Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

Gangguan kepribadian adalah gangguan umum dan kronis. Prevalensinya diperkirakan antara 10 dan 20 persen pada populasi umum. Orang dengan gangguan kepribadian sering dicap sebagai orang dengan kepribadian yang mengganggu, menuntut, atau parasit dan umumnya dianggap memiliki prognosis buruk. Sekitar satu setengah dari semua pasien kejiwaan mengalami gangguan kepribadian, yang sering ko-morbid dengan kondisi Axis I. Gangguan kepribadian juga merupakan faktor predisposisi untuk gangguan kejiwaan lainnya (misalnya, penggunaan narkoba, bunuh diri, gangguan afektif, gangguan dorongan-kontrol, gangguan makan, dan gangguan kecemasan) yang mengganggu hasil pengobatan dari sindrom Axis 1 dan meningkatkan penderitaan cacat personal, morbiditas, dan mortalitas pasien tersebut. Orang dengan gangguan kepribadian jauh lebih mungkin untuk menolak bantuan psikiater dan menolak mengakui masalah mereka daripada orang-orang dengan gangguan kecemasan, gangguan depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif. Gejala gangguan kepribadian adalah bersifat alloplastic (yaitu mampu beradaptasi dan mengubah lingkungan eksternal sesuai dengan keinginannya) dan bersifat ego-syntonic (yaitu diterima oleh ego atau orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya). Orang dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas terhadap perilaku maladaptif mereka. Karena mereka tidak secara rutin mengakui rasa sakit dari apa yang orang lain anggap sebagai gejala mereka, mereka sering tampak tidak tertarik dengan perawatan dan proses pemulihan.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. DEFINISI GANGGUAN KEPRIBADIAN Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.3 Gangguan kepribadian menurut Rusdi Maslim yang merujuk pada PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, dissosial, emosional tak stabil, histrionic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya serta gangguan kepribadian yang tidak tergolongkan.2 Revisi teks dari edisi ke empat Diagnostik Statistik Manual of Mental Disorders (DSMIV-TR) mendefinisikan gangguan kepribadian sebagai pengalaman abadi yang subjektif dan perilaku yang menyimpang dari standar budaya, pervasif yang kaku, memiliki onset pada masa remaja atau awal masa dewasa , stabil melalui waktu, dan menyebabkan ketidakbahagiaan dan penurunan nilai.1 Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak. Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada bentuk perilaku, mood, interaksi sosial, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau berbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk berobat dan melakukan isolasi diri.1 Kemunculan gangguan kepribadian berawal dari kemunculan distres, yang dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.1
2

Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-harinya, secara umum individu yang mengalami gangguan kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau melanjutkan hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal yang kronis, atau kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul dalam dirinya. Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar. Problem ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan halhal yang berbahaya terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri, gangguan seksual sering menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.1 B. FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA GANGGUAN KEPRIBADIAN 1. Faktor Genetika Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1 2. Faktor Temperamental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.3

3. Faktor Biologis Hormon Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunjukkan peningkatan kadar
3

testosterone, 17-estradiol dan estrone.1

Trombosit monoamine oksidase Mahasiswa dengan tingkat MAO trombosit yang rendah dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu dalam kegiatan sosial dari pada siswa dengan tingkat MAO trombosit yang tinggi. Rendahnya tingkat MAO trombosit juga telah dicatat pada beberapa pasien dengan gangguan schizotypal.1

Gerakan mata yang lambat Gerakan mata yang lambat biasanya ada pada orang yang introvert, mereka memiliki harga diri yang rendah dan cenderung menarik diri, dan memiliki gangguan kepribadian schizotypal. Temuan ini tidak memiliki aplikasi klinis, tetapi mereka menunjukkan peran warisan.1

Neurotransmitter Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, yaitu mempunyai efek analgesia dan penindasan gairah. Tingginya kadar endorphin endogen mungkin berhubungan dengan orang-orang yang apatis.. Tingkat 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan pada pasien yang impulsif dan agresif. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik seperti fluoxetine (Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam beberapa karakter kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi depresi, impulsif, dan dapat menghasilkan rasa kesejahteraan umum. Konsentrasi dopamin meningkat dalam sistem saraf pusat yang dihasilkan oleh psikostimulan tertentu misalnya amfetamin yang dapat menyebabkan euforia. 1

Elektrofisiologi Perubahan konduktansi listrik pada elektroensefalogram (EEG) yang terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian seperti antisosial dan borderline, dimana pada gangguan kepribadian antisosial dan borderline mempunyai aktifitas EEG yang lambat.1
4

4.

Faktor Psikoanalitik Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti. 1

C. KLASIFIKASI GANGGUAN KEPRIBADIAN Menurut DSM-IV-TR, gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi : 3 a. Cluster A Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. b. Cluster B terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu. c. Cluster C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif. Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kepribadian berdasarkan DSM-IV-TR : 1


Pola pengalaman batin yang abadi dan perilaku yang menyimpang secara nyata dari

budaya individu. Pola ini diwujudkan dalam dua atau lebih dari bidang-bidang berikut: Kognisi (yaitu, cara memahami dan menafsirkan diri, orang lain, dan peristiwa) Efektifitas (yaitu, jangkauan, intensitas, lability, dan ketepatan respon emosional)
5

Fungsi interpersonal Control impuls Pola abadi yang tidak fleksibel dan menyebar luas di berbagai situasi pribadi dan sosial.

Pola abadi yang menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam bidang-bidang penting dalam sosial, pekerjaan, atau fungsional.

Pola yang stabil dan durasi panjang, dan onset yang dapat ditelusuri kembali setidaknya ke masa remaja atau awal masa dewasa.

Pola bertahan yang dicatat tidak baik sebagai manifestasi atau konsekuensi lain gangguan mental.

Pola abadi bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya kepala). trauma

D. GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan terhadap orang lain. Mereka menolak tanggung jawab atas perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Mereka sering bermusuhan, mudah tersinggung, dan marah termasuk pasangan yang cemburu secara patologis.1

EPIDEMIOLOGI Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%. Orang dengan gangguan kepribadian jarang mencari pengobatan sendiri. Gangguan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.1 GEJALA KLINIS
6

Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecendrungan yang pervasif dan tidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau mengancam secara disengaja. Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan menggunakan pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls dan pikiran yang tidak dapat diterimanya sendiri. Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid adalah terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu berfikir rasional dan objektif, tetapi sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain.1 DIAGNOSA Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Paranoid menurut DSM-IV-TR : 1 A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan .tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan,atau menghianati dirinya. 2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja. 3. Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya. 4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau kejadian yang biasa. 5. Secara persisten menyimpan dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau kelalaian. 6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.
7

7. Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksual. B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

DIAGNOSA BANDING 1. Gangguan waham : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid.1 2. Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan fikiran formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid.1 3.Gangguan schizoid : menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid. 1

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan. kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan kepribadian p a r a n o i d a d a l a h t e r j a d i s e u m u r h i d u p . P a d a o r a n g l a i n , g a n g g u a n i n i a d a l a h t a n d a d a r i skizofrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka menjadi semakin matang maka stress akan menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi, perhatian yang t e p a t t e r h a d a p m o r a l i t a s d a n p e r h a t i a n a l t r u i s t i k . Tetapi, pada umumnya pasien
8

dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya. Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah sering ditemukan. 1

TERAPI 1. Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidakpercayaan pasien.1 2. Farmakoterapi Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine(Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadok, Sinopsis Psikiatri Jilid 2, 1997, Binarupa Aksara, Jakarta 2. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta. 3. http://valmband.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Anda mungkin juga menyukai