Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN ASKARIASIS

Nama : Debora Febrina NPM : 0918011037 Cacing Ascaris lumbricoides sering berada dalam usus manusia bersama-sama dengan cacing tambang. Cacing ini sebaiknya dibasmi lebih dahulu baru kemudian cacing tambang. Obat-obat yang digunakan adalah: a. Piperazin Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai berikut: Berat badan 0-15 kg: 1 gram/hari selama 2 hari berturut-turut Berat badan 15-25 kg: 2 gram/hari selama 2 hari berturut-turut Berat badan 25-50 kg: 3 gram/hari selama 2 hari berturut-turut Berat badan>50 kg: 3 gram/hari selama 2 hari berturut-turut

Satu tablet obat ini mengandung 250 mg 500 mg piperazin. Efeksamping penggunaan obat ini adalah pusing, rasa melayang, dan gangguan penglihatan. Piperazin merupakan obat pilihan dan sangat efektif untuk terapi ascariasis yang disebabkan oleh cacing gelang dan enterobiasis yang disebabkan oleh cacing kremi karena pemberiannya yang mudah, toksisitas yang rendah dan juga penyerapan piperazin dalam saluran cerna sangat baik. Mekanisme kerja piperazin secara sederhana adalah dengan

melumpuhkan/paralisis otot-otot cacing sehingga cacing akan dikeluarkan oleh gerakan paristaltik usus dalam keadaan utuh dan hidup tetapi lumpuh, oleh karena itu maka kecil kemungkinan atau hampir tidak ada penyerapan hasil penguraian cacing di mana komponen hasil urai bisa menimbulkan pengaruh buruk terhadap tubuh (misalnya: demam).

b. Heksilresorsinol Obat ini memiliki efek iritasi dan merusak jaringan cacing. Obat ini baik untuk infestasi ascaris lumbricoides dalam usus.

Obat ini diberikan setelah pasien dipusakan terlebih dahulu, baru kemudian diberikan 1 gram heksilresorsinol sekaligus disusul pemberian laksans sebanyak 30 gram MgSO4, yang diulangi lagi 3 jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila diperlukan, pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian.

c. Pirantel Pamoat (Tetrahydropyrimidine) Pirantel pamoat bekerja sebagai penghambat depolarisasi neuromuscular parasit, menyebabkan reseptor nikotinik mendapat pacu yang kontonyu. Cacing menjadi lumpuh dan dikeluarkan dari saluran pencernaan pejamu. Pbat ini sulit diabsorbsi oral dan memberikan efek dalam saluran cerna. Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam kulit, dan demam.

Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB, maksimum 1 gram.

d. Levamisol (Imidathiazole) Dibandingkan dengan benzimida-zol, levamisol mempunyai rentang keamanan yang lebih sempit. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 150 mg.

e. Albendazol (Benzimidazol) Mekanisme kerjanya adalah mengganggu metabolisme energi dengan menjadi inhibitor fumarat reduktase. Ketidaktersediaan energi

menyebabkan cacing mati. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 400 mg

f. Mebendazol (Benzimidazol sintetik) Mebendazol bekerja mengikat dan menggangu sintesis microtubules parasit dan juga menurunkan ambilan glukosa. Parasit yang terpapar dikeluarkan bersama feses. Mebendazol hamper tidak larut air, dan dari dosis oral (yang dikunyah) sedikit yang diabsorbsi tubuh kecuali dengan makanan yang mengandung tinggi lemak. Karena itu obat ini relative tidak mempunyai efek toksik, meskipun pasien ada yang mengeluh sakit perut dan diare.

Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena bersifat embriotoksik dan teratogenik pada binatang percobaan. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai