Anda di halaman 1dari 2

Tujuh Lapis Langit

Segala sesuatu selain Allah adalah alam, termasuk kita sendiri sebagai subjek yang
menyadari keberadaan mereka. Di situ ada daratan, lautan, pegunungan, sungai-sungai,
danau-danau, hutan belantara, berbagai binatang, berbagai tanaman dan pepohonan yang
tercakup dalam sebuah planet bernama "Bumi". Bumi dikelilingi sebuah satelit alami
bernama "Bulan". Selain itu, bumi juga memiliki banyak rekan sejawat: Merkurius,
Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto dan mungkin ada lagi planet
yang belum diketahui, puluhan satelit alami yang mengelilingi mereka, planetoid-
planetoid, asteroid-asteroid, komet, meteor, dan debu-debu angkasa. Bumi, bulan, dan
mereka semua bersama-sama mengelilingi sebuah bintang sedang dengan sinar yang
kekuning-kuningan bernama "Matahari". Ternyata, matahari juga memiliki rekan sejawat
yang demikian banyak, mencapai miliaran jumlahnya. Mereka pun bersama-sama
mengelilingi sebuah bintang raksasa di pusatnya. Bintang pusat tersebut diperkirakan
besarnya 100.000 kali besar matahari. Mereka membentuk suatu sistem berbentuk
cakram yang luar biasa menakjubkan bernama ‘Bimasakti’. Tidak cukup sampai di situ,
Bimasakti juga punya rekan-rekan sejawat yang demikian banyak. Mereka bersama-sama
mengelilingi sebuah bintang super raksasa di pusat kelompok galaksi. Dan sistem itu juga
memiliki rekan-rekan sejawat yang juga sangat banyak. Mereka bersama-sama
mengelilingi sebuah bintang hiper raksasa di pusat kelompok sistem itu. Dan tak habis
sampai di situ, ternyata mereka juga memiliki rekan sejawat yang juga sangat banyak,
dan mereka pun mengelilingi sebuah bintang yang secara fisik lebih besar lagi. Dan
demikian seterusnya sampai tujuh kali tingkatan. Ini akan menuntut peralatan eksperimen
(teleskop) yang lebih kuat lagi di masa-masa yang akan datang.

Tujuh Lapis Bumi

Hal yang sama akan kita dapatkan kalau kita menilik ke bawah. Fisikawan yang
reduksionis meyakini bahwa wujud dan lingkungan kita di Bumi (dan di luar Bumi)
tersusun atas unit-unit kecil materi yang disebut partikel elementer. Pada zaman Yunani,
Democritus mengklaim bahwa atom adalah partikel elementer yang dimaksud. Misalnya
Anda melihat miniatur kastil dari pasir yang dibuat para wisatawan di pinggir pantai
Kuta. Apabila Anda memandangnya dari jauh, seolah-olah ia terlihat padat, kokoh, dan
tak bercelah. Tapi apabila Anda perhatikan lagi baik-baik dari jarak yang cukup dekat,
maka Anda akan mendapati bahwa kastil tersebut tersusun atas butir-butir kecil pasir
pantai. Sekarang ambil lah satu butir pasir saja. Meskipun kita sudah melihatnya sedekat
mungkin, ia tetap terlihat seperti pasir yang kompak, tapi sebetulnya ia pun tersusun atas
molekul-molekul yang lebih halus lagi. Molekul-molekul itu juga tersusun atas atom-
atom yang jauh lebih halus lagi. Nah, menurut Demokritus, atom adalah penyusun pasir
yang paling kecil dan tidak dapat dibagi lagi.

Fisikawan tidak mau percaya begitu saja dengan spekulasi Democritus. Mereka lalu
merancang peralatan untuk membantu meramalkan tersusun atas apakah atom-atom itu.
Hasilnya diketahui bahwa atom ternyata tersusun atas inti yang dikelilingi elektron-
elektron. Sejauh ini elektron disepakati sebagai zarah yang elementer, namun dalam
berbagai percobaan, inti ternyata bisa dipecah lagi menjadi hadron-hadron (lihat partikel
elementer) yang disebut proton dan neutron. Dengan peralatan yang lebih canggih lagi,
neutron ditembakkan dari sebuah sumber menuju target. Ketika ia menumbuk target,
terdeteksilah beberapa partikel yang lain: proton, elektron, neutrino, dan sebagainya.

Kecanggihan teknologi di era modern telah menciptakan peralatan eksperimen yang luar
biasa: akselerator berputar atau sinklotron. Pada sepanjang abad 20 dan 21, CERN dan
lembaga-lembaga riset lain di Amerika dan Eropa telah membangun alat seperti ini.
Hasilnya, atom telah dipecah-pecah menjadi ratusan zarah sub-atom. Dengan bekal SDM
dan dana yang sangat besar, yang di tanggung berbagai negara maju di dunia, CERN
membangun sinklotron terbesar di planet. Peralatan paling mutakhir dibangun di
perbatasan Swiss dan Perancis adalah sebuah akselerator raksasa sepanjang 27 km
bernama Large Hadron Collider (LHC). LHC akan digunakan untuk memburu partikel
bernama boson Higgs, yang diduga memberi massa semua partikel. Ia dikatakan sebagai
partikel terakhir yang akan menjawab semua problem fisika.

Beberapa orang (termasuk saya) mungkin meragukannya, apakah boson Higgs benar-
benar terakhir? Suatu masa di abad-abad mendatang, kita akan semakin teliti dalam
memecah partikel sub-atom. Kalau kita menilik >Alquran, pertanyaan ini akan segera
terjawab. Alquran menyatakannya dalam ayat:

Anda mungkin juga menyukai