DEFICIENCY SINDROME (AIDS) Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun oleh :
Chesna Wahyu Diana Eva Suci Rohani Indah Laily Fadlilah Nur Shofiyyah Robi SitiNurjanah Tia Marina
NIM P07120111006 NIM P07120111012 NIM P07120111018 NIM P07120111025 NIM P07120111031 NIM P07120111036
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013
A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan; Immune : Sistem kekebalan tubuh; Deficiency : Kekurangan; Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir ). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ) AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention ). Pembagian stadium: a. Stadium Pertama: HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut windows period. Lama windows period antara satu sampai tiga bula, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai enam bulan. b. Stadium Kedua: Asimtomatik Asimtomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
c. Stadium ketiga: pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung lebih satu bulan. d. Stadium Keempat AIDS Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstusional, penyakit saraf, dan penyakit infeksi sekuder. 2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : a. Lelaki homoseksual atau biseks. b. Orang yang ketagian obat intravena c. Partner seks dari penderita AIDS d. Penerima darah atau produk darah (transfusi). e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3. Patofisiologis Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
4. Manifestasi Klinis Gejala klinis pada stadium AIDS menurut Depkes RI 1997 dibagi antara lain: a. Gejala Utama 1) Demam berkepanjangan 2) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus 3) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan 4) TBC b. Gejala Minor 1) Batuk kronis selama lebih dari satu bulan 2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albicans. 3) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh. 4) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
5. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS. a. Kategori Klinis A Meskipun pasien baru saja dinyatkan terinfeksi HIV, biasanya selama beberapa tahun pasien menunjukkan periode klinik laten antara infeksi HIV, tanda dan gejala klinis AIDS, replikasi HIV, dan sistem imun pejamu merusak sejak awal infeksi. Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukkan tanda dan gejala infeksi HIV. Pada orang dewasa yang terinfeksi HIV, fase ini berlagsung selama 8-10 tahun. HIV-ELISA dan Western Blot atau Imunoflurescence Assay (IFA) menunjukkan hasil positif dengan jumlah limfosit CD4+ >500 sel/l. Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik. 1) 2) Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty ) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut. b. Kategori Klinis B Individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama beberapa tahun tanda dan gejala minor dari infeksi HIV mulai tampak. Individu mulai menunjukkan candidiasis, neuropati perifer dan lain-lain. Jumlah virus dalam darah akan menunjukkan penigkatan sementara pada saat yang sama jumlah limfosit CD4+ menurun hingga mencapai 500 sel/l. Individu dengan kondisi kategori B, akan tetap pada ategori B. Tapi keadaan ini bersifat tidak tetap karena dapat berkembang menjadi kategori C apabila kondisinya semakin parah, dan juga tidak dapat kembali lagi ke kategori A bila bersifat simtomatik. Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup : 1) 2) 3) Limfadenopati Angiomatosis Baksilaris Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
4) 5) 6) 7) 8) 9)
Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ ) Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan. Leukoplakial yang berambut Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf. Idiopatik Trombositopenik Purpura Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii Individu yang terinfeksi HIV menunjukkan infeksi dan keganasan yang
c. Kategori Klinis C mengancam kehidupan. Perkembangan pneumonia (pneumocystis carinii), toxoplasmosis, cryptosporidiosis dan infeksi oportunistik lainnya yang bisa terjadi. Individu dapat pula mengalami kehilangan atau penurunan berat badan, jumlah virus terus menibbgkat, jumlah limfosit CD4+ menurunkan hingga <200 sel/l. Pada keadaan ini individu akan dinyatakan sebagai penderita AIDS. Jumlah virus sangat meningkat dan jumlah nlomfosit CD4+ <50 sel/l. Kematian dikatakan sudah sangat dekat. Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus Kanker serviks inpasif Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata Kriptokokosis ekstrapulmoner Kriptosporidosis internal kronis Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe ) Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan ) Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10) Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner ) 11) Isoproasis intestinal yang kronis 12) Sarkoma Kaposi 13) Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak 14) Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner 15) M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner ) 16) Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner 17) Pneumonia Pneumocystic Cranii
18) Pneumonia Rekuren 19) Leukoenselophaty multifokal progresiva 20) Septikemia salmonella yang rekuren 21) Toksoplamosis otak 22) Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV) Sistem klasifikasi Kategori Klinis HIV pada anak Kategori Imunologis No Imunosupression Moderate Supression Severe supresion
a b
N2
A2
B2
C2
imuno-
N3
A3
B3
C3
tanpa tanda dan gejala atau hanya salah satu dari kategori A dua atau lebih dari yang berikut ini: limfadenopaty, hepatomegali, splenomegali, dermatitis, parotitis, infeksi saluran pernafasan atau atau sinusitis, otitis media kondisi simptomatik yang tidak masuk dlam kategori A maupun C aids dengan perkecualian dari LIP yaitu masih dikategori B
c d
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa menurut WHO Skala Gambaran Klinis Asimtomatik, aktivitas normal Asimptomatik Limfadenopati generalista Simptomatik, aktivitas normal Berat badan menurun <10 % Kelainan kulit dan mukosa yag ringan seperti, dermatitis seboroik, prurigo,onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, dan kheilitis angularis Herpes Zoster dalam 5 tahun terakhir Infeks saluran nafas atas, seperti sinusitis bakterialis Pada umunya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50 % BB turun >10%
Diare kronis >1 bulan Demam > 1 bulan Kandidiasis leukoplakia TB paru Infeksi bakterial yang berat seperti pneumonia dan piomiositis Pada umumnya sangat lemah, aktivitas ditempat tidur > 50 % HIV wasting sindrome Penumonia pneumocystis carinii Teoksoplasma otak Diare kriptosporidiosis > 1 bulan Kriptokokosis ekstrapumonal Retinitis virus sitomegalo Herpes simplek mukokutan > 1 bulan Leukoensefalopati ultifokal progresif Mikosis diseminata Kandidiasis di saluran nafas atas Septisemia salmonelosis nontifoid TB diluar paru Limfoma Sarkoma kaposi Ensefalopati HIV Mikobakterialis atipikal diseminata
6. Pemeriksaan Diagnostik a. Tes untuk Menegakkan Diagnosa 1) Hitung darah lengkap (complete blood count) (a) Tes sel darah merah i. Hemoglobin Protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya ii. Hematokrit Mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah
iii. Mean corpuscular volume (MCV) Mengukur besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. MCV yang besar dapat disebabkan oleh obat HIV. Ini tidak berbahaya. MCV yang besar menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat. iv. Red Blood Cell Distribution Width (RDW) Mengukur lebar sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin. v. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC atau CHCM). Masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. MCH dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total. Trombosit atau platelet (PT atau PLT) berfungsi membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng. Jika trombosit kita kurang, kita mudah mengalami perdarahan atau memar. Orang HIVpositif kadang trombositnya rendah (disebut trombositopenia). Obat HIV dapat mengatasi keadaan ini. Trombosit biasanya tidak punya pengaruh besar pada kesehatan. (b) Tes sel darah putih i. Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) Adalah jumlah total sel darah putih. WBC tinggi artinya tubuh kita sedang melawan infeksi. ii. Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri, dan dilaporkan sebagai persentase WBC atau %NEUT. Biasa jumlahnya 55-70%. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah terkena infeksi bakteri. iii. Monosit atau makrofag
iv. Eosinofil (%EOS) biasanya 1-4% WBC. Sel ini terlibat dengan alergi dan reaksi terhadap parasit. v. Persentase limfosit (%LYMP) mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase WBC. Untuk memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan WBC. 2) Tes Antibodi HIV Antibodi yang terbentuk saat seseorang terserang HIV umumnya akan terbentuk dalam waktu 3 hingga 12 minggu setelah terkena infeksi, meskipun pembentukannya dapat memerlukan waktu 6 hingga 14 minggu.kemampuan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah telah memungkinkan pemeriksaan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnosti pada pasien terinfeksi HIV. Tes untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV: (a) Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) Tidak mendiagnosis AIDS hanya memastikan adanya virus HIV yang disebut dengan seropositif. (b) Pemeriksaan western blot assay Pemeriksaan yang digunakan untuk memastikan seropositivitas sama seperti ELISA (c) Pemeriksaan Indirect Immunofluorescence assay (d) Pemeriksaan Radioimmunoprecipitation assay (RIPA). Lebih
mendeteksi protein HIV ketimbang antibodi 3) Pemeriksaan sel CD4 Setelah kita lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4-nya, atau yang disebut jumlah CD4, semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan menjadi sakit. Tidak ada kesepakatan tentang jumlah CD4 yang normal, tetapi biasanya ini berkisar antara 500 dan 1.600. Untuk sel CD8, jumlahnya berkisar antara 375- 1.100. Jumlah CD4 dapat jatuh menjadi angka yang sangat rendah pada orang dengan HIV, kadang kala menjadi
nol. Persentase CD4 di bawah 14 persen menunjukkan kerusakan yang parah pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini adalah tanda AIDS pada orang terinfeksi HIV. b. Tes untuk Mengetahui Perkembangan Virus HIV Digunakan untuk melacak perjalanan penyakit disamping untuk menilai responnya terhadap terapi. Bibit ini terbentuk sebelum sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi. Tes viral load tidak biasa dipakai untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi, karena tes tersebut jauh lebih mahal dibandingkan tes antibodi. Selain itu, tingkat hasil salah sedikit lebih tinggi. Tes viral load (LI 413) mengukur virus sendiri. Sebelum sistem kekebalan tubuh membuat antibodi untuk melawannya, HIV menggandakan diri secara sangat cepat. Jadi, tes ini akan menunjukkan viral load yang tinggi selama infeksi primer. Tes antibodi HIV yang negatif dan viral load yang sangat tinggi menunjukkan infeksi dini, kemungkinan dalam dua bulan belakangan. Jika kedua tes ini positif, itu berarti infeksi HIV kemungkinan terjadi beberapa bulan atau lebih sebelum tes dilaksanakan. Viral load dibawah 20.000 rata-rata. 1) Tes kimia darah (a) Kalsium Hasil tes kalsium yang rendah pada orang HIV+ biasanya disebabkan oleh kadar protein yang rendah akibat kekurangan gizi (malanutrisi) atau wasting (lihat LI 518). Kadar kalsium yang tidak normal bisa jadi karena masalah pencernaan. (b) Fosfor Kadar fosfor yang tinggi untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada tulang, saraf dan otot. Keadaan ini paling sering disebabkan oleh gagal ginjal. (c) Elektrolit Elektrolit berkaitan dengan keseimbangan cairan dalam sel kita. Elektrolit terutama penting jika kita mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah pada ginjal. (d) Tes uji fungsi ginjal Tes dasar untuk fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/ BUN) dan kreatinin. (e) Tes uji fungsi hati
Tes laboratorium yang disebut tes fungsi hati (liver function test/LFT) sebenarnya mengukur kadar enzim yang terdapat dalam hati, jantung dan otot. 2) Pemeriksaan p24 antigen capture assay Sangat spesifik untuk HIV-1. Kadar p24 pada penderita infeksi HIV asimtomatik sangat rendah. Pemeriksan p24 telah digunakan bersama dengan tes lainnya seperti CD4+ untuk mengevaluasi efek terapi dari preparat antivirus. 3) Pemeriksaan Reaksi Rantai Polimerase (PCR) Tes PCR (polymerase chain reaction) memakai suatu enzim untuk menggandakan HIV dalam contoh darah. Kemudian reaksi kimia menandai virus. Penanda diukur dan dipakai untuk menghitung jumlah virus. Tes ini dibuat oleh Roche. Amplifikasi gen dipakai untuk mendeteksi rantai RNA virus HIV atau DNA provirus. PCR digunakan pada mendeteksi virus HIV pada orang dengan seronegatif HIV yang beresiko tinggi sebelum timbulnya antibodi. PCR juga digunakan untuk memastikan hasil ELISA yang positif, memantau beban virus atas waktu, melakukan skrining bagi neonatus dan menentukan strain virus yang ada. 4) Tes DNA (branched DNA) Menggabung bahan yang menimbulkan cahaya dengan contoh darah. Bahan ini mengikatkan dengan bibit HIV. Jumlah cahaya diukur dan dijadikan jumlah virus. Tes ini dibuat oleh Chiron. 5) Kultur sel kuantitatif 6) Kultur Plasma kuantitatif 7. Komplikasi Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (2007), AIDS berdampak pada sistem saraf. Virus tampaknya tidak menyerang sel saraf secara langsung tetapi membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf. Peradangan yang diakibatkannya dapat merusak otak dan saraf tulang belakang dan menyebabkan berbagai gejala, contoh kebingungan dan pelupa, perubahan perilaku, sakit kepala berat, kelemahan yang berkepanjangan, mati rasa pada lengan dan kaki, dan stroke. Kerusakan motor kognitif atau kerusakan saraf
perifer juga umum. Penelitian menunjukkan bahwa infeksi HIV secara bermakna dapat mengubah struktur otak tertentu yang terlibat dalam proses belajar dan pengelolaan informasi. Komplikasi sistem saraf lain yang muncul akibat penyakit atau penggunaan obat untuk mengobatinya termasuk nyeri, kejang, ruam, masalah saraf tulang belakang, kurang koordinasi, sulit atau nyeri saat menelan, cemas berlebihan, depresi, demam, kehilangan penglihatan, kelainan pola berjalan, kerusakan jaringan otak dan koma. Gejala ini mungkin ringan pada stadium awal AIDS tetapi dapat berkembang menjadi berat. Di Amerika Serikat, komplikasi saraf terlihat pada lebih dari 40% pasien AIDS dewasa. Komplikasi ini dapat muncul pada segala usia tetapi cenderung berkembang secara lebih cepat pada anak-anak. Komplikasi sistem kekebalan dapat termasuk penundaan pengembangan, kemunduran pada perkembangan penting yang pernah dicapai, lesi pada otak, nyeri saraf, ukuran tengkorak di bawah normal, pertumbuhan yang lambat, masalah mata, dan infeksi bakteri yang kambuh. Kelainan sistem saraf terkait AIDS mungkin secara langsung disebabkan oleh HIV, oleh kanker dan infeksi oportunistik tertentu (penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus lain yang tidak akan berdampak pada orang dengan sistem kekebalan yang sehat), atau efek toksik obat yang dipakai untuk mengobati gejala. Kelainan saraf lain terkait AIDS yang tidak diketahui penyebabnya mungkin dipengaruhi oleh virus tetapi tidak sebagi penyebab langsung. a. AIDS dementia complex (ADC), atau ensefalopati terkait HIV, muncul terutama pada orang dengan infeksi HIV lebih lanjut. Gejala termasuk ensefalitis (peradangan otak), perubahan perilaku, dan penurunan fungsi kognitif secara bertahap, termasuk kesulitan berkonsentrasi, ingatan dan perhatian. Orang dengan ADC juga menunjukkan pengembangan fungsi motor yang melambat dan kehilangan ketangkasan serta koordinasi. Apabila tidak diobati, ADC dapat mematikan. b. Limfoma susunan saraf pusat (SSP) adalah tumor ganas yang mulai di otak atau akibat kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain. Limfoma SSP hampir selalu dikaitkan dengan virus Epstein-Barr (jenis virus herpes yang umum pada manusia). Gejala termasuk sakit kepala, kejang, masalah penglihatan, pusing, gangguan bicara, paralisis dan penurunan mental. Pasien AIDS dapat mengembangkan satu atau lebih limfoma SSP. Prognosis adalah kurang baik karena kekebalan yang semakin rusak.
c. Meningitis kriptokokus terlihat pada kurang lebih 10% pasien AIDS yang tidak diobati dan pada orang lain dengan sistem kekebalannya sangat tertekan oleh penyakit atau obat. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans, yang umum ditemukan pada tanah dan tinja burung. Jamur ini pertamatama menyerang paru dan menyebar ke otak dan saraf tulang belakang, menyebabkan peradangan. Gejala termasuk kelelahan, demam, sakit kepala, mual, kehilangan ingatan, bingung, pusing dan muntah. Apabila tidak diobati, pasien meningitis kriptokokus dapat jatuh dalam koma dan meninggal. d. Infeksi cytomegalovirus (CMV) dapat muncul bersamaan dengan infeksi lain. Gejala ensepalitis CMV termasuk lemas pada lengan dan kaki, masalah pendengaran dan keseimbangan, tingkat mental yang berubah, demensia, neuropati perifer, koma dan penyakit retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Infeksi CMV pada urat saraf tulang belakang dan saraf dapat mengakibatkan lemahnya tungkai bagian bawah dan beberapa paralisis, nyeri bagian bawah yang berat dan kehilangan fungsi kandung kemih. Infeksi ini juga dapat menyebabkan pneumonia dan penyakit lambung-usus. e. Infeksi virus herpes sering terlihat pada pasien AIDS. Virus herpes zoster yang menyebabkan cacar dan sinanaga, dapat menginfeksi otak dan mengakibatkan ensepalitis dan mielitis (peradangan saraf tulang belakang). Virus ini umumnya menghasilkan ruam, yang melepuh dan sangat nyeri di kulit akibat saraf yang terinfeksi. Pada orang yang terpajan dengan herpes zoster, virus dapat tidur di jaringan saraf selama bertahun-tahun hingga muncul kembali sebagai ruam. Reaktivasi ini umum pada orang yang AIDS karena sistem kekebalannya melemah. Tanda sinanaga termasuk bentol yang menyakitkan (serupa dengan cacar), gatal, kesemutan (menggelitik) dan nyeri pada saraf. f. Pasien AIDS mungkin menderita berbagai bentuk neuropati, atau nyeri saraf, masing-masing sangat terkait dengan penyakit kerusakan kekebalan stadium tertentu. Neuropati perifer menggambarkan kerusakan pada saraf perifer, jaringan komunikasi yang luas yang mengantar informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke setiap bagian tubuh. Saraf perifer juga mengirim informasi sensorik kembali ke otak dan saraf tulang belakang. HIV merusak serat saraf yang membantu melakukan sinyal dan dapat menyebabkan beberapa bentuk neropati. Distal sensory polyneuropathy menyebabkan mati rasa atau perih yang ringan hingga sangat nyeri atau rasa kesemutan yang biasanya mulai di kaki dan telapak kaki. Sensasi ini terutama kuat pada malam hari dan dapat
menjalar ke tangan. Orang yang terdampak memiliki kepekaan yang meningkat terhadap nyeri, sentuhan atau rangsangan lain. Pada awal biasanya muncul pada stadium infeksi HIV lebih lanjut dan dapat berdampak pada kebanyakan pasien stadium HIV lanjut. g. Neurosifilis, akibat infeksi sifilis yang tidak diobati secara tepat, tampak lebih sering dan lebih cepat berkembang pada orang terinfeksi HIV. Neurosifilis dapat menyebabkan degenerasi secara perlahan pada sel saraf dan serat saraf yang membawa informasi sensori ke otak. Gejala yang mungkin baru muncul setelah puluhan tahun setelah infeksi awal dan berbeda antar pasien, termasuk kelemahan, refleks yang menghilang, jalan yang tidak mantap, pengembangan degenerasi sendi, hilangnya koordinasi, episode nyeri hebat dan gangguan sensasi, perubahan kepribadian, demensia, tuli, kerusakan penglihatan dan kerusakan tanggapan terhadap cahaya. Penyakit ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Penyakit ini umum biasa mulai pada usia setengah baya. h. Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) terutama berdampak pada orang dengan penekanan sistem kekebalan (termasuk hampir 5%pasien AIDS). PML disebabkan oleh virus JC, yang bergerak menuju otak, menulari berbagai tempat dan merusak sel yang membuat mielin lemak pelindung yang menutupi banyak sel saraf dan otak. Gejala termasuk berbagai tipe penurunan kejiwaan, kehilangan penglihatan, gangguan berbicara, ataksia (ketidakmampuan untuk mengatur gerakan), kelumpuhan, lesi otak dan terakhir koma. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan ingatan dan kognitif, dan mungkin muncul kejang. PML berkembang terusmenerus dan kematian biasanya terjadi dalam enam bulan setelah gejala awal. i. Kelainan psikologis dan neuropsikiatri dapat muncul dalam fase infeksi HIV dan AIDS yang berbeda, dan dapat berupa bentuk yang beragam dan rumit. Beberapa penyakit misalnya demensia kompleks terkait AIDS yang secara langsung disebabkan oleh infeksi HIV pada otak, sementara kondisi lain mungkin dipicu oleh obat yang dipakai untuk melawan infeksi. Pasien mungkin mengalami kegelisahan, depresi, keingingan bunuh diri yang kuat, paranoid, demensia, delirium, kerusakan kognitif, kebingungan, halusinasi, perilaku yang tidak normal, malaise, dan mania akut. j. Stroke yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah otak jarang dianggap sebagai komplikasi AIDS, walaupun hubungan antara AIDS dan stroke mungkin jauh lebih besar dari dugaan. Para peneliti di Universitas Maryland,
AS melakukan penelitian pertama berbasis populasi untuk menghitung risiko stroke terkait AIDS dan menemukan bahwa AIDS meningkatkan kemungkinan menderita stroke hampir sepuluh kali lipat. Para peneliti mengingatkan bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi HIV, infeksi lain atau reaksi sistem kekebalan terhadap HIV, dapat menyebabkan kelainan pembuluh darah dan/atau membuat pembuluh darah kurang menanggapi perubahan dalam tekanan darah yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan stroke. k. Ensefalitis toksoplasma, juga disebut toksoplasmosis otak, muncul pada kurang lebih 10% pasien AIDS yang tidak diobati. Hal ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang dibawa oleh kucing, burung dan hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yang tercemar oleh tinja kucing dan kadang pada daging mentah atau kurang matang. Begitu parasit masuk ke dalam sistem kekebalan, ia menetap di sana; tetapi sistem kekebalan pada orang yang sehat dapat melawan parasit tersebut hingga tuntas, mencegah penyakit. Gejala termasuk ensefalitis, demam, sakit kepala berat yang tidak menanggapi pengobatan, lemah pada satu sisi tubuh, kejang, kelesuan, kebingungan yang meningkat, masalah penglihatan, pusing, masalah berbicara dan berjalan, muntah dan perubahan kepribadian. Tidak semua pasien menunjukkan tanda infeksi. l. Mielopati vakuolar menyebabkan lapisan mielin yang melindungi untuk melepaskan diri dari sel saraf di saraf tulang belakang, membentuk lubang kecil yang disebut vakuol dalam serat saraf. Gejala termasuk kaki lemas dan kaku serta tidak berjalan secara mantap. Berjalan menjadi sulit dan penyakit semakin parah dan lama-kelamaan pasien membutuhkan kursi roda. Beberapa pasien juga mengembangkan demensia terkait AIDS. Mielopati vakuolar dapat berdampak pada hampir 30% pasien AIDS dewasa yang tidak diobati dan kejadiannya tersebut mungkin lebih tinggi pada anak yang terinfeksi HIV.
8. Infeksi Oportunistik Dalam tubuh, kita membawa banyak kumanbakteri, protozoa (binatang satu sel), jamur dan virus. Bila sistem kekebalan kita bekerja, itu menguasai kuman ini. Tetapi bila sistem kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau beberapa obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan menyebabkan
masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut oportunistik. Kata infeksi oportunistik sering kali disingkat menjadi IO. a. Tes untuk IO Kita dapat terinfeksi IO, dan dites positif untuk IO tersebut, walaupun kita tidak mengalami suatu penyakit. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV jika dites untuk virus sitomegalia (cytomegalovirus atau CMV) ternyata positif. Tetapi untuk penyakit CMV sangat jarang berkembang kecuali jumlah CD4 turun di bawah 50, yang merupakan tanda kerusakan parah terhadap sistem kekebalan. Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita dapat dites untuk antigen (potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen). Ditemukan antigen atau antibodi berarti kita terinfeksi. Jika kita terinfeksi kuman yang menyebabkan IO, dan jika jumlah CD4 kita cukup rendah sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter kita akan mencari tanda penyakit aktif. Tanda ini berbeda untuk IO yang berbeda. Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengembangkan IO jika sistem kekebalannya jadi rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker menekan sistem kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat mengembangkan IO. HIV memperlemah sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika kita terinfeksi HIV dan mengalami IO, kita mungkin AIDS. Di Indonesia, Depkes bertanggung jawab untuk memutuskan siapa yang AIDS. Depkes mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang mana mendefinisikan AIDS. Jika kita HIV, dan mengalami satu atau lebih IO resmi ini, maka kita AIDS. Pada tahun-tahun awal epidemis AIDS, IO menyebabkan banyak kesakitan dan kematian. Namun, setelah orang mulai memakai kombinasi terapi antiretroviral, lebih sedikit orang yang tertular IO. Tidak jelas berapa banyak orang dengan HIV akan tertular IO tertentu. IO yang paling umum terlampir di sini, berbarengan dengan penyakit yang biasa disebabkannya, dan jumlah CD4 waktu penyakit menjadi aktif: 1) Kandidiasis (thrush) adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina. Rentang CD4: dapat terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tinggi.
2) Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Rentang CD4: di bawah 50. 3) Berbagai macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada mulut atau alat kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika kita mengidap HIV, perjangkitannya dapat jauh lebih sering dan lebih parah. Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun. 4) Mycobacterium avium complex (MAC atau MAI) adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan demam kambuhan, rasa sakit yang umum, masalah pada pencernaan, dan kehilangan berat badan yang parah. Rentang CD4: di bawah 75. 5) Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) adalah infeksi jamur yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru) yang berbahaya. Rentang CD4: di bawah 200. 6) Toksoplasmosis (Tokso) adalah infeksi protozoa otak. Rentang CD4: di bawah 100. 7) Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat menyebabkan meningitis (radang selaput otak). Rentang CD4: Setiap orang dengan HIV yang dites positif terpajan TB harus diobati. b. Pencegahan IO Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin kita telah membawa beberapa infeksi ini. Kita dapat mengurangi risiko infeksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang diketahui yang menyebabkan IO yang diketahui. Sekali pun kita terinfeksi beberapa IO, kita dapat memakai obat yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah IO adalah untuk memakai terapi anti-HIV yang manjur. c. Pengobatan IO
Untuk setiap IO, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang tampak paling berhasil. Obat antiretroviral yang manjur memungkinkan pemulihan sistem kekebalan yang rusak dan lebih berhasil memerangi IO. d. Jenis-jenis Infeksi Oportunistik 1) Virus Sitomegalia (CMV) Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi
oportunistik. Virus ini sangat umum. Kurang-lebih 85 persen masyarakat di AS adalah CMV-positif waktu mereka berusia 40 tahun. Statistik untuk Indonesia belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh yang sehat menahan virus ini, agar tidak mengakibatkan penyakit. Waktu HIV atau penyakit lain melemahkan pertahanan kekebalan, CMV dapat menyerang beberapa bagian tubuh. Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah kematian sel pada retina, bagian belakang mata. Ini secara cepat dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. CMV dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksikan beberapa organ sekaligus. Risiko CMV tertinggi waktu jumlah CD4 di bawah 100. Tanda pertama retinitis CMV adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang bergerak. Ini disebut floater (katungkatung) dan mungkin menunjukkan adanya radang pada retina. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh ahli mata. Jika jumlah CD4 kita di bawah 200 dan kita mengalami masalah penglihatan apa saja, sebaiknya kita langsung menghubungi dokter. Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari dengan gansiklovir atau foskarnet. Obat ini dapat mengendalikan penyakit CMV, tetapi tidak menyembuhkannya. Karena harus diinfus setiap hari, sebagian besar orang memasang keran atau buluh obat yang dipasang secara tetap pada dada atau lengan. Buluh ini, yang disebut kateter Hickman atau Groschung, harus dijaga agar tetap bersih untuk menghindari infeksi. Dulu orang dengan penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai obat anti-CMV seumur hidup. Pengobatan CMV diperbaiki secara dramatis selama beberapa tahun terakhir ini:
(a) 1995: Pil gansiklovir disetujui untuk mencegah CMV. Dokter memakai suntikan gansiklovir dan foscarnet langsung pada mata untuk mengobati retinitis. (b) 1996: Bentuk gansiklovir yang ditanam dalam mata (implant) dikembangkan agar obat langsung dikeluarkan dalam mata. Sidofovir disetujui untuk disuntikkan. Tes viral load CMV dikembangkan. (c) 1998: Fomvirsen disetujui untuk disuntik langsung ke mata. (d) 2001: Valgansiklovir disetujui. Bentuk gansiklovir baru ini memberi tingkat obat lebih tinggi dengan lebih sedikit pil. Terapi antiretroviral sangat manjur (HAART) juga dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika jumlah CD4-nya di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama enam bulan. Pencegahan CMV : Gansiklovir disetujui untuk mencegah (profilaksis) CMV, tetapi banyak dokter enggan meresepkannya. Mereka tidak ingin menambahkan hingga 12 kapsul lagi pada pasien. Lagi pula, belum jelas profilkasis ini bermanfaat. Dua penelitian besar menghasilkan kesimpulan berbeda. Akhirnya, terapi antiretroviral dapat menahan kadar CD4 pada tingkat yang cukup tinggi sehingga yang memakainya tidak akan berpenyakit CMV. 2) Kriptosporidiosis Kriptosporidiosis (kripto) adalah infeksi, yang disebabkan parasit Cryptosporidium parvum. Parasit mengambil nutrisinya dari organisme hidup lain, yang disebut induk. Kripto sebagian besar mempengaruhi usus dan menyebabkan diare. Kripto mudah menular melalui makanan atau air yang tercemar, atau hubungan langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi. Di AS, kurang-lebih 15-20 persen Odha terinfeksi kripto; angka ini untuk Indonesia belum diketahui. Hanya sebagian infeksi ini mengembangkan penyakit parah. Kripto menyebabkan diare, mual, muntah, dan kram perut. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat, gejala ini tidak bertahan lebih dari sekitar satu minggu. Namun kripto dapat berlangsung lama jika sistem kekebalan sudah rusak. Ini biasa terjadi pada jumlah CD4 di bawah 300. Pada orang HIV-positif, bila kripto berlangsung empat minggu atau lebih, orang tersebut dianggap AIDS, berdasarkan definisi yang berlaku di AS. Diare dapat mengganggu
penyerapan gizi. Jika berlangsung lama, ini dapat menyebabkan penurunan yang parah pada berat badan, yang disebut wasting. Beberapa penyakit menyebabkan masalah serupa. Untuk konfirmasi diagnosis, dokter biasanya memeriksa kotoran (air besar) untuk parasit dan telurnya. Ini disebut tes O dan P, atau ova (telur) dan parasit. 3) Meningitis Kriptokokus Meningitis kriptokokus terjadi paling sering pada orang dengan kadar CD4 di bawah 100. Walaupun obat antijamur dapat mencegah meningitis kriptokokus, obat ini biasanya tidak dipakai karena mahal dan risiko mengembangkan infeksi ragi yang resistan terhadap obat tersebut. Jika kita meningitis, diagnosis dini mungkin membolehkan pengobatan dengan obat yang kurang beracun. Kita sebaiknya menghubungi dokter jika kita mengalami sakit kepala, leher pegal, masalah penglihatan, kebingungan, mual, atau muntah. Jika kita pernah meningitis, kita harus memakai obat antijamur terus-menerus untuk mencegah kambuhnya. 4) Demensia dan Masalah Saraf Penyakit HIV dapat menyebabkan beberapa masalah pada sistem saraf, dari sulit ingatan dan masalah keseimbangan hingga demensia parah. Masalah ini biasanya baru dilihat pada tahap lanjut penyakit HIV. Namun, masalah ingatan terkait kata dapat dialami, bahkan pada pasien yang tidak mengalami gejala lain. Terapi kombinasi antiretroviral yang memerangi HIV tampaknya melindungi susunan saraf pusat dari kerusakan oleh HIV. 5) Hepatitis Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis bisa disebabkan oleh virus, alkohol, narkoba, obat-obatan (termasuk obat yang diresepkan), atau racun. Penyebab lainnya adalah infeksi oportunistik seperti MAC. Hepatitis merupakan penyakit yang sangat umum, yang dapat terjadi bahkan pada orang yang sistem kekebalannya baik. Hepatitis juga bisa mengakibatkan goresan hati (sirosis) dan gagalnya fungsi hati, yang bisa mematikan. Para ilmuwan mengetahui tujuh virus yang bisa menyebabkan hepatitis. Ini disebut virus hepatitis A, B, C, D, E, F dan G, atau HAV,
HBV, dan seterusnya. Lebih dari 90% kasus hepatitis disebabkan HAV, HBV dan HCV. Hepatitis virus bisa akut atau kronis. Akut berarti kita sakit selama beberapa minggu, tapi kemudian pulih. Hepatitis kronis berarti hati kita mungkin sudah terkena radang selama enam bulan atau lebih. Hepatitis kronis menetap di tubuh kita; kita dapat menulari orang lain, dan penyakit kita bisa menjadi aktif lagi. Cara terbaik mencegah hepatitis adalah dengan menjaga
kebersihan dan menghindari hubungan langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Kondom dapat membantu mencegah penularan HBV melalui hubungan seks. Selain itu, ada vaksin yang dapat melindungi terhadap HAV dan HBV. Belum ada pengobatan yang efektif untuk HAV dan HEV, tapi kedua penyakit ini biasanya cepat sembuh. Interferon-alfa dan 3TC (sebuah obat anti-HIV) tampaknya membantu mengobati HBV dan HDV. Pada September 2002, Adefovir dipivoxil (Hepsera) disetujui di AS untuk mengobati HBV. Ada beberapa obat baru yang diujicoba untuk melawan HIV yang tampaknya juga dapat digunakan untuk mengobati HBV, HCV dan HDV. 6) Hepatitis C (HCV) dan HIV Hepatitis C adalah masalah kesehatan yang parah. Jauh lebih banyak orang terinfeksi HCV dibanding HIV, tetapi mungkin mereka tidak mengetahuinya. Infeksi HCV dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan merusak hati sebelum menyebabkan gejala yang nyata. Infeksi HIV dapat memperburuk HCV. HCV merusak hati, yang dapat mempersulit penggunaan obat HIV. Orang dengan HIV sebaiknya dites HCV. Pengobatan HCV dini akan lebih berhasil. Pengobatan untuk orang yang terinfeksi HCV dan HIV memang rumit. Orang ini sebaiknya menemui dokter ahli kedua penyakit ini. Karena HIV dan HCV ditularkan melalui hubungan dengan darah yang terinfeksi, banyak orang terinfeksi kedua virus ini, yang disebut infeksi bersama atau koinfeksi. Koinfeksi menimbulkan masalah khusus. HCV mempersulit penyakit HIV. Ini kemungkinan karena hatinya rusak. Namun, HCV tampaknya tidak mengganggu terapi antiretroviral. (a) Untuk orang dengan HIV, HCV dapat lebih parah dan dapat lebih cepat menyebabkan kerusakan hati. Pengobatan HCV untuk orang
yang koinfeksi adalah berhasil untuk kurang-lebih 25 persen orang dengan genotipe 1 dan 50 persen dengan gentotipe 2 atau 3. (b) Orang dengan HIV lebih mungkin menularkan HCV karena viral load HCV-nya lebih tinggi. (c) Obat yang dipakai untuk mengobati HIV mengganggu hati. Namun, kami belum tahu apakah obat HIV memperburuk HCV. (d) Jika menurut pedoman, HIV kita pantas diobati, dan infeksi HCV kita ringan, HIV kita sebaiknya diobati lebih dahulu. HIV yang tidak diobati selama 6-12 bulan dapat menimbulkan akibat yang parah. (e) Jika HIV kita belum perlu diobati (jika jumlah CD4 cukup tinggi, dan viral load HIV cukup rendah), lebih baik mengobati HCV dahulu. Kemudian hati dalam keadaan yang lebih baik untuk menghadapi obat HIV. Adalah rumit menangani infeksi HIV dan HCV bersama. Kita sebaiknya memilih dokter yang mengetahui kedua penyakit. 7) HPV, Kutil Kelamin & Displasia Virus papiloma manusia (HPV) adalah virus cukup lazim. HPV yang berbeda menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) di sekitar leher rahim atau dubur. Pertumbuhan sel tidak normal ini dapat menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Infeksi HPV pada alat kelamin disebarkan melalui hubungan seks. Infeksi HPV dapat bertahan lama, terutama pada orang HIV-positif. Tes Pap dapat menemukan pertumbuhan sel tidak normal pada leher rahim. Tes ini juga dapat dipakai untuk memeriksa dubur laki-laki dan perempuan. Walaupun tes Pap tampaknya cara terbaik untuk menemukan kanker leher rahim secara dini, pemeriksaan fisik dengan hati-hati mungkin cara terbaik untuk menemukan kanker dubur. Tanda infeksi HPVkutil atau displasia, sebaiknya diobati sesegera mungkin setelah dideteksi. Kalau tidak, masalah dapat menjadi lebih besar dan lebih mungkin kambuh setelah diobati. 8) Sarkoma Kaposi (KS) KS adalah penyakit yang mempengaruhi kurang-lebih 20% Odha di AS yang tidak memakai obat antretroviral. KS dapat disebabkan oleh
virus herpes yang disebut HHV-8. Pengobatan terbaik untuk KS adalah terapi antiretroviral yang sangat manjur (HAART). KS pada kulit diobati dengan beberapa cara, dan bukan masalah gawat. KS pada organ dalam dapat gawat. KS dalam biasa diobati dengan obat antikanker. Jika kita mengamati bintik warna gelap pada kulit, kita sebaiknya diperiksa dokter untuk menentukan apakah kita sakit KS. 9) Limfoma Non-Hodgkin (NHL) NHL, sejenis kanker yang melibatkan sel-B, mempengaruhi orang dengan infeksi HIV lanjut. Penyakit ini gawat dan sering mengakibatkan kematian. Penggunaan terapi kombinasi antiretroviral menurunkan jumlah kasus baru NHL. Ini terutama betul untuk limfoma sususan saraf pusat (SSP). NHL diobati dengan obat-obatan kemo. Untuk limfoma SSP, terapi radiasi juga dipakai. Bahkan tumor NHL hilang, mereka cenderung kambuh pada banyak orang. Pengobatan NHL sulit. Orang yang mengalaminya sering mempunyai sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Terapi antiretroviral dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan penggunaan kemo yang lebih manjur. Obat-obatan tambahan sering kali dibutuhkan untuk menangani efek samping kemo. Obat baru hasil rekayasa genetis yang disebut antibodi monoklonal ditelitikan untuk mengobati NHL, serta kemo kombinasi obat baru. 10) MAC (Mycobacterium Avium Complex) MAC adalah penyakit parah yang disebabkan bakteri yang lazim. MAC dapat menyebabkan kehilangan berat badan yang parah, diare dan gejala lain. Jika kita MAC, kemungkinan kita akan diobati dengan azitromisin atau klaritromisin ditambah satu hingga tiga antibiotik lain. Kita harus memakai obat ini terusmenerus seumur hidup untuk menghindari kambuhnya MAC. Orang dengan jumlah CD4 di bawah 75 sebaiknya bicara dengan dokter mengenai obat untuk mencegah penyakit MAC. 11) Moluskum Moluskum adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan lesi pada kulit. Walaupun tidak bahaya secara medis, lesi dapat mengakibatkan masalah emosional dan mental yang parah. Moluskum dapat disebarkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan kulit. Moluskum juga dapat disebarkan melalui hubungan seks. Jika kita moluskum, kita dapat menyebarkan moluskum pada bagian kulit baru jika kita mencukur
janggut dengan pisau silet. Lesi moluskum dapat dihilangkan dengan cara serupa yang dipakai untuk mengobati kutil. Sayangnya, lesi moluskum sering kambuh dan harus diobati lagi. 12) PCP (Pneumonia Pneumocystis) Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO) paling umum pada orang HIV-positif. Tanpa pengobatan, lebih dari 85 persen orang dengan HIV pada akhirnya akan menderita penyakit PCP. PCP menjadi pembunuh utama orang HIV-positif. Namun, saat ini hampir semua penyakit PCP dapat dicegah dan diobati. Kuman yang menular adalah jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang. Dahulu jamur tersebut disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan sekarang memakai nama Pneumocystis jaroveci, namun penyakit masih disingkatkan sebagai PCP. Sistem kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang dewasa dengan sistem kekebalan yang lemah. Hampir semua peristiwa PCP, penyakit yang merupakan
pembunuh Odha nomor satu, dapat diobatidan dapat dicegah dengan obat murah yang mudah dipakai. Obat antiretroviral manjur dapat menahan jumlah CD4 kita tetap tinggi. Jika jumlah CD4 kita turun di bawah 300, kita sebaiknya membahas pemakaian obat untuk mencegah PCP dengan dokter kita. Setiap orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 seharusnya memakai obat anti-PCP. 13) PML PML ada singkatan dari progressive multifocal leucoencephalopathy (leukoensefalopati multifokal progresif). PML adalah infeksi virus pada otak yang gawat. Ensefalo berarti terkait dengan otak. Pati berarti penyakit. Jadi ensefalopati adalah penyakit pada otak. Leuko berarti putih. Jadi leukoensefalopati adalah penyakit bahan putih pada otak. Progresif berarti penyakit ini menjadi semakin buruk dalam waktu yang singkat. Multifokal berarti penyakit ini ditemukan di berbagai tempat sekaligus. PML disebabkan virus dengan nama JC-JC ada inisial dari pasien yang pertama didiagnosis penyakit ini. Sebagian besar dewasa terinfeksi virus JC, namun tidak mengembangkan penyakit. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan infeksi JC agar
tidak menyebabkan penyakit. Pada orang dengan sistem kekebalan yang rusak, virus JC ini bisa menjadi aktif. PML adalah penyakit otak yang disebabkan infeksi virus JC. Penyakit ini biasanya menimbulkan kematian. Infeksi ini sulit dibedakan dari infeksi yang lain. Belum ada pengobatan yang disetujui untuk PML, walaupun beberapa pengobatan mungkin dapat membantu. Pengobatan apa pun harus dimulai secepat mungkin. Terapi kombinasi antiretroviral dapat memperlambat kelanjutan PML. 14) Herpes Zoster (Sinanaga) Herpes Zoster (Shingles atau sinanaga) adalah suatu penyakit yang membuat sangat nyeri. Penyakit ini juga disebabkan oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus varisela zoster). Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan virus ini jadi aktif kembali (sinanaga). Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun. Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan sinanaga dimulai dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang parah pada daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata. Walaupun jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata. Ini dapat menyebabkan jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan jangat kepala, dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung. Sinanaga adalah penyakit yang tidak dapat diramalkan dan sangat menyerikan. Penyakit ini disebabkan virus yang pernah mengakibatkan cacar air menjadi aktif kembali. Walaupun tidak secara langsung dikaitkan dengan HIV, sinanaga tampaknya lebih sering terjadi pada Odha. Walaupun sinanaga dapat hilang dalam beberapa minggu, rasa nyeri yang parah dapat berlanjut selama beberapa bulan. Belum ada cara yang diketahui untuk mencegah berjangkitnya sinanaga. Penyakit ini diobati dengan asiklovir, diminum lima kali sehari, atau pada kasus yang parah diberikan secara intravena. Dua obat yang lebih baru, famsiklovir dan galasiklovir, kelihatan lebih efektif terhadap rasa nyeri yang timbul akibat
sinanaga, dan hanya perlu diminum tiga kali sehari. Bisa jadi sangat sulit menahan rasa nyeri akibat sinanaga. Suatu pengobatan baru adalah tempelan obat bius yang dapat ditempelkan langsung pada kulit. 15) Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan bakteri. TB biasa mempengaruhi paru, tetapi kadang-kadang dapat mempengaruhi organ lain. TB adalah penyakit yang sangat parah di seluruh dunia. Hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi TB, walaupun sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mencegah penyakit aktif. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Ini tonjolan kecil dan keras yang berbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri TB. Ada pengobatan efektif untuk infeksi TB, dan untuk penyakit TB aktif. Jika kita pernah dekat dengan orang TB aktif, atau mempuyai gejala TB, sebaiknya kita dites dan diobati. Pengobatan untuk TB perlu jangka waktu yang lama, dan dapat sulit dipakai sekaligus dengan obat anti-HIV, tetapi obat tersebut dapat menyembuhkan TB. Beberapa obat TB dapat berinteraksi dengan obat HIV, jadi pengobatan harus direncanakan dengan hati-hati jika kita TB dan HIV sekaligus.
16) Kandidiasis (Thrush) Kandidiasis adalah penyakit jamur (ragi) yang sangat umum. Jamur ini biasa hidup dalam tubuh. Jamur tersebut tidak dapat diberantas. Sebagian besar penyakit kandidiasis dapat diobati secara mudah dengan terapi lokal. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit ini menjadi lebih menetap. Obat-obatan antijamur sistemik dapat dipakai, tetapi kandida mungkin menjadi resistan terhadapnya. Obat antijamur yang paling manjur, amfoterisin B, dapat menimbulkan efek samping yang parah. Beberapa terapi alam tampaknya memberi manfaat untuk mengendalikan infeksi kandida. 17) Toksoplasmosis Toksoplasmosis adalah infeksi oportunistik yang serius. Jika kita belum terinfeksi tokso, kita dapat menghindari risiko terpajan infeksi
dengan
tidak
memakan
daging
atau
ikan
mentah,
dan
ambil
kewaspadaan lebih lanjut jika kita membersihkan kandung kucing. Kita dapat memakai obat anti-HIV yang manjur untuk menahan jumlah CD4. Ini kemungkinan akan mencegah masalah kesehatan diakibatkan tokso. Jika jumlah CD4 kita turun di bawah 100, kita sebaiknya bicara dengan dokter tentang pemakaian obat untuk mencegah penyakit tokso. Jika kita mengalami kepala nyeri, disorientasi, seizure, atau gejala tokso lain, kita harus langsung menghubungi dokter. Dengan diagnosis dan pengobatan dini, tokso dapat diobati secara efektif. Jika kita mengalami penyakit tokso, aebaiknya kita terus memakai obat antitokso untuk mencegah penyakitnya kambuh. 18) Wasting AIDS Wasting AIDS belum dipahami dengan baik. Namun jelas orang dengan penyakit HIV harus menghindari kehilangan massa badan tidak berlemak. Beberapa pengobatan untuk wasting sedang diteliti. Kita sebaiknya memantau berat badan kita. Kita sebaiknya menahan pemakaian makanan bergizi walaupun nafsu makan kita rendah. Kita harus mencari pengobatan secepatnya jika kita mengalami diare yang parah atau infeksi apapun pada sistem pencernaan kita. Ini dapat menyebabkan masalah dengan penyerapan gizi. 19) Penisiliosis Penisiliosis adalah penyakit yang bisa menjadi gawat. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei. Jamur ini hanya ditemukan di daerah tropis dan tampaknya dibawa oleh tikus bambu. Infeksi ini tidak dapat menular dari orang ke orang. Pada orang dengan sistem kekebalan yang rusak (kadar CD4 di bawah 50), infeksi ini dapat mematikan jika tidak diobati. Penisiliosis dapat diobati dengan obat antijamur. Setelah kita pulih kembali dari penisiliosis, kita harus terus-menerus memakai obat antijamur untuk mencegah infeksi kambuh kembali. 20) Limfadenopati Limfadenopati sering di antara gejala pertama infeksi HIV, yang dialami waktu infeksi primer atau akut, beberapa minggu setelah terinfeksi. Penyakit ini ditandai pembengkakan pada satu atau lebih kelenjar getah bening, biasanya di leher dan ketiak, tetapi kadang kala di tempat lain. Gejala ini biasanya cepat hilang tanpa diobati. Limfadenopati
generalisata yang persisten (PGL) adalah limfadenopati di lebih dari tiga tempat, yang mempengaruhi sedikitnya dua kelenjar pada setiap tempat. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan kadar CD4 di atas 500, dan sering hilang sebelum masuk tahap AIDS. Selain infeksi HIV sendiri, limfadenopati dapat disebabkan infeksi lain, termasuk TB di luar paru dan sifilis. Jika ada gejala lain, sebaiknya ada pemeriksaan secara teliti untuk menyingkirkan alasan lain. Asal tidak ada alasan lain, limfadenopti tidak perlu diobati. Limfadenopati tidak berkembang menjadi limfoma (kanker pada sistem limfatik) dan tidak menunjukkan peningkatan dalam kemungkinan limfoma akan terjadi.
9. Penatalaksanaan a. Terapi Antiretrovirus (ARV) 1) Pengertian Terapi antiretroviral berarti mengobati infeksi HIV dengan obat-obatan. Obat tersebut (yang disebut ARV) tidak membunuh virus itu. Namun, mereka dapat memperlambat pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus diperlambat, begitu juga penyakit HIV. Karena HIV adalah retrovirus, obat-obatan ini biasa disebut sebagai terapi antiretroviral (ART). 2) Jenis Terapi ARV (a) Reverse transcriptase inhibitor (RTI): Obat anti-HIV pertama. Obat ini menghalang penciptaan DNA virus dari RNA dengan membuat sel tiruan yang mengganggu proses ini. Sebagian besar adalah analog nukleosida (NRTI); tenofovir adalah analog nucleotida.
(b) Non-nucleoside
reverse
transcriptase
inhibitor
(analog
non-
nukleosida/NNRTI): Obat ini juga mengganggu proses penciptaan DNA virus dari RNA, dengan mengikat pada enzim reverse transciptase dan menghalang kegiatannya.
(c) Protease inhibitor: Menghalang kegiatan protease, sebuah enzim yang memotong rantai protein HIV menjadi protein tertentu yang diperlu untuk merakit tiruan virus yang baru.
(d) Attachment dan Fusion Inhibitor: Menecegah pengikatan HIV pada sel.
(a)
Pengertian Azitromisin adalah obat antibiotik (antibakteri). Obat ini dipasarkan dengan beberapa nama merek termasuk Zithromax. Namun versi generik dengan nama azitromisin adalah sama dengan versi bermerek, hanya harganya jauh lebih murah. Antibiotik menyerang infeksi yang disebabkan bakteri. Azitromisin dipakai untuk menyerang beberapa infeksi oportunistik pada Odha. Alasan Odha Memakai Azitromisin Azitromisin dipakai untuk infeksi bakteri yang ringan dan sedang. Obat ini berhasil terhadap beberapa jenis bakteri yang berbeda, terutama klamidia, hemofilius dan streptokokus. Bakteri ini dapat menginfeksikan kulit, hidung, tenggorokan, dan paru. Infeksi ini dapat menular melalui hubungan seks dan menyebabkan penyakit pada alat kelamin. Banyak kuman hidup di tubuh kita atau adalah umum dalam lingkungan kita. Sistem kekebalan yang sehat dapat menyerang atau mengendalikan infeksi yang disebabkan oleh kuman tersebut. Namun, infeksi HIV dapat merusakkan sistem kekebalan. Infeksi yang mengambil manfaat dari kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dikenal sebagai infeksi oportunistik. Orang dengan penyakit HIV tahap lanjut dapat mengalami infeksi oportunistik. Salah satu infeksi oportunistik pada Odha adalah MAC. Ini singkatan untuk mycobacterium avium complex. Odha dengan kadar CD4 di bawah 75 dapat mengembangkan MAC. Azitromisin sering dipakai dengan antibiotik lain untuk mengobati MAC. Jika kadar CD4 kita di bawah 75, sebaiknya kita bicara dengan dokter tentang pengunaan azitromisin. Beberapa orang beralergi pada azitromisin dan antibiotik sejenis. Katakan pada dokter jika kita beralergi pada eritromisin atau antibiotik lain.
(b) Pemakaian Azitromisin Azitromisin tersedia dalam kapsul atau tablet berisi 250mg. Juga ada tablet 600mg. Azitromisin juga tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Untuk melawan sebagian besar infeksi, dosis untuk orang dewasa adalah 500mg pada hari pertama, diikuti dengan 250mg setiap hari untuk empat hari lagi. Dosis untuk mencegah infeksi MAC adalah 1.200mg atau 1.250mg sekali seminggu. Tablet azitromisin dapat dipakai dengan atau tanpa makanan. Minum banyak air waktu memakainya. Kapsul atau cairan sebaiknya dipakai waktu perut
kosong, satu jam sebelum atau dua jam setelah makan. Perhatikan peraturan secara teliti. Jangan pakai azitromisin sekaligus dengan obat antiasam yang mengandung aluminium atau magnesium. Ini akan mengurangi jumlah azitromisin dalam aliran darah. (c) Efek Samping Efek samping azitromisin sebagian besar berdampak pada sistem pencernaan. Efek ini termasuk diare, mual, dan sakit perut. Beberapa orang menjadi sangat peka pada sinar matahari. Yang lain dapat mengalami sakit kepala, pusing atau menjadi ngantuk, atau bermasalah mendengar. Hanya sangat sedikit orang yang memakai azitromisin mengalami efek samping ini. Namun, sebagian besar obat anti-HIV juga menyebabkan masalah pada sistem pencernaan. Azitromisin dapat memperburuk masalah ini. Antibiotik membunuh bakteri baik yang diperlu agar makanan dicerna. Kita dapat makan yoghurt atau suplemen (makan tambahan) asidofilus untuk menggantinya. (d) Interaksi Azitromisin Azitromisin diuraikan oleh hati. Jadi obat ini dapat berinteraksi dengan obat yang diuraikan oleh hati, termasuk sebagian besar obat antiretroviral yang dipakai untuk menyerang HIV. Para ilmuwan belum menelitikan semua interaksi yang mungkin. Azitromisin kemungkinan berinteraksi dengan beberapa obat menipis darah, obat jantung, obat antisawan (antikonvulsi), dan antibiotik lain. Memberi tahu dokter tentang semua obat yang kita pakai. Dokter mungkin harus memantau kita secara teliti jika kita memakai azitromisin sekaligus dengan protease inhibitor ritonavir. Obat antiasam dengan aluminium dan magnesium dapat mengurangi kadar azitromisin dalam aliran darah. Jangan memakai antiasam sekaligus dengan azitromisin. 2) Siprofloksasin (a) Pengertian Siprofloksasin (ciprofloxacin atau sipro) adalah obat antibiotik. Antibiotik melawan infeksi yang disebabkan bakteri. Sipro melawan banyak jenis bakteri. Obat ini juga dipakai untuk melawan beberapa infeksi oportunistik pada Odha.
(b)
Alasan Penggunaan Sipro Sipro dipakai untuk banyak infeksi bakteri yang berbeda. Obat ini berhasil terhadap beberapa jenis bakteri yang berbeda, termasuk infeksi yang resistan terhadap obat lain, termasuk penisilin. Banyak kuman hidup di tubuh kita atau adalah umum dalam lingkungan kita. Sistem kekebalan yang sehat dapat menyerang atau mengendalikan infeksi yang disebabkan oleh kuman tersebut. Namun, infeksi HIV dapat merusakkan sistem kekebalan. Infeksi yang mengambil manfaat dari kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dikenal sebagai infeksi oportunistik. Orang dengan penyakit HIV tahap lanjut dapat mengalami infeksi oportunistik. Salah satu infeksi oportunistik pada Odha adalah MAC. Ini singkatan untuk mycobacterium avium complex. Odha dengan kadar CD4 di bawah 75 dapat mengembangkan MAC. Sipro sering dipakai dengan antibiotik lain untuk mengobati MAC. Jika kadar CD4 kita di bawah 75, sebaiknya kita bicara dengan dokter tentang penggunaan azitromisin. Beberapa orang beralergi pada sipro dan antibiotik sejenis. Katakan pada dokter jika kita beralergi pada antibiotik apa pun.
(c)
Resistensi Obat Jika kita memakai obat resep apa pun, kita harus menghabisi semua pil yang diresepkan. Banyak orang berhenti memakai obat jika mereka merasa lebih baik. Ini bukan langkah yang baik. Jika sebuah obat tidak mematikan semua kuman, kuman tersebut dapat berubah (bermutasi) sehingga mereka bisa kebal (resistan). Bila kuman menjadi resistan terhadap satu atau beberapa obat, obat tersebut tidak akan berhasil lagi di tubuh kita. Misalnya, jika kita memakai sipro untuk melawan MAC, dan kita lupakan terlalu banyak dosis, kuman MAC di tubuh kita dapat menjadi resistan pada sipro. Jika ini terjadi, kita harus memakai obat lain terhadap MAC.
(d)
Pemakaian Sipro Sipro tersedia dalam tablet dengan berbagai kekuatan. Tablet ini mengandung antara 100mg dan 750mg Sipro. Sipro juga tersedia dalam bentuk cairan. Sipro dipakai setiap 12 jam. Dosis sipro dan lama memakainya tergantung pada jenis infeksi. Tablet sipro dapat
dipakai dengan atau tanpa makanan. Minum banyak air waktu memakainya, agar menentukan bahwa obat ini tidak berkumpul dalam ginjal. Jangan pakai sipro sekaligus dengan obat antiasam yang mengandung aluminium atau magnesium. Ini akan mengurangi jumlah sipro dalam aliran darah. (e) Efek Samping Efek samping sipro yang paling umum adalah mual, diare, muntah, sakit perut, sakit kepala, ruam pada kulit, dan keresahan. Obat ini juga bisa menyebabkan pusing dan ngantuk. Hanya sangat sedikit orang yang memakai sipro mengalami efek samping ini. Namun, sebagian besar obat anti-HIV juga menyebabkan masalah pada sistem pencernaan. Sipro dapat memperburuk masalah ini. Sipro meningkatakan kepekaan beberapa oranga terhadap sinar matahari. Obat ini juga dapat meningkatkan efek kafein, dan membuat kita ngeri dan nervous. Pada kasus yang jarang, sipro dapat menyebabkan reaksi alergi yang dapat menjadi gawat. Antibiotik membunuh bakteri baik yang diperlu agar makanan dicerna. Kita dapat makan yoghurt atau suplemen (makan tambahan) asidofilus untuk menggantinya. (f) Interaksi dengan Obat Lain Sipro tidak diuraikan oleh hati. Jadi obat ini tidak banyak berinteraksi dengan obat antiretroviral yang dipakai untuk menyerang HIV. Namun, sebaiknya kita selalu memberitahukan dokter mengenai semua obat yang kita pakai. Obat antiasam dengan aluminium dan magnesium dapat mengurangi kadar sipro dalam aliran darah. Jangan memakai antiasam sekaligus dengan sipro. Suplemen yang mengandung zat kalsium, besi, atau seng juga dapat mengurangi kadar sipro. Jangan memakainya sekaligus dengan sipro. Tanya pada dokter apakah sebaiknya kita tetap memakai multivitamin yang mengandung zat besi, kalsium, atau seng sekaligus dengan sipro. Probenesid adalah obat untuk mengurangi kadar asam urik. Ini pengobatan untuk pirai. Probenesid menyebabkan peningkatan tinggi pada kadar sipro dalam aliran darah. Sipro dapat meningkatkan kadar metadon, dan dapat menyebabkan overdosis yang parah.
3) Klaritromisin (a) Pengertian Klaritromisin (clarithromicin) adalah obat antibiotik. Antibiotik melawan infeksi yang disebabkan bakteri. Klaritromisin ini juga dipakai untuk melawan beberapa infeksi oportunistik pada Odha. (b) Pemakaian Klaritomisin pad ODHA Klaritromisin dipakai untuk infeksi bakteri yang ringan dan sedang. Obat ini berhasil melawan beberapa jenis bakteri yang berbeda, terutama klamidia, hemofilius dan streptokokus. Bakteri ini dapat menginfeksikan kulit, hidung, tenggorokan, dan paru. Infeksi ini dapat menular melalui hubungan seks dan menyebabkan penyakit pada alat kelamin. Banyak kuman hidup di tubuh kita atau adalah umum dalam lingkungan kita. Sistem kekebalan yang sehat dapat menyerang atau mengendalikan infeksi yang disebabkan oleh kuman tersebut. Namun, infeksi HIV dapat merusakkan sistem kekebalan. Infeksi yang mengambil manfaat dari kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dikenal sebagai infeksi oportunistik. Orang dengan penyakit HIV tahap lanjut dapat mengalami infeksi oportunistik. Salah satu infeksi oportunistik pada Odha adalah MAC. Ini singkatan untuk mycobacterium avium complex. Odha dengan kadar CD4 di bawah 75 dapat mengembangkan MAC. Klaritromisin sering dipakai dengan antibiotik lain untuk mengobati MAC. Obat ini juga dapat dipakai untuk mencegah MAC. Jika kadar CD4 kita di bawah 75, sebaiknya kita bicara dengan dokter tentang pengunaan klaritromisin. Beberapa orang beralergi pada klaritromisin dan antibiotik sejenis. Katakan pada dokter jika kita beralergi pada eritromisin atau antibiotik lain. (c) Resistensi Terhadap Obat Jika kita memakai obat resep apa pun, kita harus menghabisi semua pil yang iresepkan. Banyak orang berhenti memakai obat jika mereka merasa lebih baik. Ini bukan langkah yang baik. Jika sebuah obat tidak mematikan semua kuman, kuman tersebut dapat berubah (bermutasi) sehingga mereka bisa kebal (resistan). Bila kuman
menjadi resistan terhadap satu atau beberapa obat, obat tersebut tidak akan berhasil lagi di tubuh kita. Misalnya, jika kita memakai klaritromisin untuk melawan MAC, dan kita lupakan terlalu banyak dosis, kuman MAC di tubuh kita dapat menjadi resistan pada klaritromisin. Jika ini terjadi, kita harus memakai obat lain untuk melawan MAC. (d) Cara Pemakaian Klaritromisin tersedia dalam tablet dengan mengandung 250mg dan 500mg klaritromisin. Klaritromisin juga tersedia dalam bentuk biji butir untuk membuat bentuk cairan. Dosis klaritromisin dan lama pemakaiannya tergantung pada jenis infeksi. Dosis yang dipakai untuk mencegah infeksi MAC adalah 500mg setiap 12 jam. Pengobatan diteruskan selama kadar sel CD4 cukup rendah untuk memungkinkan pengembangan MAC. Tablet klaritromisin dapat dipakai dengan atau tanpa makanan, kendati memakainya dengan makanan dapat mengurangi gangguan perut. Juga ada versi klaritromisin lepasan lama yang disebut XL; obat dilepas dari tablet selama beberapa jam setelah ditelan. Versi ini harus dipakai dengan makan. Minum secangkir penuh air waktu memakai klaritromisin. (e) Efek Samping Efek samping klaritromisin yang paling umum berdampak pada sistem pencernaan. Ini termasuk diare, mual, rasa panas dalam perut, dan sakit perut. Hanya sangat sedikit orang yang memakai klaritromisin mengalami efek samping ini. Namun, sebagian besar obat anti-HIV juga menyebabkan masalah pada sistem pencernaan. Klaritromisin dapat memperburuk masalah ini. Klaritromisin dapat membebani hati. Dokter kemungkinan akan memantau hasil tes laboratorium kita untuk tanda kerusakan pada hati. Periksa ke dokter jika air seni menjadi gelap atau warna kotoran (air besar) menjadi lebih mudah. Antibiotik membunuh bakteri baik yang diperlu agar makanan dicerna. Kita dapat makan yoghurt atau suplemen (makan tambahan) asidofilus untuk menggantinya. (f) Interaksi dengan Obat Lain
Klaritromisin
diuraikan
oleh
hati.
Jadi
obat
ini
dapat
berinteraksi dengan obat yang diuraikan oleh hati, termasuk sebagian besar obat antiretroviral yang dipakai untuk menyerang HIV. Para ilmuwan belum menelitikan semua interaksi yang mungkin. Klaritromisin kemungkinan berinteraksi dengan NNRTI (semacam obat antiretroviral), beberapa obat menipis darah, obat jantung, obat antisawan (antikonvulsi), dan antibiotik lain. Memberi tahu dokter tentang semua obat yang kita pakai. Protease inhibitor ritonavir atau lopinavir dapat meningkatkan kadar klaritromisin dalam aliran darah. Klaritromisin dapat mempengaruhi kadar AZT dalam aliran darah.
4) Flukonazol (a) Pengertian Flukonazol adalah obat antijamur. Obat ini dipasarkan dengan nama merek Diflucan. Namun versi generik dengan nama flukonazol adalah sama dengan versi bermerek, hanya harganya jauh lebih murah. Obat antijamur menyerang infeksi yang disebabkan jamur. Flukonazol menyerang beberapa infeksi oportunistik pada Odha. (b) Pemakaian Flukonazol Flukonazol dipakai jika infeksi jamur tidak dapat diobati dengan krim atau lozenge. Obat ini berhasil terhadap beberapa jenis jamur yang berbeda, termasuk infeksi ragi yang disebut kandidiasis. Banyak kuman hidup di tubuh kita atau adalah umum dalam lingkungan kita. Sistem kekebalan yang sehat dapat menyerang atau mengendalikan infeksi yang disebabkan oleh kuman tersebut. Namun, infeksi HIV dapat merusakkan sistem kekebalan. Infeksi yang mengambil manfaat dari kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dikenal sebagai infeksi oportunistik. Orang dengan penyakit HIV tahap lanjut dapat mengalami infeksi oportunistik. Infeksi ragi kandidiasis adalah sifatnya
agak umum. Namun penyakit ini dapat lebih parah pada Odha. Flukonazol disetujui untuk mengobati kedua infeksi ini. Beberapa dokter juga memakai flukonazol untuk mengobati infeksi oportunistik lain yang disebabkan oleh jamur. (c) Resistansi terhadap Obat Jika kita memakai obat resep apa pun, kita harus menghabisi semua pil yang diresepkan. Banyak orang berhenti memakai obat jika mereka merasa lebih baik. Ini bukan langkah yang baik. Jika sebuah obat tidak mematikan semua kuman, kuman tersebut dapat berubah (bermutasi) sehingga mereka bisa kebal (resistan). Bila kuman menjadi resistan terhadap satu atau beberapa obat, obat tersebut tidak akan berhasil lagi di tubuh kita. Misalnya, jika kita memakai flukonazol untuk melawan kandidiasis, dan kita lupakan terlalu banyak dosis, jamur itu di tubuh kita dapat menjadi resistan pada flukonazol. Jika ini terjadi, kita harus memakai obat lain terhadap kandidiasis. (d) Pemakaian Flukonazol Flukonazol tersedia di beberapa bentuk. Ada tablet 50mg, 100mg, 150mg, dan 200mg. Obat juga tersedia sebagai granul (biji-butir) untuk membuat bentuk cairan, dan sebagai cairan untuk infusi. Dosis dan lama memakainya tergantung pada jenis infeksi. Jika kita mempunyai masalah ginjal, dokter mungkin mengurangi dosis flukonazol. Flukonazol dapat dipakai dengan atau tanpa makanan. (e) Efek Samping Efek samping flukonazol yang paling umum adalah sakit kepala, mual, dan sakit perut. Sedikit orang mengalami diare. Sebagian besar obat anti-HIV menyebabkan masalah pada sistem pencernaan. Flukonazol dapat memperburuk masalah itu. Flukonazol dapat membebani hati. Dokter kemungkinan akan memantau hasil tes laboratorium kita untuk tanda kerusakan pada hati. Periksa ke dokter jika air seni menjadi gelap atau warna kotoran (air besar) menjadi lebih muda warnanya. Flukonazol juga dapat memyebabkan kerusakan pada ginjal. Periksa ke dokter jika ada peningkatan secara tiba-tiba pada berat badan, atau jika bagian tubuh apa pun menjadi bengkak. Pada kasus yang jarang,
flukonazol dapat menyebabkan reaksi yang gawat (sindrom StevensJohnson) yang dilihat sebagai ruam pada kulit. (f) Interaksi dengan Obat Lain Flukonazol sebagian besar diuraikan oleh ginjal. Jadi obat ini tidak begitu berinteraksi dengan obat yang diuraikan oleh hati, termasuk sebagaian besar obat antiretroviral yang dipakai untuk menyerang HIV. Namun, flukonazol berinteraksi dengan beberapa jenis obat lain, termasuk beberapa obat menipis darah, obat untuk menurunkan gula dalam darah, obat antisawan (antikonvulsi), diuretik, dan obat antibiotik. Memberi tahu dokter tentang semua obat yang kita pakai.
B. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktivitas / istirahat Gejala: 1) Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise 2) Perubahan pola tidur Tanda: 1) Kelemahan otot, menurunnya massa otot 2) Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan b. Sirkulasi Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) Tanda: 1) Takikardia, perubahan TD postural 2) Menurunnya volume nadi perifer 3) Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler c. Integritas ego Gejala:
1) Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain 2) Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual 3) Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB 4) Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah 5) Kehilangan kontrol diri dan depresi Tanda: 1) Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri 2) Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang 3) Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama d. Eliminasi Gejala: 1) Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal 2) Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda: 1) Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah 2) Diare pekat yang sering 3) Nyeri tekan abdominal 4) Lesi atau abses rectal, personal 5) Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin e. Makanan / cairan Gejala: 1) Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah 2) Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan 3) Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot 4) Turgor kulit buruk 5) Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna 6) Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal 7) Edema (umum, dependen) f. Higiene Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: 1) Memperlihatkan penampila yang kurang rapi 2) Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri g. Neurosensori Gejala: 1) Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental 2) Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun 3) Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran 4) Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan 5) Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal) Tanda: 1) Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat 2) Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis 3) Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia 4) Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik 5) Vocalis: hemi paresis; kejang 6) Hemoragi retina dan eksudat h. Nyeri / kenyamanan Gejala: 1) Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki 2) Sakit kepala (keterlibatan ssp) 3) Nyeri dada pleuritis Tanda: 1) Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan 2) Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang 3) Gerak otot melindungi bagian yang sakit i. Pernapasan Gejala: 1) Isksering, menetap 2) Napas pendek yang progresif
3) Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam) 4) Bendungan atau sesak dada Tanda: 1) Takipnea, distres pernapasan 2) Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius 3) Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum) j. Keamanan Gejala: 1) Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya 2) Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis) 3) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut 4) Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS 5) Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam Tanda: 1) Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya 2) Rektum, luka-luka perianal atau abses 3) Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha) 4) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan k. Seksualitas Gejala: 1) Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal 2) Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks 3) Penggunaan kondom yang tidak konsisten 4) Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil l. Genetalia:
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas m. Interaksi sosial Gejala: 1) Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan 2) Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS 3) Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. Tanda: 1) Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat 2) Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan n. Penyuluhan / pembelajaran Gejala: 1) Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV) 2) Penggunaan o. / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol Pertimbangan rencana pemulangan: Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.
2. Diagnosa Keperawatan a. b. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat c. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular d. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K
e.
Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan
f. g. h. i. j. k. l.
Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak
m. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan n. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan informasi o. Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi. p. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi , krusta pada kulit, dan pruitis q. r. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus herpes. Gangguan citra tubuh behubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit (timbulnya becak-bercak vsikel di tubuh).
Keperawatan 1. Resiko tinggi Mengidentifikasi terhadap b/d infeksi ikut serta pertahanan perilaku infeksi masa penyembuhan luka / lesi
/a. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruha. Mengurangi resiko terkontaminasi silang kontak perawatan dilakukan instruksikanb. Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosocomial yang bersih danc. Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi informasi dasar awitan / peningkatan suhu secara berulang-ulang dari rasional isolasi demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol disembuhkan e. Kandidiasis oral, herpes, CMV dan crytocolus / lokasi alat / f. adalah penyakit yang umum terjadi dan inflamasi memberikan efek pada membran kulit Identifikasi / perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis g. Mengontrol mikro organisme pada permukaan infeksi yang tidak dapat pasien / orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi lingkungan berventilasi baik periksa pengunjung / staf
mencapaib. Berikan
terhadap tanda infeksi dan mempertahankand. Memberikan tidak kewaspadaan sesuai indikasi tingkat dan pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi
demam dan bebasc. Diskusikan dari pengeluaran / sekresi purulen dan tanda-tanda
laind. Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu terdapat bercak putih / lesi f. Periksa adanya luka infasif,perhatikan infeksi local g. Bersihkan percikan cairan tubuh / darah dengan larutan pemutih 1 : 10 tanda-tanda
2. Resiko
keras tinggi Mempertahankan a. Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP, bilaa. Indikator dari volume cairan sirkulasi
terhadap kekurangan kehilangan berlebihan, berat 3. Resiko terhadap efektifnya nafas muscular
terpasang,
catata
hipertensi
termasukb. Indikator tidak langsung dari status cairan c. Mempertahankan membran mukosa keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabakan
lembab,b. Kaji turgor kulit, membran mukosa dan rasa urinec. Pantau pemasukan oral dan masukan cairan
pribadi tinggi Mempertahankan a. Tinggikan tidak pola pola efektif b/d mukosa nafas / pernapasan membran
usahakana. Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi / infeksi yang ditimbulkan karena atelectasis b. Nyeri dada pleuritis dapat menggambarkan adanya pnemonia non spesifik / efusi pleura berkenaan dengan keganasan c. Menurunkan konsumsi O2
tidakb. Selidiki tentang keluhan nyeri dada sesakc. Berikan periode istirahat yang cukup diantara sianosis waktu aktivitas pertahankan lingkungan yang tenang
ketidakseimbangan mengalami
dengan bunyi nafas dan sinar x bagian dada yang bersih / meningkat normal pasien tinggi Menunjukkan homosatis b/d tidak perdarahan faktor ditunjukkan dengan dan AGD dalam batas 4. Resiko terhadap perubahan pembekuan penurunan
a. Lakukan pemeriksaan darah pada cairana. Mempercepat deteksi adanya perdarahan / yang tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses dan cairan muntah warna kulit penentuan awal dari therapi mungkin dapat mencegah perdarahan kritis perdarahan / hemoragi dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi / syok
absorpsi Vitamin K mukosa dan bebasc. Pantau perubahan tingkat kesadaran danc. Perubahan 5. Perubahan b/d untuk d/d dari ekimosis gangguan penglihatan nutrisi Mempertahankan a. Kaji kemampuan untuk atau BB merasakan dan menelan dalam hal adanya BB yang tidak sesuai. antropometrik batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi d. Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan 6. Nyeri kronik b/d Keluhan d/d hilangnya terkontrolnya sakit rasa
dapat
menunjukkan
adanya
perdarahan otak mengunyah,a. Lesi mulut, tenggorokan, dan esofagus dapat menyebabkan dispagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan adekuat makan dan pemasukan makanan d. Mempermudah proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi e. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen
perubahan memperlihatkan
mengacu
berat badan
c. Jadwalkan obat-obatan diantara makan danc. Lambung yang penuh akan mengurangi nafsu
e. Catat pemasukan kalori atau alternatif metode pemberian makanan a. Kaji keluhan yeri, perhatikan lokasi, intensitasa. Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi / (skala 1 10), frekuensi dan waktu menandai gejala non verbal b. Dorong pengungkapan perasaan c. Lakukan tindakan pariatif mis: pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit d. Berikan kompres hangat / lembab pada sisi dan juga tanda-tanda perkembangan / resolusi komplikasi b. Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit c. Meningkatkan relaksasi / menurunka tegangan otot
infeksi pentamidin / IV selama 20 menit d. Infeksi diketahui sebagai penyebab rasa sakit 7. Kerusakan Menunjukkan setelah pemberian dan abses steril a. Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor,a. Menentukan garis dasar dimana perubahan
integritas kulit b/d tingkah defisit imunologi teknik mencegah kerusakan d/d lesi kulit
laku
sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan berkerut pembalut yang steril atau barrier produktif
pada
status
dapat
dibandingkan
dan
untuk kulit /
melakukan intervensi yang tepat dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi c. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri,
b. Pertahankan sprei bersih, kering dan tidakb. Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut c. Tutupi luka tekan yang terbuka dengan
meningkatkan kesembuhan 8. Perubahan oral b/d Menunjukkan mukosa berwarna defisit utuh, d/d merah dari
meningkatkan proses penyembuhan a. Kaji membran mukosa / catat seluruh lesi oral. a. Edema, lesi, membran mukosa oral dan Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah / menelan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal kandidiasis dan meningkatkan kenyamanan d. Merangsang saliva untuk menetralkan asam permen karet / permen tidak dan melindungi membran mukosa e. Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi mengunyah / menelan makan, gunakan sikat gigi halus, pasta sisi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir hidrogen peroksida / salin atau larutan soda kue d. Anjurkan mengandung gula
jambu,b. Berikan perawatan oral setiap hari dan setelahb. Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan inflamasi /
c. Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakanc. Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari
e. Dorong pasien untuk tidak merokok membran mukosa a. Kaji pola tidur dan catat perubahan dalama. Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, proses berpikir / perilaku b. Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada waktu pasien termasuk kurang tidur, penyakit ssp, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan / kemoterapi
kekurangan energi
sagat berenergi. Ikut sertakan pasien / orangb. Periode istirahat yang sering sangat dibutuhkan terdekat pada penyusunan rencana c. Tetapkan keberhasilan aktivitas yang realitas dengan pasien dalam memperbaiki / menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri c. Mengusahakan berhasil, frustasi akibat kontrol diri dan karena perasaan perasaan aktivitas mencegah timbulnya
kelelahan
berlebihan 10. Perubahan proses Mempertahankan a. Kaji status mental dan neurologis dengana. Menetapkan tingkat fungsional pada waktu pikir hipoksemia perhatian b/d orientasi realita menggunakan perubahan rangsang, alat orientasi, kemampuan yang sesuai. Catat penerimaan dan mewaspadakan perawat pada perubahan status yang dapat dihubungkan dengan infeksi / kemungkinan penyakit ssp yang obatan ensefalitis diseminata mungkin memiliki makin buruk, stressor lingkungan, tekanan fisiologis, efek samping terapi obatd/d umum dan fungsi respon untuk terhadap mencegah
masalah, ansietas, perubahan pola tidur, halusinasi dan ide paranoid b. Pantau adanya tanda-tanda infeksi ssp, mis: c. Susun batasan pada perilaku mal adaptif / menyiksa, hindari pilihan pertanyaan terbuka d. Diskusikan penyebab / harapan di masa depan dan perawatan jika demensia telah terdiagnosa. Gunakan istilah yang kongkret
sakit kepala, kekakuan nukal, muntah, demam b. Gejala ssp dihubungkan dengan meningitis / jangkauan dari perubahan kepribadian yang tidak kelihatan sampai kekacauan mental, peka rangsangan, mengantuk, pingsan, kejang dan demensia c. Memberikan waktu tidur, emngurangi gejala
kognitif dan kurang tidur d. Mendapatkan muncul untuk informasi bahwa A2T telah dapat memperbaiki kognisi
memberikan harapan dan kontrol terhadap 11. Ansietas ancaman peningkatan tegangan b/d Menyatakan kehilangan a. Jamin pasien tentang kerahasiaan dalama. Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan batasan situasi tertentu informasi akurat dan konsiste mengenai tersebut akan merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara konsisten, 12. Isolasi sosial b/d Menunjukkan perubahan kesehatan status peningkatan d/d perasaan harga diri juga dukungan untuk orang prognosis, hindari kesempatan bagi pasien untuk memecahkan masalah pada situasi yang diantisipasi mengurangi pasien ansietas untuk dan membuat ketidakmampuan argumentasib. Dapat
keputusan / pilihan berdasarkan realita kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan control dan menurunkan ansietas dan rasa takut a. Isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan / reaksi orang lain dan menciptakan hubungan sosial yang positif yang dapat meningkatkan rasa percaya diri kebersamaan tingkat yangc. Partisipasi orang lain dapat meningkatkan rasa
c. Berikan lingkungan terbuka dimana pasienc. Membantu pasien untuk merasa diterima pada
d. Berikan informasi yang dapat dipercaya dand. Menciptakan interaksi personal yang lebih baik terdekat a. Tentukan persepsi pasien tentang situasi b. Batasi / hindari penggunaan masker, baju dan berbicara dengan pasien c. Dorong kunjungan terbuka, hubungan telepon dan aktivitas memungkinkan sosial dalam
sarung tangan jika memungkinkan mis: jikab. Mengurangi perasaan pasien akan isolasi fisik
perasaan ditolak
d. Dorong adanya hubungan yang aktif dengand. Membantu orang terdekat 13. Ketidakberdayaan b/d d/d pada Menyatakan hubungan
menetapkan sosial
partisipasi
pada
dapat
kemungkinan upaya bunuh diri a. Kaji tingkat perasaan tidak berdaya, mis:a. Menentukan status individual ekspresi verbal / non verbal yang mengindikasikan kurang kontrol, efek daftar kurangnya komunikasi b. Dorong peran aktif pada aktivitas, menetapkan keberhasilan harian, yang realitas / dapat dicapai dorong kontrol pasien dan tanggung jawab sebanyak mungkin, identifikasi hal-hal yang dapat dan
perubahan perasaan dan cara bergantung berhubungan orang lain dengan mereka
mengusahakan intervensi yang sesuai pada waktu pasien imobilisasi karena perasaan depresi
perencanaanb. Memungkinkan peningkatan perasaan kontrol dan menghargai diri sendiri dan tanggung jawab
untuk perawatan
tidak dapat dikontrol pasien a. Tinjau ulang proses penyakit dan apa yanga. Memberikan menjadi harapan di masa depan /b. Tinjau ulang cara penularan penyakit gejala yang melengkapi aturan medis, mis: pada diare intermiten, gunakan lomotil sebelum pergi kegitan social d. Tekankan perlunya melajutkan perawatan kesehatan dan evaluasi e. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: rumah sakit / pusat perawatan tempat tinggal informasi
pengetahuan
dasar
dimana
mengenai penyakit tentang b/d tidak mengenal proses sumber d/d informasi
danc. Berikan informasi mengenai penatalaksanaanb. Mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi, dari meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain c. Memberikan pasien kontrol mengurangi resiko rasa malu dan meningkatkan kenyamanan d. Memberi kesempatan untuk mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan / individual
informasi perawatan
(bila ada)
e. Memudahkan
pemindahan
dari
lingkungan
perawatan akut, mendukung pemulihan dengan 15. Intoleransi aktovitas berhubungan produksi metabolisme ditandai melaporkan peningkatan energy, dalam yang dengan dalam aktivitas tingkat kemandirian a. Kaji pola tidur dan catat perunahan dalama. Berbagai factor dapat meningkatkan kelelahan, proses berpikir b. Rencanakan perawatan untuk menyediakan sangat berenergi atau berperilaku mungkin, misalnya perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, pergi makan d. Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, atau jantung e. Rujuk pada terapi fisik atau okupasi seharitermasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan efeksamping obat-obatan dibutuhkan menghemat lebih tinggi, dalam energi. sehingga memperbaiki Perencanaan dapat atau akan
fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu pasien b. Periode istirahat yang sering sangat yang
membuat pasien menjadi aktif saat energy memperbaiki energy, perasaan sehat dan control diri. penghematan aktif tanpa peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien untuk lebih menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi d. Toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan tipe penyakit e. Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang membantu pasien mempertahankan atau
kekurangan energy kemampuannya. yang tidak berubah atau untuk mempertahankan rutinitas hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi. 16 Gangguan integritas Tujuan : berlebihan, ketidakmampuan
meningkatkan kekuatan dan tonus otot setelaha. Anjurkan klien meningkatkan personal hygienea. Mencegah penyebaran virus serta mencegah kulit dengan mandi 3x sehari secara teratur terjadinya infeksi sekunder
keperawatan , pasien inetegritas yang baik Kriteria Hasil : 1. Tidak ada lesi 2. Kulit utuh 3. Vesikel hilang tampak
dengan air bersih b. Anjurkan memperbaiki status gizi, dan diet TKTP kulitc. Anjurkan untuk selalu memakai obat kumur / diderita d. Ajarkan cara oral hygiene dan vulva hygiene sesuai prosedur
b. Status gizi yang baik mencegah terjadinya infeksi semakin berat c. Mencegah lesi menyebar luas dan semakin dalam
obat rendam yang sesuai dengan infeksi yangd. Mencegah infeksi menyebar
adanya
tanda-tanda
kejang
dana. Menghindari
resiko
yang
fatal
akibat
peningkatan suhu tubuh b. Mengetahui perkembangan pasien c. Mengurangi produksi panasyang berlebih sesuaid. Menurunkan suhu tubuh e. Menhindari dehidrasi akibat peningkatan suhu tubuh Menurunkan suhu tubuh kompres dingin/hangat
proses keperawatan
b. Pantau TTV c. Lepaskan pakaian yang berlebih dalam f. tubuh (36,5kenaikan suhu tubuh
normale. Anjurkan cairan per oral yang adekuat Kolaborasikan pemberian antipiretik, sesuaif. indikasi
3. Warna kemerahan (norma) 4. Tidak mengaami distres pernafasan, gelisah, 18 Gangguan letargi citra Tujuan :
kulit
atau setelaha. Kaji mekanisme koping klien b. Bina hubungan saling percaya dengan klien c. Beri kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya d. Berikan motivasi pada klien bahwa masalah yang kesadaran klien untuk berobat a. Mengetahui koping yang dipergunakan klien dalam menghadapi masalahnya untuk menentukan tindakan yang akan diberikan b. Kepercayaan akan dapat menyebabkan klien kooperatif atas tindakan yang dilakukan untuk belajar dan untuk mengetahui keadaan psikologis klien d. Meningkatkan merangsang tidak tidak kepercayaan klien untuk diri klien dan menuntaskan
tubuh behubungan dilakukan dengan perubahan keperawatan penampilan, sekunder pasien akibat menunjukkan diri baik 1. Klien menerima keadaannya 2. 3. Klien malu bergaul Klien merasa rendah diri
kulit yang diderita akan dapat diatasi denganc. Menunjukkan penerimaan dan memudahkan
pengobatan yang harus dilakukan e. Memudahkan klien untuk beradaptasi terhadap keadaan yang dialaminya saat ini
Daftar Pustaka
Nursalam dan Ninuk D.K. 2008. HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika Doenges E.M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC NANDA International. 2009-2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smeltzer dan Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.