Anda di halaman 1dari 33

1

I. Pendahuluan
1. Umum
Sebuah struktur dinyatakan masih berfungsi seperti rencana apabila masih memenuhi tiga
syarat minimum berikut :
a. kekuatan (strength),
b. kenyamanan (serviceability) dan
c. keawetan (durability).
Memenuhi syarat kekuatan diartikan bahwa struktur itu masih mampu menahan beban yang
direncanakan pada saat struktur tersebut ditinjau dengan suatu faktor aman (safety factor)
tertentu. Perubahan beban dalam sebuah standar sering menyebabkan tidak terpenuhinya syarat
ini. Beban yang ditinjau dalam syarat ini adalah beban mati dan beban hidup yang bersifat statik.
Tinjauan terhadap beban dinamik wajib dilakukan apabila struktur tersebut rentan terhadap beban
gempa (erathquake shake) atau beban angin (wind load) atau beban gelombang air
(hydrodynamic) atau beban mesin (machine rotation) atau beban orang beraktivitas (human
activity) atau kombinasi dari beberapa beban-beban tersebut terakhir. Beban dinamik ini
disamping berkaitan dengan kekuatan juga berkaitan dengan kenyamanan yang merupakan
indikator dari kerentanan yang dapat mempengaruhi kekuatan sebuah struktur. Beban dinamik
menimbulkan amplifikasi terhadap simpangan statiknya apabila frekuensi dari beban dinamik itu
berdekatan/ berhimpitan dengan salah satu frekuensi alami struktur (natural/ predominant
frequency). Amplifikasi dari simpangan statik berakibat meningkatnya tegangan statik. Semakin
besar amplifikasi simpangan statik itu (faktor pembesaran ini disebut faktor pelipat dinamik/
dynamic magnification factor) akan menyebabkan tegangan internal yang semakin mendekati
tegangan lelehnya/ ultimit. Walaupun tegangan internal itu masih di dalam tegangan elastiknya
namun apabila tegangan internal itu bersifat ulangan (ritmik) dapat menyebabkan umur bangunan
itu akan menjadi lebih singkat dibandingkan dengan umur rencana (life cycle). Kerusakan/
keruntuhan seperti ini disebut kerusakan/ keruntuhan lelah (fatigue failure). Untuk menghindari
simpangan dinamik yang berlebihan tersebut, struktur harus memenuhi syarat frekuensi alami
minimum, atau redaman minimum dan simpangan dinamik maksimum.
Pengaruh aktivitas manusia/ lingkungan yang menyebabkan peningkatan simpangan statik
biasanya tidak menimbulkan keruntuhan apabila diketahui sejak dini akan adanya tanda-tanda
yang mengarah pada keruntuhan itu (misalnya : ada perasaan tidak nyaman/ khawatir saat
2

menggunakan fasilitas itu atau ada perilaku retak-retak halus yang tidak seharusnya terjadi).
Namun tidak demikian halnya apabila pengaruh itu berasal dari alam, seperti angin dan gempa
bumi tektonik yang datangnya secara mendadak dan tidak disertai peringatan dini sebelumnya
sehingga tidak bisa dihindari. Melalui pengamatan lapangan dan diikuti dengan pemodelan,
keamanan sebuah struktur dapat dinilai (do assesment) untuk kemudian diambil langkah-langkah
pengamanan.

2. Geteran oleh Akibat Aktivitas Manusia
Dasar dari analisis getaraan pada sebuah struktur dapat dipahami melalui model massa-
pegas-redaman (mass-spring-damper). Bahkan struktur yang rumit sekalipun seperti gedung atau
jembatan dapat dimodelkan sebagai jumlahan dari sistem massa-pegas-redaman. Model massa-
pegas-redaman merupakan sebuah contoh dari osilasi harmonik sederhana.
3

II. SISTEM BERDERAJAT KEBEBASAN
TUNGGAL (SDOF)
2.1. Getaran Paksa pada Sistem Berderajat Tunggal Tak-rerredam (Forced Vibration on
Undamped SDOF)

Gb.2.1. Sistem berderajat kebebasan tunggal takterredam
dengan gaya eksitasi F(t)

Persamaan gerak dinamik dari sistem dalam Gb.1 seperti berikut ini:
x m . + x k. =F(t). (1)
Bila persamaan (1) dibagi dengan massa,m akan didapat :
m
t F
x
m
k
x
) (
. = + (2)
Gaya penyebab getaran F(t) dapat bermacam-macam bentuknya seperti berikut ini :
a) Gaya konstan sepanjang waktu
b) Gaya kejut/ impak/ impulse
c) Gaya sinusoidal (pada pusat massa dan pada tumpuan)

a) F(t) berupa gaya konstan sepanjang waktu

Gb.2. Gaya eksitasi konstaan terhadap waktu
Hubungan beban dan waktu dapat dilihat dalam Gb.2. F(t) dapat diwujudkan dalam persamaan
linear x
p
=a.t +b. Persamaan yang menggambarkan pola gaya luar F(t) disebut persamaan
x
x k.
) (t F
x m .
F(t) =F(0)
t
F(t)

4

particular, sedang respon struktur akibat gaya luar itu disebut persamaan homogeneous dan dapat
dinyatakan dalam bentuk x
h
=A sin pt +B cos pt
Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular, b t a x
p
+ = . adalah a x
p
= dan 0 =
p
x .
Memasukkan hasil turunan itu ke dalam persamaan (2) didapat :
m
F
b t a
m
k ) 0 (
) . .( 0 = + + ; bila p
2
=k/m maka persamaan terakhir menjadi
m
F
b t a p
) 0 (
) . .( 0
2
= + + memasukkan m =k/p
2
didapat
k
F
p b t a p
) 0 (
) . .( 0
2 2
= + +
k
F
b t a
) 0 (
) . ( 0 = + +
Bila persamaan terakhir dilakukan penyamaan diantara ruas kiri dan ruas kanan akan didapat :
a.t =0 a =0
dan dengan demikian b =
k
F ) 0 (
sehingga x
p
=a.t +b =
k
F ) 0 (

Respon dari dari sistem ini merupakan kombinasi antara x
h
dan x
p
:
x = x
h
+x
p
=A sin pt +B cos pt +
k
F ) 0 (
(3)
Untuk menyeleaikan persamaan terakhir (3) dapat dilakukan dengan memasukkan kondisi batas
parameternya yaitu A dan B.
Sesaat sebelum dikenakan gaya luar t = maka sistem masih dalam kondisi diam atau x =0
demikian pula tidak ada kecepatan yang berarti 0 = x . Memasukkan kondisi batas x = 0 dan t =
itu ke dalam persamaan (3) didapat :
0 = A sin p + B cos p +
k
F ) 0 (
(4)
Turunan pertama dari persamaan (3) adalah = x Ap cos pt - Bp sin pt, memasukkan t = dan
0 = x didapat :
0 = Ap cos p - Bp sin p (5)

p
p B
A
cos
sin
=
Substitusi persamaan terakhir ke dalam persamaan (4) diperoleh :
k
p F
B
cos ) 0 (
= dan
k
p F
p k
p p F
A

sin ) 0 (
cos
sin cos ) 0 (
=

=
Memasukkan parameter A dan B ke dalam persamaan (3) didapat :
+

=
k
pt p F
x
sin sin ) 0 (
+

k
pt p F cos cos ) 0 (
k
F ) 0 (

5

{ } 1 cos cos sin sin
) 0 (
+

= pt p pt p
k
F
x = { } 1 ) ( cos
) 0 (

t p
k
F

{ } ) ( cos 1
) 0 (
= t p
k
F
x (6)
Maksimum dari x terjadi bila ) ( cos t p =0 dan x akan minimum bila ) ( cos t p =1. Jadi :
k
F
x
mak
) 0 (
= dan 0
min
= x grafik dari persamaan (6) untuk 2
) 0 (
=
k
F
seperti dalam Gb.3 di
bawah.

Gb.3. Gaya Eksitasi Sinusoidal terhadap Waktu

b) F(t) berupa gaya kejut/ impak/ impulse
Gaya kejut/ impulse merupakan fungsi Gaya dan Waktu I = F(0).t. Menurut hukum
kekekalan Momentum impulse memberikan perubahan momentum sehingga momentum
merupakan fungsi massa dan perubahaan kecepatan m v I . A =
Pada kondisi diam yaitu t = impulse dikerjakan sistem dalam keadaan diam x =0, dan setelah
itu sistem bergetar bebas F(t) =0. Demikian pula pada saat t = kecepatan sistem v x A =

Gb. 4. Gaya eksitasi berupa impulse/ impak
Persamaan particular x
p
=0 sedang x
h
=A sin pt +B cos pt, memasukkan kondisi batas t = dan
x =0 didapat :
x
h
=A sin pt +B cos pt
t
F(0)

t
F(t)
6

0 = A sin p + B cos p


p
p B
A
sin
cos
= (7)
Turunan pertama dari persamaan x
h
:
=
h
x A.p cos pt B.p sin pt memasukkan t = dan v x A =
v x A = =Ap cos p Bp sin p m I v / = A
m I / = Ap cos p Bp sin p
p m
I
.
= A cos p B sin p (8)
Memasukkan persamaan (7) ke dalam persamaan (8) didapat :


p
B
p p
p
B
p m
I
sin
) sin (cos
sin .
2 2

= +

=
p m
p I
B
.
sin
= (9)

Gb. 5. Respon sistem terhadap waktu
Persamaan gerak sistem ini x =x
p
+x
h
=0 +A sin pt +B cos pt
Memasukkan persamaan (7) dan (9) ke dalam persamaan terakhir didapat :
x =


p
p B
sin
cos
sin pt +B cos pt =
p
B
sin

(cos p sin pt + cos pt sin p)


x =
p
B
sin

sin p (t - )
Memasukkan persamaan (9) ke dalam persamaan terakhir didapat :
x =
p m
I
.
sin p (t - ) (10)

c) F(t) berupa gaya sinusoidal
Gaya berbentuk sinusoidal umumnya digunakan karena banyak ahli berpendapat bahwa sinyal
yang ada di alam ini bersifat tetap atau paling sedikit akan berulang dalam waktu yang tidak
diketahui (deterministic). Demikian pula ahli matematik Joseph Sebastian Fourier berpendapat
bahwa setiap sinyal yang ada sebenarnya merupakan penjumlahan dari banyak sinyal sinusoidal
yang memiliki amplitudo dan frekuensi yang bervariasi.
7

Fungsi gaya yang digunakan F(t) =F(0) sin t dan persamaan gerak dari sistem massa-pegas
berbentuk :
x m . + x k. =F(0) sin t (11)

Gb. 6. Gaya eksitasi berupa sinusoidal
Penyelesaian persamaan diferensial itu dapat dilakukan melalui :
1) Persamaan particular x
p
= a sin t
2) Persamaan homogeneous x
h
=A sin pt +B cos pt
Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular menjadi :
t a x
p
cos . = dan t a x
p
sin .
2
=
Memasukkan persamaan terakhir ke dalam persamaan (11) diperoleh :
m.( t a sin .
2
) +k.(a sin t) = F(0) sin t
Bila persamaan terakhir dibagi dengan m dan memasukkan p
2
=k/m maka akan didapat :
( t a sin .
2
) +(k/m).(a sin t) = {F(0)/m} sin t
( t a sin .
2
) +p
2
.(a sin t) = {F(0)/m} sin t
Menyamakan ruas kiri dan kanan diperoleh :
2
. a +p
2
.a ={F(0)/m} a.(p
2
-
2
)=F(0)/m
) .(
) 0 (
2 2

=
p m
F
a
Persamaan particular menjadi : t
p m
F
x
p

sin
) .(
) 0 (
2 2

=
Persamaan gerak sistem dengan gaya luar sinusoidal menjadi :
x = x
h
+x
p
=A sin pt +B cos pt + t
p m
F

sin
) .(
) 0 (
2 2


Persamaan di terakhir secara matematika benar tetapi secara fisika tidak benar karena pada saat p
maka (p
2
-
2
) =0 sehingga simpangan x menjadi . Untuk itu menurut hukum LHospital
persamaan tersebut harus diturunkan sebagai berikut :
8



. . 2
cos . ). 0 (
)} .( { /
} . sin ). 0 ( { /
2 2
m
t t F
p m
t F

=
c c
c c

x = x
h
+x
p
=A sin pt +B cos pt t t
m
F

cos .
. 2
) 0 (
(12)
x = Ap cos pt - Bp sin pt ( ) t t t
m
F

sin . . cos . 1
. 2
) 0 (

Pada t =0 x =0 dan x =0
0 =0 +B 0 B =0
0 =Ap 0 -
. 2
) 0 (
m
F
A =
p m
F
. . 2
) 0 (


x =
p m
F
. . 2
) 0 (

sin pt t t
m
F

cos .
. 2
) 0 (
=
p m
F
. . 2
) 0 (

(sin pt pt cos t)
Parameter A dan B dapat diketahui melalui kondisi batas yaitu bahwa pada saat t =0 sistem tidak
bergerak yang berarti x =0, dan juga dengan demikian 0 = x . Memasukkan kondisi batas ke
dalam persamaan (12) diperoleh
0 =0 +B cos 0 +0 berarti B =0
Mengingat persamaan diferensial perkalian 2 fungsi :
t
u
v
t
v
u v u
t c
c
+
c
c
=
c
c
. . )} . {
= x A.p cos pt B.p sin pt ( ) t t t
m
F

cos sin . .
. 2
) 0 (
+
0 =A.p cos 0 0 ( ) 0 cos 0
. 2
) 0 (
+
m
F
0 =A.p
. 2
) 0 (
m
F
A =
. . 2
) 0 (
p m
F

Persamaan gerak dari sistem menjadi :
x =
. . 2
sin ). 0 (
m p
t p F


. 2
cos . ). 0 (
m
t t F
=
. . 2
) 0 (
m p
F
) cos . . sin ( t t p t p (13)
Bila gaya luar F(t) terletak pada tumpuannya maka persamaan gerak menunjukkan tidak adanya
gaya luar itu pada persamaan keseimbangan.
x m . + ) .( x k =0 x m . + . . k x k =0 x m . + . . k x k =
Bila persamaan terakhir dibagi dengan m maka : x + . .
m
k
x
m
k
= dan memasukkan persamaan p
2

=k/m maka : x + . .
2 2
p x p = , bila = C.sin t maka :
x +
2 2
. p x p = C.sin t (14)

9


Gb. 7. Sistem berderajat tunggal takterredam
dengan gaya eksitasi pada tumpuan
Penyelesaian dari persamaan itu seperti berikut :
1) Persamaan particular x
p
= a sin t
2) Persamaan homogeneous x
h
=A sin pt +B cos pt
Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular menjadi :
t a x
p
cos . = dan t a x
p
sin .
2
=
Memasukkan persamaan terakhir ke dalam persamaan (14) diperoleh :
( t a sin .
2
) +p
2
.(a sin t) =p
2
C sin t
(
2
. a ) +p
2
.a =p
2
C a (p
2

2
) =p
2
C
) (
2 2
2

=
p
C p
a
x = x
h
+x
p
=A sin pt +B cos pt + t
p
C p

sin
) (
2 2
2

(15)
Parameter A dan B dapat diketahui melalui kondisi batas yaitu bahwa pada saat t =0 sistem tidak
bergerak yang berarti x =0, dan juga dengan demikian 0 = x . Memasukkan kondisi batas ke
dalam persamaan (15) diperoleh
0 =0 +B cos 0 +0 berarti B =0
= x A.p cos pt B.p sin pt + t
p
C p

cos
) (
2 2
2


0 =A.p cos 0 0 + 0 cos
) (
2 2
2

p
C p
0 =A.p +
) (
2 2
2

p
C p
A =
) (
2 2

p
C p

Memasukkan parameter A dan B ke dalam persamaan (15) diperoleh :
x =
) (
2 2

p
C p
sin pt + t
p
C p

sin
) (
2 2
2

(16)
Bila frekuensi gaya luar (excitation frequency) mengecil 0 maka simpangan x dari
persamaan (16) menjadi :
x

) .( x k
) (t F
x m .
10

x t
p
C p

sin
) (
2 2
2

x t
p
C p
sin
2
2
C sin t
Persamaan terakhir menunjukkan bahwa simpangan sistem x akan semakin besar sejalan
dengan meningkatnya t.
Disamping itu bila >>>p maka persamaan (16) menunjukkan simpangan x 0. Bila p
maka (p
2

2
) 0 dan simpangan x akan menjadi besar tak berhingga
A. Getaran Bebas pada Sistem Berderajat Tunggal Terredam (Free Vibration on Damped
SDOF)
Semua sistem memiliki kemampuan untuk mendisipasi (meredam) energi yang ada di dalam
sistem itu, sehingga setiap saat energi kinetik seimbang dengan energi potenisal-nya. Disipasi
energi dapat dalam berbagai bentuk yaitu :
1. Tahanan gesek luar (udara, cairan)
2. Tahanan gesek dalam (gerakan molekul yang berubah menjadi panas)
Redaman pada umumnya sebanding lurus dengan kecepatan, c. x . Redaman demikian disebut
redaman viskos/ linear. Selain redaman viskos dijumpai redaman lain yang sifatnya non-linear
seperti :
1. Redaman gesek yang merupakan fungsi dari simpangan c.( x / x )
2. Redaman polinomial yang merupakan fungsi polinomial dari kecepatan c.
n
x} {
Pada kesempatan ini hanya dibahas jenis redaman linear/ viskos. Persamaan gerak sistem
berderajat tunggal dinyatakan seperti berikut :


Gb.8. Sistem berderajat tunggal terredam dengan
gaya eksitasi F(t) =0
x m . + x c . + x k. =0 x + x
m
c
. + x
m
k
. =0,
x
x k.
0 ) ( = t F
x m .
x c .
11

Bila
m
k
p =
2
dan
m
c
n = . 2 maka
x + x n . 2 + x p .
2
=0 (17)
Penyelesaian persamaan gerak itu dapat diselesaikan melalui persamaan particular dan
homogeneous. Persamaan particular x
p
= 0 karena tidak ada gaya luar, sedang persamaan
homogeneous x
h
=A sin t + B cos t. Secara matematik persamaan homogeneous dapat pula
ditulis x
h
=A.e
r.t
karena alasan kemudahan dalam proses diferensiasinya.
Dengan demikian :
t r
h
e r A x
.
. . = dan
t r
h
e r A x
. 2
. . = . Memasukkan persamaan diferensial ke dalam
persamaan (17) didapatkan :
t r
e r A
. 2
. . +2n.
t r
e r A
.
. . + p
2
.
t r
e A
.
.. =0, atau dapat ditulis pula : e
r.t
{ r
2

+ 2n.r + p
2
} = 0. Bila ruas kiri disamakan dengan ruas kanan akan didapatkan bahwa e
r.t
tidak
mungkin sama dengan nol karena kalau sama dengan nol berarti tidak ada osilasi/ getaran. Jadi {
r
2
+ 2n.r + p
2
} = 0
2
. 4 ) 2 ( 2
2 2
2 , 1
p n n
r

=
2 2
2 2
1
2
2 2
p n n
p n n
r + =
+
=
2 2
2 2
2
2
2 2
p n n
p n n
r =

=
x =x
h
+x
p
=
t r r
e A
). (
2 1
.
+
=
t r t r
e B e A
). ( ). (
2 1
. . + =
t p n n t p n n
e B e A
). ( ). (
2 2 2 2
. .
+
+
X =
(

+
t p n t p n nt
e B e A e
). ( ). (
2 2 2 2
. . (18)
Persamaan (18) menunjukkan bahwa apabila :
1. n >p maka akan terjadi redaman berlebih (over damped) karena
2 2
p n positif.
X =
(

+
t p n t p n nt
e B e A e
). ( ). (
2 2 2 2
. .



Gb.9. Sistem dengan (a) redaman lebih (over damped),
redaman kritik (critical damped), dan redaman kurang (under damped)

12

2. n =p maka akan terjadi redaman kritik (critical damped
2 2
2 , 1
p n n r = untuk n =p maka n r =
2 , 1
x =
nt
e A

.
Dari persamaan 2n =c/m dan memasukkan n =p didapat 2p =
m
c
critic
atau
c
critic
= 2.p.m, jadi bila m diketahui maka koefisien redaman kritik dapat dihitung
Bila merupakan nilai banding antara koefisien redaman terhadap redaman kritik maka
m p
c
c
c
critic
. . 2
= = m p c . . . 2 =
3. n <p maka akan terjadi redaman kurang karena
2 2
p n negatif.
2 2
2 , 1
p n n r = bila 1 =i maka
2 2
n p bila
2 2
n p = p maka
x = | |
t p i t p i nt
e B e A e
). . ( ). . (
. .

+ bila = t p. maka
x = | |
. .
. .
i i nt
e B e A e

+ (19)
Memasukkan kembali

sin cos
.
i e
i
=

dan

sin cos
.
i e
i
+ = ke dalam persamaan (19)
didapatkan :
x = | | ) sin .(cos ) sin .(cos i B i A e
nt
+ +


x = | | ) sin )( .( ) )(cos ( B A i B A e
nt
+ +

= | | sin )
~
.( cos )
~
( B i A e
nt
+


x = ) ( cos .

X e
nt
memasukkan t p = maka
x = ) ( cos . .

t p X e
nt
(20)



Gb.10. Getaran bebas dengan redaman kurang
(under damped free vibration)
x
1
x
2
N =2
13

nt
e

menunjukkan penurunan getaran secara eksponensial dan


) ( cos . t p X menunjukkan osilasi di dalamnya. Bila p f T / 2 / 1 = = dengan
2 2
n p p =
Pada saat t =t
1
maka x
1
= ) ( cos . .
1
1

t p X e
nt

Pada saat t =t
2
maka x
2
= ) ( cos . .
2
2

t p X e
nt

Bila t
2
=t
1
+T maka x
2
= } ) ( { cos . .
1
) (
1
+
+
T t p X e
T t n
. Apabila x
1
dan x
2
diambil pada
puncak getaran maka ) ( cos
1
t p dan } ) ( { cos
1
+T t p akan sama dengan 1 (satu).
Nilai banding antara x
1
dan x
2
memberikan :
T n T n nt nt
T t n
nt
e e
e X
e X
x
x
= = =
+ +
+

1 1
1
1
) (
2
1
.
.
ln
2
1
x
x
=ln
T n
e
ln
2
1
x
x
=n. T dengan n =
m
c
2

Bila jumlah siklus lebih dari satu maka persamaan terakhir menjadi :
ln
2
1
x
x
=N.n. T dengan N =jumlah siklus antara x
1
dan x
2
(21)
c = 2 n.m tetapi juga bisa ditulis c = 2.p..m, bila kedua persamaan dihubungkan didapat
n = p..
T = =
)
`

p
2

2 2
2
n p

2 2
) . (
2

p p
=

2
1 .
2

p

Substitusi persamaan terakhir ke dalam persamaan (21) didapat :
ln
2
1
x
x
=

2
1 .
. . 2

p
N n
ln
2
1
x
x
=

2
1 .
. . . 2


p
N p
=

2
1
. . 2

N
(22)
B. Getaran Paksa pada Sistem Berderajat Tunggal Terredam (Forced Vibration on
Damped SDOF)
Seperti halnya telah diuraikan dalam bab getaran paksa tak-terredam maka beban paksa dapat
dalam berbagai bentuk seperti beban konstan yang dikerjakan secara tiba-tiba , beban impulse/
impak, beban sinusoidal dan gerakan pada tumpuan. Secara umum dapat dituliskan persamaan
geraknya sebagai berikut :
14


Gb.11. Sistem berderajat tunggal terredam dengan
gaya eksitasi F(t) =F(0) sin t
x m . + x c . + x k. =F(t) x + x
m
c
. + x
m
k
. =F(0) sin t
Bila
m
k
p =
2
dan
m
c
n = . 2 maka
x + x n . 2 + x p .
2
=
m
t F sin ) 0 (
(23)
Penyelesaian persamaan gerak itu dapat diselesaikan melalui persamaan particular dan
homogeneous. Persamaan particular x
p
=A sin t + B cos t, sedang persamaan homogeneous
x
h
=A sin pt +B cos pt atau x
h
=C.e
-n.t
cos (pt-).
Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular menjadi :
t B t A x
p
sin . cos . = dan t B t A x
p
cos . sin .
2 2
=
Memasukkan persamaan terakhir ke dalam persamaan (22) diperoleh :
( t B t A cos . sin .
2 2
) +2n.( t B t A sin . cos . ) +
p
2
. t B t A cos . sin . + =
m
t F sin ) 0 (

t p A B n A sin ) . . . . 2 . (
2 2
+ + t p B n A B cos ) . . 2 . . (
2 2
+ + =
m
t F sin ) 0 (

Menyamakan ruas kiri dan ruas kanan diperoleh :
= + ) . . . . 2 . (
2 2
p A B n A
m
F ) 0 (
= + ) .( . . . 2
2 2
p A B n
m
F ) 0 (

) . . 2 . . (
2 2
p B n A B + + =0 ) .( . 2 .
2 2
+ p B n A =0
Dua persamaan terakhir memberikan : B
n
p
A

. 2
) (
2 2

= . Memasukkan persamaan ini ke dalam
persamaan sebelumnya didapat :
} . 4 ) {(
. . 2 ) 0 (
2 2 2 2 2
2


n p
p n
k
F
B
+

=
x
x k.
) (t F
x m .
x c .
15

Persamaan particular x
p
= A sin t + B cos t bisa ditulis juga x
p
=X sin (t - ) dan hubungan
diantara keduanya dapat dinyatakan seperti berikut :
A sin t + B cos t =X sin (t - )
=X {sin t cos - cos t sin )
=X sin t cos - X cos t sin
Menyamakan ruas kiri dan ruas kanan diperoleh :
A =X cos ; B =X sin A
2
+B
2
=X
2
{cos
2
+sin
2
} X
2
=A
2
+B
2

tan =

cos
sin
=
A
B
=
A
B
arc

tan
Memasukkan parameter A dan B ke dalam persamaan X
2
=A
2
+B
2

2
X = +
(


2
2 2
. 2
) (
B
n
p

B
2
=B
2

(

+

1
) . 2 (
) (
2
2 2 2

n
p

2
X =
2 2 2 2 2 2
2 2
2
} . 4 ) {(
) . . 2 ( ) 0 (


n p
p n
k
F
+
)
`

+

1
) . 2 (
) (
2
2 2 2

n
p

Bila R =
2 2 2 2 2
. 4 ) ( n p +
2
X =
2
2 2
2
2
) . . 2 ( ) 0 (
R
p n
k
F
)
`

+ +
2
2 2 4 2 2 4
) . 2 (
. 4 ) . . 2 (


n
n p p

2
X =
)
`

2
2
) 0 (
k
F
(

+ +
2 2
2 2 4 2 2 4 2
4
) . 2 .(
} ) 2 ( { } 2 { ) . 2 (


n R
n p p n
p
2
X =
)
`

2
2
) 0 (
k
F
(

+
+
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
4
} . 4 ) {(
) 2 ( } {


n p
n p
p
X =
2
) 0 (
p
k
F
)
`

2 2 2 2 2
2 2 2 2
} ) . 2 ( ) {(
) . 2 ( ) (


n p
n p
+
+
=
)
`

k
F ) 0 (
p
2
} ) . 2 ( ) {(
1
2 2 2 2
n p +

Memasukkan n = .p
X =
)
`

k
F ) 0 (
p
2
} ) . . 2 ( ) {(
1
2 2 2 2
p p +
bila r
p
=
)
`


X =
)
`

k
F ) 0 (
} ) . 2 ( ) 1 {(
1
2 2
2
2
p p

+
=
2 2 2
) . 2 ( ) 1 (
1 ) 0 (
r r
k
F
+ )
`


Static Displacement =
)
`

k
F ) 0 (

16

Dinamic Magnification Factor (DMF) =
2 2 2
) . 2 ( ) 1 (
1
r r +
(24)
=
A
B
arc

tan =
(
(
(
(
(

|
.
|

\
|

2
1
1
. 2
tan
p
p

=
(

2
1
1
. 2
tan
r
r
(25)
Persamaan gerak dari sistem ini
x
h
=C.e
-n.t
cos (pt - )
x
p
= A sin t + B cos t atau X sin (t - )
x =x
h
+x
p
=C.e
-n.t
cos (pt - ) + X sin (t - )
= C.e
-n.t
cos (pt - ) +
)
`

k
F ) 0 (
. DMF. sin (t - )

Gb.12. Pengaruh redaman pada getaran tetap (steady state)
Persamaan homogeneous bersifat sementara karena mengandung unsur eksponensial e
-n.t

sehingga persamaan gerak lebih didominan oleh persamaan particular.
x =
)
`

k
F ) 0 (
. DMF. sin (t - ) =
)
`


k
t F ) ( sin ) 0 (
2 2 2
) . 2 ( ) 1 (
1
r r +
(26)
17


Gb.13. Pengaruh rasio redaman, pada DMF
Persamaan (26) ini memiliki sifat sebagai berikut .
Bila 0 maka r
2
0 DMF = 1
x =
)
`


k
t F ) ( sin ) 0 (
.1 simpangan dinamik sama dengan simpangan statik
Bila >>> p maka r
2
DMF = 0
x =
)
`


k
t F ) ( sin ) 0 (
.0 x 0, sistem hampir-hampir tidak bergerak
Bila = p maka r
2
= 1 DMF =
r . 2
1


x =
)
`


k
t F ) ( sin ) 0 (
r . 2
1

simpangan sistem dikendalikan oleh


rasio redaman , bila 0 maka x akan besar terjadi resonansi.
Persamaan fase =
(

2
1
1
. 2
tan
r
r
menunjukkan pula bahwa pada saat :
0 maka r 0 =
(

2
1
1
. 2
tan
r
r
= | | 0 tan
1
+

= 0
o

= p maka r = 1 =
(

1 1
1 . 2
tan
1

= | |
1
tan = 90
o
>> p maka r =
(

1
. 2
tan
1

= | | 0 tan
1

= 180
o

Pada 0 maka tidak ada perbedaan fase antara getaran eksitasi dan getaran respon, tetapi pada
saat = p maka getaran respon tertinggal = 90
o
sedang pada >> p maka getaran respon
tertinggal 180
o


18


Gb. 14. Pengaruh nilai banding frekuensi (/p) pada beberapa fase()

C. Penyaluran Gaya pada Sistem Berderajat Tunggal Terredam (Force Transmissibility
on Damped SDOF)
Gaya yang bekerja pada sistem akan diteruskan ke sistem pendukung/ support melalui pegas dan
peredam. Seperti sudah diketahui bahwa persamaan simpangan pada sistem berderajat tunggal
adalah sebagai berikut.

Gb.15. Penyaluran gaya pegas dan peredam
x =
)
`

k
F ) 0 (
. DMF. sin (t - ) x = .
)
`

k
F ) 0 (
. DMF.cos (t - )
Memasukkan : m =k/p
2
; c =2p.m. ke dalam persamaan terakhir diperoleh :
Fd =c. x =(2p.m.) .
)
`

k
F ) 0 (
DMF.cos (t - ) = 2.p. .
)
`

2
p
k
.
)
`

k
F ) 0 (
DMF.cos (t - )
Fd =2.d
)
`

F(0).DMF.cos (t - )
Total gaya yang ditransfer :
x c Fd . =
x
x k Fs . =
) (t F
x m .
19

Fs +Fd =k.x +c. x =k.
)
`

k
F ) 0 (
. DMF. sin (t - ) + 2.d
)
`

F(0).DMF.cos (t - )
={F(0). DMF} sin (t - ) + {2.
)
`

F(0).DMF} cos (t - )
A sin (t - ) + B cos (t - ) C cos (t - )
C
2
=A
2
+B
2
C
2
={F(0). DMF}
2
+{2.
)
`

F(0).DMF}
2

Gaya pada tumpuan Fb C Fb = ( )
2
2
). 0 ( . . . 2 ) 0 ( .
|
|
.
|

\
|
+
p
F DMF F DMF


Fb =DMF.F(0)
2
. 2 1
|
|
.
|

\
|
+
p

==DMF.F(0) ( )
2
. 2 1 r +
Transmissibility, TR =Fb/F(0) =DMF) ( )
2
. 2 1 r + dengan DMF =
2 2 2
) . 2 ( ) 1 (
1
r r +

Sehingga TR =
( )
2 2 2
2
) . 2 ( ) 1 (
. 2 1
r r
r

+
+
dengan r =
)
`

(27)
Bila 0 maka persamaan terakhir menjadi TR =
2 2
) 1 (
1
r
=
) 1 (
1
2
r

D. Redaman dan Frekuensi Alami Struktur menggunakan Metode Getaran Paksa
Frekuensi Bervariasi (Damping of Structures by Steady State Excitation Method)

Cara mendapatkan redaman dan frekuensi alami struktur selain melalui metode getaran bebas
yang kadang sulit dilakukan pada struktur sesungguhnya, maka juga dapat dilakukan melalui cara
getaran paksa yang frekuensinya divariasikan. Getaran paksa dapat berasal dari massa yang
berputar pada porosnya (omni direction mechanical vibrator, electrodynamic force generator)
atau berupa massa yang bergerak translasi yang keduanya oleh karena adanya induksi listrik
bolak-balik atau berupa gerak hydraulic actuator yang dihasilkan dari kompresi fluida (umumnya
fluida minyak) di dalam piston.
20


Gb.16. Electrodynamic force generator (horizontal
and vertical sine, impulse, swept and random waves
(Courtesy of APS ELECTRO SIZE)









(a) (b)
Gb.17. Mechanical vibrator dan magnetic vibrator (Courtesy of LDS-group)
Penggetar berbasis Eddy Current ada yang memberikan arah putaran / omni direction (Gb.17.a)
tetapi ada pula yang memberikan arah translasi (Gb.16 dan Gb.17.b). Kelebihan dari tipe
electrodynamic generator (Gb.16) terletak pada kemampuannya membuat getaran impulse,
random dan swept. Penggetar yang menggunakan prinsip massa berputar pada porosnya
(Gb.17.a) memiliki ciri bahwa semakin cepat putaran maka gaya eksitasi yang diakibatkannya
akan semakin besar pula sesuai dengan persamaan F(t) = m.v
2
. Oleh karenanya hasil dari respon
struktur harus dilakukan koreksi (1/v
2
) untuk mendapatkan amplitudo dan frekuensi resonansi
yang benar. Semakin rendah frekuensi putarnya akan semakin rendah pula gaya yang
dihasilkannya dan semakin sulit untuk memutar massa yang relatif besar karena arus AC yang
rendah memiliki kemampuan torsi rendah pula. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan
jenis motor gerak berbasis arus DC.
21

Penggetar elektrodinamik (Gb.16.a dan Gb.17.b) memiliki kelebihan bahwa gaya yang dihasilkan
oleh perubahan medan magnet ini masih stabil pada frekuensi rendah. Kelemahannya terletak
pada ukuran magnet yang besar (berarti massanya besar) bila ingin dihasilkan gaya dinamik yang
besar. Oleh karena Gaya merupakan fungsi massa dan percepatan, dan percepatan merupakan
kuadrat fungsi frekuensi (A
2
) maka untuk mendapatkan gaya yang sama pada frekuensi tinggi
simpangan yang dihasilkan semakin rendah.
Penggetar hydraulic beraksi ganda (double acting hydraulic actuator) lebih
mudah diatur baik pola gaya (harmonik, atau random) maupun
simpangannya (stroke). Penggetar ini harus dilengkapi dengan kompressor,
tandon fluida dan alat pembangkit getaran (signal generator dan amplifier).
Namun demikian akibat dari dari simpangan/ stroke yang besar dalam waktu
yang lama akan fluida di dalam piston akan menjadi panas, sehingga
biasanya diperlukan juga alat pendingin. Penggerak tipe ini memerlukan
tumpuan dengan massa yang juah lebih besar dan lebih kokoh dari pada
sistem massa yang digetarkan.

Gb.18. Hydraulic actuator (Courtesy of MTS)

Bila struktur itu sangat besar sehingga respon struktur oleh alat pembangkit
getaran di atas tidak dapat direkam oleh transducer pada umumnya maka diperlukan sensor
(berbasis kecepatan atau percepatan) yang lebih peka. Dengan sensor yang lebih peka maka
getaran struktur oleh gaya gempa kecil atau getaran lingkungan (ambient vibration) dapat
direkam dan kemudian dianalisis.
Fungsi gaya eksitasi F(t) = F(0) sin t saat resonansi yaitu /p = 1 diperoleh hubungan seperti
berikut
x =
)
`

k
F ) 0 (
. DMF. sin (t - ) = dengan DMF =
2 2 2
) . 2 ( ) 1 (
1
r r +

DMF =
2 2 2
) . 2 ( ) 1 (
1
r r +
=

. 2
1
) 2 (
1
2
=
x =
)
`

k
F ) 0 (
. 2
1
(28)
22

Bila kekakuan struktur k dan gaya eksitasinya F(0) bisa diukur maka
)
`

k
F ) 0 (
dapat dihitung.
Kemudian bila simpangan dinamik bisa diukur di lapangan maka redaman bisa dihitung.
Kenyataan kekakuan struktur itu tidak mudah diketahui di lapangan sehingga cara ini bisa
dilakukan pada skala model saja.
Cara lain dapat pula dilakukan dengan merekam frekuensi eksitasi dan amplitudo secara bertahap
mulai dari frekuensi rendah kemudian sampai frekuensi tinggi. Cara ini lebih sederhana namun
juga terbatas pada alat yang dimiliki. Bila struktur itu besar dan kaku maka diperlukan alat yang
cukup besar untuk menggetarkan struktur itu. Dalam kaitan dengan cara ini ada yang dilakukan
secara cepat (sweep frequency excitation) dan ada yang dilakukan secara bertahap (steady state
excitation). Metode ini medasarkan pada prinsip setengah daya (half power method), yang
artinya redaman dihitung berdasarkan pada saat energi mencapai separuh dari satu siklusnya.
Pada saat itu amplitudo mencapai { } 2 2 / 1 dari amplitudo saat resonansi (maksimumnya).
DMF ==
. 2
1
x
r
=
)
`

k
F ) 0 (
. 2
1

)
`

k
F ) 0 (
= 2..x
r

Memasukkan persamaan x = 2 ) 2 / 1 ( x
r
ke dalam persamaan umum
x =
)
`

k
F ) 0 (
DMF = 2..x
r
.DMF maka akan diperoleh 2..x
r
.DMF =[ 2 ) 2 / 1 ( ] x
r

= [ 2 ) 4 / 1 ( ]/DMF =

+
2 2
) . 2 ( ) 1 (
2 2 2
r r

0 ) 8 1 ( ) ( ) 2 4 ( ) (
2 2 2 2 2
= + + r r
) 2 2 1 ( ) (
2 2 2
= r dan ) 2 2 1 ( ) (
2 2 2
+ = r sehingga =
4
2
1
2
2
r r
(29)
Bila redaman itu kecil maka redaman dapat ditulis pula =
2
1 2
r r

Contoh -1 :
Balok dengan berat sendiri diabaikan, diletakkan di atas tumpuan sederhana dengan bentangan
6m. Ditengah bentangan ada massa sebesar M =30000 kg, diketahui pula inersia tampang balok
I =10
-2
m
4
dengan modulus elastisitas bahan E =14.10
6
kN/m
2

Pertanyaan :
23

1. Massa itu dikenai impulse vertikal sebesar 15000 kgm/dt (Newton). Pada saat dikerjakan
impulse yaitu pada t =0 balok dalam kondisi diam (x =0). Berapakah simpangan dan
kecepatan pada t =0,45 dt bila frekuensi rotasi sistem p =32,2 rad/det ? Lihat Gambar A.a.
2. Bila pada sistem dikerjakan gaya periodik vertikal F(t) = 300 sin 4t kN (lihat Gambar A.b)
berapakah simpangan dan kecepatan pada t =0,5 dt bila pada t =0 simpangan x =0 ?
3. Bila gaya periodik F(t) =200 kN diperkirakan sebagai gaya konstan seperti pada Gambar A.c
hitunglah simpangan dan kecepatan pada saat t =0,5 dt (bandingkan hasil hitungan dengan
jawaban 2)




Gb.A. Sistem Berderajat Tunggal

Jawab :
1.
p
x =0
h
x =A sin t + B cos t dapat pula ditulis
h
x =C cos (pt + )
) ( cos + = + = pt C x x x
h p

x =-C.p sin (pt + )
Saat t =0 maka x =0, 0 =-C cos
C 0 = 90
o
= /2
Saat t =0 maka x =I/m I/m =-C.p sin (0 + /2) sin /2 = 1
C =-I/(m.p) =-15.000/(32,2 .30000) =-0,01552 m
Simpangan pada saat t =0,45 dt
x =C cos (pt + ) = -0,01552 cos (32,2.0,45 + /2) = 0,0145 m
Kecepatan pada saat t =0,45 dt
x =-C.p sin (pt + ) = 0,01552.32,2.sin (32,2.0,45 + /2) = -0,1724 m/dt
2. x =C cos (pt + ) +
) (
sin ) (
2 2

p m
t t F

x = C cos (pt + ) +
} ) 4 ( 2 , 32 { 30000
4 sin 10 . 300
2 2
3

t
= C cos (pt + ) + 0,0113.sin 4t
Pada saat t =0 maka x =0
0 = C cos (0 + ) C 0 = 90
o
= /2
3m
3m
M
a)
b)
c)
0,25 0,50
dt
300 kN
0 0,45 dt
15000 N
t=0,25 0,50
dt
200 kN
24

Persamaan kecepatan merupakan turunan dari persamaan simpangan :
x =-C.p sin (pt +/2) +0,0113.( 4 ).cos 4t
Pada saat t =0 maka x =0
0 =-C.32,2 sin (/2) + 0,0113.( 4 ).cos 0 = - 32,2.C.1 +0,142
C =0,142/32,2 =4,41.10
-3
m
Simpangan pada saat t =0,5 dt
x = C cos (pt + ) + 0,0113.sin 4t = = 4,41.10
-3
cos (32,2.0,5 + /2) + 0,0113.sin (4.0,5)
x = 4,41.10
-3
cos (17,67) +0,0113.sin (6,283) =1,681.10
-3
m
Kecepatan pada saat t =0,5 dt
x =-4,41.10
-3
.32,2 sin (32,2.0,5 + /2) + 0,0113.( 4 ).cos 4.0,5
x =0,13122 +0,142 =0,2732 m/dt
3. k =m.p
2
=30000.(32,2)
2
=31105,2.10
3

x = C cos (pt + ) +
k
F ) 0 (
=C cos (pt + ) +
3
3
31105,2.10
10 . 200

x =C cos (pt + ) + 6,4297.10
-3

Pada saat t =0 maka x =0
0 =C cos (0 + ) + 6,4297.10
-3
C =
cos
10 . 4297 , 6
3


Persamaan kecepatan merupakan turunan dari persamaan simpangan :
x =- C.p sin (pt + )
Pada saat t =0 maka x =0
0 =- 32,2.C sin (0 + ) 0 = - 32,2.
cos
10 . 4297 , 6
3

sin
0 = 0,207 tan = 0 C =
cos
10 . 4297 , 6
3

=- 6,4297.10
-3

Persamaan simpangan :
x =C cos (pt + ) + 6,4297.10
-3

x = - 6,4297.10
-3
cos (32,2.t) +6,4297.10
-3

Pada saat 0,25 dt sistem telah mengalami perubahan gaya. Perubahan gaya eksitasi dari 200
kN menjadi 200 kN berlangsung sampai 0,5 dt. Jadi gaya eksitasi -200 kN hanya menjalani
waktu 0,25 dt sampai dengan t =0,5 dt.(lihat Gambar I.c)
25 , 0
x = - 6,4297.10
-3
cos (32,2.0,25) +6,4297.10
-3
=7,682.10
-3
m
25

25 , 0
x =- C.p sin (pt) =- 6,4297.10
-3
.32,2.sin (32,2.0,25) =0,2030 m/dt

Contoh 2 :
Mesin berputar pada 2400 r.p.m, gaya tak berimbang pada putaran tersebut sebesar 5 kN. Bila
massa mesin 10.000 kg, berapakah kekakuan struktur fondasi agar gaya yang ditransfer hanya 0,4
kN bila redaman dapat dianggap sangat kecil = 0% ?
Jawab :
f =2400/ 60 =40 c.p.s =40 Hz = 2f = 2..40 = 80 radian/detik
TR =0,4/5 =0,08 0,08 =
) 1 (
1
2
r
r
2
=abs (1-12,5) r =3,39
Bila frekuensi eksitasi = 80 = 251,2 rad/dt
)
`

=3,39 p =74,4 rad/dt


P
2
=
)
`

m
k
massa , k =p
2
.m =74,4
2
. 10000 =54567000 N/m =54567 kN/m
Contoh 3 :
Bila hasil suatu eksperimen dengan getarn bebas (free vibration) mendapati x
1
dan x
2
berturut
turut sebesar 1,5 mm dan 0,3 mm pada rentang amplitudo sebanyak 6 siklus (N =6), berapakah
rasio redaman ?
Jawab :
ln
)
`

2
1
x
x
=

2
1
. . 2

N
ln
)
`

3 , 0
5 , 1
=1,609 1,609 =

2
1
6 . . 2



Dari persamaan kuadrat diperoleh : = 0,0426 = 4,26 %
Bila redaman bisa dianggap kecil maka persamaan (c) menjadi 1,609 = 12.. sehingga =
1,609/(12.) = 0,0427 4,27 % (pengabaian
2
1 tidak memberikan hasil yang berarti)
Contoh 4 :
Suatu motor penggetar memberikan gaya imbalance 0,09 kN pada saat resonansi. Simpangan
dinamik pada saat resonan itu diukur sebesar 0,18 mm. Bila kekakuan struktur 3000 N/m
berapakah redaman struktur itu ?
x
statik
=
)
`

k
t F ) (
=
)
`

3000
10 . 09 , 0
3
=0,03 mm x
dinamik
=x
statik
.DMF 0,18 =0,03.DMF
26

DMF =6 6 =
. 2
1
= 1/12 =0,0833 =8,33%
Contoh 5 :
Lendutan saat resonansi sebesar A =1,45 mm yaitu pada frekuensi f
r
=20 Hz. Pada amplitudo
A/2 diperoleh frekuensi f
2
dan f
1
sebesar 20,4 Hz dan 19,5 Hz. Hitunglah redamannya !!
r
1
=f
1
/ f
r
=19,5/20 =0,975 dan r
2
=f
2
/ f
r
=20,4/20 =1,02
=
2
1 2
r r
=
2
975 , 0 02 , 1
=0,0224 =2,24 %
E. Penyelesaian Persamaan melalui Metode Kekakuan pada Sistem Berderajat Satu
Takterredam (Undamped SDOF by Stiffness Approach)


Kekakuan dengan mudah dapat dilihat dari nilai banding antara gaya dan lendutan yang terjadi.
Namun demikian dalam kenyataan tidak semua struktur dapat didorong atau lendutan dapat
diamati dengan mudah. Problem utama dalam penentuan karakteristik dinamik secara teoritik
terletak pada penentuan kekakuan struktur secara sistem. Metode pendekatan kekakuan (stiffness
approach) umumnya digunakan untuk struktur statika tak tentu (indeterminate) namun dapat pula
digunakan untuk penghitungan statika tertentu (determinate).
Bila ujung batang disimpangkan tegak lurus sumbunya akan menimbulkan momen sebanding
lurus dengan simpangannya, inersia dan modulus elastisitasnya, tetapi berbanding terbalik
dengan bentangannya. Bila kedua ujung dikekang sempurna dan salah satu ujungnya
disimpangkan tegak lurus sumbu batang sebesar maka akan menimbulkan momen :

2
. . 6
L
EI
M M
CB BC

= = (30)
Bila salah satu ujung yang dikekang sempurna diberi simpangan tegak lurus sumbu batangnya
sebesar tetapi ujung yang lain dibiarkan tertumpu oleh sendi/ roll maka akan menimbulkan
momen :
M
BC
M
CB

Gb.19. Kekakuan dari batang
kantilever, k = P/
P

Gb.20. Momen oleh sebab
simpangan (jepit-
jepit)
L
27


2
. . 3
L
EI
M
BC

= (31)
Bila salah satu ujung batang diberi momen dan ujung yang lain dibiarkan ditumpu oleh roll atau
sendi maka hubungan antara sudut dan momen seperti berikut :


EI
L M
BC
B
. 3
.
=
L
EI
M
B
BC
. . 3
= (32)
Bila kedua ujung itu diberi momen maka hubungan sudut dan momen akan seperti berikut :


EI
L M
EI
L M
CB BC
B
. 6
.
. 3
.
= (33)
EI
L M
EI
L M
BC CB
C
. 6
.
. 3
.
= (34)
Mensubstitusikan persamaan (33) dan (34) untuk mengiliminasi M
BC
atau M
CB
akan diperoleh
persamaan baru
( )
B C
B C
CB
L
EI
L
EI
L
EI
M

+ = + = . 2
. 2 . . 2 . . 4
(35)
( )
C B
C B
BC
L
EI
L
EI
L
EI
M

+ = + = . 2
. 2 . . 2 . . 4
(36)
Mensubstitusikan persamaan (30) ke dalam persamaan (35) dan persamaan (31) ke dalam
persamaan (36) dapat diperoleh persamaan umum seperti berikut ini.
Untuk ujung terkekang :
|
.
|

\
|
+ =
L L
EI
M
C B BC


. 3
. 2
. 2
(37)
M
BC

M
BC

B
M
BC
M
CB

C
Gb.21. Momen oleh sebab
simpangan (jepit-sendi)
Gb.22. Momen oleh sebab
puntiran (jepit-sendi)
Gb.23. Momen oleh sebab
puntiran (jepit-jepit)
L
L
L
28

Untuk ujung sendi/roll :
|
.
|

\
|
=
L L
EI
M
B BC

. 3
(38)
Tanda positif bila oleh gaya lateral itu menyebabkan ujung kanan lebih rendah dari pada ujung
kiri (sumbu batang itu dilihat secara horisontal), dan sebaliknya. Contoh dalam Gb.30 dan Gb.31
di atas menunjukkan negatif. Menggunakan persamaan (37) dan (38) dapat dihitung momen
primer (fixed end moment) dan faktor distribusi. Pendistribusian momen dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai cara, diantaranya cara Hardy Cross. Setelah momen terdistribusi maka
keseimbangan gaya pada sekitar gaya W (yang menyebabkan momen primer) dapat dihitung,
sehingga kekakuan struktur dapat diketahui dari persamaan keseimbangan. Untuk memudahkan
penghitungan gaya geser perlu disepakati bahwa momen pada ujung batang yang ditinjau selalu
berarah ke kanan dan gaya geser dibuat sedemikian sehingga perkalian gaya dan lengan
menghasilkan arah yang berlawanan dengan arah momennya.
Contoh 6 :
Hitunglah kekakuan struktur balok struktur statik tak tentu di bawah ini bila arah goyangan massa
sebesar =m itu vertikal (ke atas dan ke bawah).

Gb. B. Sistem berderajat tunggal getaran bebas

Momen primer (fixed end moment) :
2
. . 3
L
EI
M
F
BA

=
2
. . 6
L
EI
M M
F
CB
F
BC

+ = =
Misal R
L
EI
=
2
.

R M
F
BA
3 =
R M
F
BC
6 + =

L L L
EI
EI EI
A
B
C
D
M
BA

M
BC
M
CB

29

Faktor distribusi :
L
EI
M
B R
BA
. . 3
= 428 , 0
4 3
3
=
+
=
BA
DF
L
EI
M
B R
BC
. . 4
= 572 , 0
4 3
4
=
+
=
BC
DF
L
EI
M
C R
CB
. . 4
=
2
1
=
CB
DF
L
EI
M
C R
CD
. . 4
=
2
1
=
CD
DF

Tabel B-1. Distribusi momen

B C D
BA BC CB CD DC
0.428 0.572 0.5 0.5
-3.0R 6.0R 6.0R
-1.284R -1.716R -0.858R
-1.29R -2.57R -2.57R -1.29R
0.55R 0.74R
-3.73R 3.73R 2.57R -2.57R -1.29R



Gb.B.b. Keseimbangan gaya dalam
M
A
=0 0 . = L V M
BA BA

L
M
V
BA
BA
= =-3,73.R/L
M
C
=0 0 . = + L V M M
CB CB BC

L
M M
V
CB BC
CB
+
= =(3,73+2,57).R/L
=6,3.R/L
Persamaan keseimbangan gaya di titik B :

W +V
BA
V
BC
=0
0 / . 3 , 6 / . 73 , 3 = L R L R W 0 / . 03 , 10 = L R W 0
.
. 03 , 10
3
=
L
EI
W


3
. 03 , 10 /
L
EI
W k + = =
M
BA
M
BC
M
CB
V
BA
V
BC
W
Gb.B.a. Momen primer
30

F. Penyelesaian Persamaan melalui Pendekatan Fleksibilitas pada Sistem Berderajat Satu
Takterredam (Undamped SDOF by Flexibility Approach)

Cara ini hanya diperuntukkan bagi struktur statik tertentu (determinate). Flexibility merupakan
kebalikan dari stiffness jadi persamaan k = P/ F = 1/k = / P F.P = . Lendutan
merupakan perkalian antara luasan momen oleh gaya 1 satuan pada arah goyangan yang ditinjau
dan luasan momen oleh massa W pada arah goyangan yang ditinjau.
}} }
c = = s
EI
M m
EI
M .
(39)
dengan :
m =momen statik oleh beban 1 satuan pada arah yg ditinjau
M =momen statik oleh beban W pada arah yg ditinjau

Contoh - 7 :
Bila EI semua batang sama pada sistem struktur sederhana, hitunglah kekakuan struktur tersebut
di bawah ini
x m M
EI
x m M
EI
L
x x
L
x x
c + c =
} }
. .
1
. .
1
2
0 0






2L
L
2L L
W
2W/3
1W/3
2L L
1
2/3
1/3 m
x
=2.x/3
x
M
x
=2W.x/3
m
x
=1.x/3
x
M
x
=W.x/3
Gb.C. Sistem berderajat
tunggal getaran
bebas
31

x x
EI
W
x x
EI
W
L L
c + c =
} }
.
. 9
. 1
.
. 9
. 4
2
0
2
0
2

L L
x
EI
W
x
EI
W
2
0
3
0
3
3
1
. 9
. 1
3
1
. 9
. 4
(

+
(

=
EI
L W
EI
L W
EI
L W
. 27
. . 12
. 27
. . 8
. 27
. . 4
3 3 3
= + = = W F.
EI
L
F
. 27
. 12
3
=
3
. 12
. 27
/ / 1
L
EI
W F k = = =

Contoh - 8 :
Struktur portal sederhana seperti gambar di bawah, EI semua batang dianggap sama, hitunglah
fleksibilitas strukturnya.



x m M
EI
x m M
EI
L
x x
L
x x
c + c =
} }
. .
1
. .
1
2
0 0
x x
EI
W
x x
EI
W
L L
c + c =
} }
.
. 1
.
. 4
2
0
2
0
2

L L
x
EI
W
x
EI
W
2
0
3
0
3
3
1 . 1
3
1 . 4
(

+
(

=
EI
L W
EI
L W
EI
L W
. 3
. . 12
. 3
. . 8
. 3
. . 4
3 3 3
= + =
3
. 4
.
/
L
EI
W k = =

Contoh - 9 :
Mirip dengan contoh - 8, tetapi batang horisontal dibuat sangat kaku (EI sangat besar)
x m M
EI
L
x x
c =
}
. .
1
2
0
x x
EI
W
L
c =
}
.
. 1
2
0
2


2L
L
W 1
W 1
2 2W
M
x
=W.x
m
x
=1.x
M
x
=2W.x m
x
=2.x
x
x
x x
Gb.D. Portal sederhana
getaran bebas
takterredam
B
A
C
32



L
x
EI
W
2
0
3
3
1 . 1
(

=
EI
L W
. 3
. . 8
3
=
3
. 8
. . 3
/
L
EI
W k = =
Contoh - 10 :

Mirip dengan contoh - 9, tetapi kolom sisi bawah dijepit. Karena struktur statik tak tentu maka
penyelesaian menggunakan metode stiffness
Momen jepit :

2 2
. 2
. . 3
) 2 (
. . 6
L
EI
L
EI
M M
F
AB
F
BA

= =
Misal R
L
EI
=
2
.
R M M
F
AB
F
BA
5 , 1 = =

Faktor distribusi :

W 1
W 1
2 2W
M
x
=W.x
m
x
=1.x
M
x
=2W.x m
x
=2.x
x x
Gb.E. Portal sederhana
balok sangat kaku
getaran bebas
W
B
C
A
Gb.F. Portal sederhana
balok fleksibel
33

L
EI
L
EI
M
B B R
BA
. . 2
) . 2 (
. . 4
= = 4 , 0
3 2
2
=
+
=
BA
DF
L
EI
M
B R
BC
. . 3
= 6 , 0
3 2
3
=
+
=
BC
DF

M
A
=0 0 2 . = + L V M M
BA AB BA


L
M M
V
AB BA
BA
2
+
= =-1,05.R/L

A B
AB BA BC
0.4 0.6
-1.50R -1.50R
0.30R 0.60R 0.90R
-1.20R -0.90R 0.90R

Persamaan keseimbangan gaya di titik B :

W +V
BA
=0
0 / . 05 , 1 = L R W L R W / . 05 , 1 =
3
.
. 05 , 1
L
EI
W

=
3
. 05 , 1 /
L
EI
W k + = =





W
V
BA
V
AB
V
BA
M
BA
M
AB

Anda mungkin juga menyukai