Dari situ kita bisa melihat bahwa perkataan dan data sudah sangatlah berbeda jauh. Uang untuk subsidi Rp. 123,5997 trilyun otomatis masih ada sisa sebesar Rp. 64,5116 trilyun (data dari kick kangie). Apakah masih dikatakan APBN jebol ? jawabannya: jelaslah tidak!! Secara ideologis, elit bangsa indonesia telah berhasil di brain wash, sehingga mereka tidak bisa berpikir lain kecuali secara otomatis atau refleks merasa sudah seharusnya bahwa komponen minyak mentah dalam BBM harus dinilai dengan harga yang terbentuk oleh mekanisme pasar (UU NO. 22 TH 2001 Pasal 28 Ayat 2: mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar.) Harga pokok pengadaan bensin yang berasal dari minyak mentah milik sendiri, karena digali dari dalam perut bumi indonesia dari mulai penedotan (lifting), pengilangan (refining), dan biaya pengangkutan ke pompa-pompa bensin (transporting). Keseluruhannya sebesar 10
USD per barrel dan dengan asumsi nilai tukar 1 USD = Rp. 9000, maka biaya dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan sebesar (10/159) x Rp. 9000 = Rp. 566. Namun kita dicuci otak untuk berpikir bahwa seolah-olah semua minyak mentah harus dibeli dari pasar minyak internasional yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasarnya New York Mercantille Exchange (NYMEX). Sebenarnya apa tujuan dari indoktrinasi dan brain washing ini? Secara logis, deduktif dan obyektif dapat dikenali bahwa pemberlakuan harga minyak di pasar dunia buat rakyat indonesia yang membeli minyak miliknya sendiri, dimaksud untuk membuat rakyat indonesia secara mendarah daging berkeyakinan, bahwa harga yang dibayar untuk BBM dengan sendirinya haruslah harga yang berlaku di pasar dunia. Kalau ini sudah merasuk ke dalam otak dan darah dagingnya, perusahaan-perusahaan minyak raksasa dunia (shell, chevron, petronas, dll.) bisa menjual BBM (yang notabenya milik indonesia) di indonesia dengan memperoleh laba besar. Menurut saya sangat jelas bahwa faktor inilah yang membuat para kontraktor asing itu melakukan apa saja untuk mencuci otak rakyat indonesia bahwa bensin harus dibayar dengan harga NYMEX beserta argumentasinya. Dan perlu diketahui juga ideologi ini bahkan sudah masuk kedalam perundangundangan kita. Ideologi yang mengatakan bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur tangan dalam menentukan harga BBM di indonesia, walaupun minyak mentah milik bangsa indonesia sendiri. Terbukti dalam UU NO. 22 TH 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. UU inilah yang dijadikan landasn untuk memperlakukan harga di pasar internasional buat bangsa indonesia. Kalau rakyat indonesia belum mampu membayar harga internasional, dikatakan bahwa pemerintah harus memberikan subsidi untuk perbedaan harganya, dan dikatakan juga bahwa subsidi sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan, sehingga APBN jebol. Sangat tidak bisa dipercaya! Penjelasn dengan hitungan simulatif yang saya sederhanakan: Diasumsikan bahwa seluruh minyak mentah yang merupakan hak indonesia dijadikan bensin premium semuanya. Konsumsi lebih besar dari produksi minyak hak indonesia, yaitu sebesar Rp. 63 trilyun liter, sedangkan produksi hak indonesia sebesar Rp. 37,7800 trilyun. Maka harus impor sebanyak 25, 2192 trilyun liter yang benar-benar dibayar dengan harga internasional sebesar 105 USD perbarrel. Pertamina disuruh membeli minyak mentah hak indonesia dengan harga internasional. Demikian juga dengan impor neto yang dengan sendirinya harus dibayar dengan harga internasional sebesar 105 USD perbarrel. Kita lihat bahwa pertamina memang kekurangan uang tunai sebesar Rp. 126,63 trlyun. Ini yang disuarakan dengan keras oleh pemerintah sebagai subsidi yang sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan, dan dikatakan membuat APBN jebol. Namun karena pertamina disuruh membayar minyak mentah kepada pemerintah indonesia untuk 37,7808 liter dengan harga 105 USD per barrel, pemerintah kemasukan uang tunai dari pertamina sebesar Rp. 224,569 trilyun..defisit yang Rp. 126, 63 trilyun ditambah
dengan surplus yang Rp. 224,569 trilyun menjadikan surplus uang tunai pada pemerintah sebesar Rp. 97,939 trilyun. Tabel dibawah ini dimaksud untuk menjelaskan allur pikir pemerintah dan dibuat secara simulatif yang saya sederhanakan, tetapi selogis dan serealistis mungkin, memperlihatkan surplud sebesar Rp. 97,939 trilyun. Angka surplus ini berbeda dengan yang tercantum dalam APBN th 2012 yang sebesar Rp.96,788 trilyun. Selisihnya hanya RP. 1,151 trilyun atau 1,19% saja. Maka perhitungan simulatif untuk menjelaskan alur pikir dapat dipertanggungjawabkan. Susunan angka-angka sebagai berikut:
PERTAMINA DISURUH MEMBELI DARI: Pemerintah : 37,7808 mr ltr dengan harga 105 USD perbarrel Pasar internasional : 25, 2192 mr ltr dengan harga 105 USD perbarrel = Rp. 224,569 tr = Rp. 149,903 tr
: 63,0000 mr ltr minyak mentah = konsumsi : 63,0000 mr ltr @ Rp. 566 = Rp. 35,658 tr = Rp. 410,130 tr = Rp. 283,500 tr = Rp. 126,630 tr
Jumlah pengeluaran pertamina Hasil penjualan premium PERTAMINA DEFISIT/TEKOR/KEKURANGAN UANG TUNAI
KEGIATAN PEMERINTAH Pemerintah membayar kekurangan uang kpd pertamina Pemerintah memperoleh uang tunai dari pertamina PEMERINTAH KELEBIHAN UANG TUNAI = Rp. 126,630 tr = Rp. 224,569 tr = Rp. 97,939 tr
LOGIKA KEBUN CABE Rumah tempat tinggal keluarga Benjo punya kebun kecil yang setipa harinya menghasilkan 1 kg cabe. Keluarganya yang ditambah dengan staf pegawai/ pembantu rumah tangga cukup besar. Keluarga ini membutuhkan 1 kg cabe setiap harinya. Seperti kita ketahui, kalau cabe yang setiap harinya 1 kg. Itu dijual, Benjo akan mendapat uang sebesar Rp. 15.000 setiap harinya. Tetapi 1 kg cabe itu dibutuhkan untuk konsumsi keluarganya sendiri. Biaya dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan oleh Benjo untuk menyiram dan memberi perawatan setiap harinya Rp. 1.000. Benjo setiap harinya ngomel, menggerutu mengatakan bahwa dia sangat sedih, karena harus mensubsidi keluarganya sebesar Rp. 14.000 per hari, karena harus memberi cabe hasil kebunya kepada keluarganya.
Akhirnya seluruh keluarga sepakat mengumpulkan uang (iuran) sebanyak Rp. 5000 yang diberikan kepada Benjo sebagai pengganti untuk cabenya yang dijual di pasar. Benjo masih menggerutu mengatakan bahwa dia memberi subsidi untuk cabe sebesar Rp. 10.000 setiap hari. Lantas tidak hanya menggerutu, dia menjadi sinting teriak-teriak bahwa dompetnya akan jebol, karena uang tunai keluar terus sebanyak Rp. 10.000 setiap harinya. Dalam kenyataannya, dia keluar uang sebesar Rp. 1000 dan memperoleh Rp. 5000 setiap harinya. Dengan kata lain Benjo adalah komprador bagi keluarganya sendiri atau penganut ideologi neo-liberalisme.