlebih, proses amputasi dilakukan dokter di luar ruang operasi dan tanpa obat bius. "Tanggal 31 Maret 2013 pukul 07.00 WIB, dua suster sama satu dokter datang ke

ruangan. Anak saya menjerit, pas saya lihat dokter itu menggunting jari tangan anak saya sampai berdarah, enggak dibius dulu," tutur Romauli saat ditemui Kompas.com di ruang rawat sang anak di RS Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (9/4/2013) malam. Ketika Romauli menanyakan langkah tersebut, dokter yang memotong jari Edwin mengatakan hanya ingin menggunting bagian kuku bayi yang dianggapnya telah mati. Namun, Romauli jelas melihat bahwa dokter itu menggunting dua ruas jari telunjuk sang bayi hingga berdarah. Romauli mengaku kecewa atas upaya medis sepihak yang dilakukan pihak rumah sakit. Apalagi, yang paling membuat orangtua sakit hati adalah tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya atas langkah sang dokter tersebut. Padahal, lanjut Romauli, upaya dokter tersebut bisa mengakibatkan putra pertamanya cacat seumur hidup. Gonti Laurel Sihombing (34), ayah sang bayi, melanjutkan, ia sempat mendapatkan surat pemberitahuan operasi beberapa hari sebelum insiden tersebut. Namun, Gonti sama sekali tak menyangka bahwa operasi yang dimaksud dalam surat itu adalah menggunting jari sang bayi. "(Pemotongan) itu saya kira bukan operasi. Karena kalau operasi harusnya di ruangan operasi, tapi ini di dalam kamar rawatnya sendiri. Enggak pakai obat bius lagi oleh dokternya. Anak saya bukan hanya nangis, tapi juga menjerit," ujar Edwin. Semula Edwin dibawa ke RS Harapan Bunda pada 20 Februari 2013 karena demam tinggi. Di ruang IGD khusus anak, dokter memberikan sejumlah penanganan, mulai dari cairan infus di punggung tangan kanan, obat antikejang lewat dubur, hingga peralatan bantu pernapasan. Keanehan mulai tampak pada hari ketiga perawatan. Jari telunjuk hingga titik infus di tangan kanannya mengalami pembengkakan. Bahkan, lama-kelamaan mengeluarkan nanah hingga tampak membusuk. Kondisi itulah yang kemudian berujung pada amputasi dua ruas jari telunjuk Edwin menggunakan gunting oleh dokter rumah sakit tanpa sepengetahuan kedua orangtua

bayi. Kini, dua ruas jari telunjuk tangan kanan Edwin hilang berganti balut perban. Pasangan suami istri tersebut hanya bisa pasrah atas insiden ini. Mereka berharap manajemen rumah sakit menepati janjinya untuk mengobati jari Edwin hingga sembuh. Hingga berita ini diturunkan, belum ada satu pun pihak rumah sakit yang bisa ditemui untuk mengonfirmasi persoalan ini.

Pembagian Regio tubuh 1. Regio Capitis, Capitis ( = kepala ) terdiri dari beberapa Subs- Regio a.l : ~ Regio frontalis ~ Regio Orbitalis, infraorbitalis,Nasalis ~ Regio Zygomaticum, Buccalis ~ Regio Oralis ~ Regio Mentalis b. Lateralis : ~ Regio Temporalis, Parietalis c. Posterior : ~ Occipitalis 2. Regio Colli terdiri dari beberapa subs regio : ~ Submentale ~ Submandibulare ~ Caroticum ~ Omotracheale b. Regio Sternocleidomastoideus c. Regio Cervicalis Lateralis : ~ Cervicalis Lateralis ~ Omoclaviculare ( Fossa Supraclaviculare ) d. Regio cervicalis Posterior 3. Regio Thorax terdiri atas beberapa subsregio. a.l : ~ Regio Pectoralis ~ Regio Parasternalis ~ Regio Mammaria ~ Regio Inframammaria b. Lateralis : ~ Regio Axillaris c. Posterior : a. Anterior ( Facei ) :

a. Regio Cervicalis Anterior :

a. Anterior :

~ Regio Supra & Infra scapularis ~ Regio Scapularis ~ Regio Vertebralis pars Thoracica 4. Regio Abdomen terdiri dari beberapa subs region a.l. : ~ Regio Hypochondriaca Dextra & Sinistra ~ Regio Epigastricum ~ Regio Periumbilicalis ~ Regio Umbilicalis b. Posterior : ~ Regio Lumbalis Dextra & Sinistra ~ Regio Vertebralis Pars Abdominalis

a. Anterior :

5.

Regio Pelvic terdiri atas beberapa subsregio a.l : ~ Regio Hypogastricum ~ Regio Pubogenitale ~ Regio Inguinale b. Posterior : ~ Regio Glutealis ~ Regio Sacralis ~ Regio Analis

a. Anterior :

6.

Regio Extremitas Superior terdiri atas beberapa subsegio a.l :

a. Regio Clavipectoralis b. Regio Deltoideus c. Regio Brachii Anterior d. Regio Brachii Lateralis e. Regio Brachii Medialis f. Regio Cubitalis Anterior & Posterior g. Regio Antebrachii Volaris

h. Regio Antebrachii Dorsalis i. Regio Carpalis Anterior & Dorsalis j. Regio Palmaris & Dorsum Manus 7. a. b. c. Regio Extremitas Inferior terdiri ats beberapa subs region a.l : Regio Femoralis Anterior & Posterior Regio Genu Anterior & Posterior Regio Cruris : ~ Regio Tibialis Anterior & Posterior ~ Regio Pes ( Pedis ) : - Reg. Malleolaris Lateral & Medial - Reg. Calcaneus - Reg. Dorsalis Pedis - Reg. Plantaris Pedis.

Rheumatoid arthritis Definisi Penyakit autoimun dimana persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, pembengkakan, nyeri, dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi

Etiologi belum diketahui pasti, namun faktor predisposisinya adalah faktor genetic: kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR), mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolic, dan infeksi virus

Patofisiologi terjadi reaksi autoimun pada jaringan synovial. Proses fagositosis

menghasilkan enzim dalam sendi yang mana enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi oedemm proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

Manifestasi klinis Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahum pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Biasanya akut, bilateral dan simetris.

Kriteria Rheumatoid Arthritis: Menurut 2010 ACR / EULAR Rheumatoid Arthritis Classification Criteria Setiap pasien dengan total poin 6 atau lebih diklasifikasikan sebagai RA, Keterlibatan sendi: Joint involvement, designating the Metacarpophalangeal joints, proximal interphalangela joints, the interphalangeal joint of the thumb, second through fifth metatarsophalangeal joint and wrist as small joint, and shoulders, elbows, hip joint, knees, and ankles as large joint:

o involvement of 1 large joint 0 point o involvement of 2-10 large joints 1 points o involvement of 1-3 small joints (with or without involvement of large joints) 2 point o involvement of 4-10 small joints (with or without involvement of large joints) 3 point o involvement of more than 10 joints (with involvement of at least 1 small joint) 5 points serological parameters including rheumatoid factor as well as ACPA o negative RF and negative ACPA 0 points o low-positive RF or low-positive ACPA 2 points o high-positive RF or high-positive ACPA 3 points acute phase reactans: 1 point for elevated erythrocyte sedimentation rate, ESR, or elevated CRP value (c-reactive protein) duration of arthriti: 1 point for symptoms lasting six weeks or longer

Jika ditinjau dari stadium penyakitnya terdapat 3 stadium: 1. 2. 3. stadium sinovitis stadium destruksi stadium deformitas

Carpal tunnel syndrome Definisi Neuropati tekanan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinaculum.

Epidemiologi Biasanya timbul pada usia pertengahan. Wanita lebih banyak dari pria. Pada keadaan awal unilateral kemudian bias bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan.

Etiologi 1. herediter: hereditary motor and sensory neuropathies tipe III

2.

trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan.

3. 4. 5.

Infeksi : tensinovitis, tuberculosis, sarkoidosis Metabolic: amyloidosis, gout Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroid, kehamilan

6. 7.

Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltasi metastase, mieloma penyakit kolagen vascular: artritis rematoid, polimialgia reumatika, sklerodermam SLE

8. 9.

degenerative: osteoartritis iatrogenic: punksi arteri radialis, pemasangan shunt vascular untuk dialysis, hematoma

Pathogenesis CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinaculum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi akan menganggu nutrisi intrafasikulerlalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel sehinga mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi oedem epineural.

Gejala klinik Gejala awal berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang0kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Gejal-gejala ini biasanya didapatkan pada malam hari. Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari0jarinya menjadi kurang trampil saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan saat menggenggam

Gout arthritis Definisi Suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi, deposit/timbunan Kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi atau tofi. Etiologi hiperuricemia dan gout primer o hiperuricemia karena penurunnan eksresi (80-90%) disebabkan oleh faktor genetic dan menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperuricemia. o Hiperuricemia karena produksi yang berlebih (10-20%) Kekurangan enzim kekurangan inosine monopospate (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek feedback inhibition proses biosintesis de novo Penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis de novo meningkat Kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bias diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi hipoxantine menjadi asam urat Hiperuricemia dan gout sekunder o Hiperuricemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6

phosphate pada glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob o Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaanyang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin o Hiperuricemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan

filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan Hiperusemia dan gout idiopatik o Tidak jelas penyebab primernya, kelainan genetikm tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas

Faktor resiko suku bangsa / ras; suku maori di Australia, Manado-Minahasa konsumsi alcohol; kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolism normal alcohol asam laktat menghambat eksresi asam urat oleh ginjal peningkatan kadar dalam serum ikan laut; memliki kadar purin yang tinggi obesitas, DM, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemi obat-obatan; diuretikm antihipertensi, aspirin (dosis rendah menghambat eksresi asam urat, dosis tinggi uricosuric) diet tinggi purin

pathogenesis

Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut : Ditemukannyakristaluratdicairansendi,atau Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut : o Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut o Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari o Arthritis monoartikuler

o Kemerahan pada sendi o Bengkak dan nyeri pada MTP-1 o Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1 o Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal o Kecurigaan terhadap adanya tofus o Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis) o Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis) o Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun kadar asam urat normal Gejala klinik - asimptomatik - gout arthritis stadium akut; o Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi paling sering pada MTP-1. Apabila proses berlanjut, dapat terkena sendi lain; pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. - Stadium interkritikal o Kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik asimptomatik. - Stadium gout arthritis menahun o Umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya sendiri (self medication). Biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Lokasi tofi paling sering pada aurikulam MTP-1, olecranon, tendon Achilles dan distal digiti. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi sekitarnya, dan

menyebabkan desktruksi yang progresif pada sendi serta dapat menimbulkan deformitas.

Frozen shoulder Definisi Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakait yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahanperubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul.

Klasifikasi a Primer/ idiopetik frozen shoulder

Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang. b Sekunder frozen shoulder

Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

Etiologi Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression dan Parkinson. Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS frozen shoulder, teori tersebut adalah : a. Teori hormonal. Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause. b. Teori genetik. tahun 2007 mengenai

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama. c. Teori auto immuno. Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal. d. Teori postur. Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Gejala klinik - Nyeri - Keterbatasan lingkup gerak sendi - Penurunan kekuatan otot dan atropi otot - Gangguan aktifitas fungsional

Anda mungkin juga menyukai