Anda di halaman 1dari 21

Oleh: Adien Nurma Falahmawati P.

17420110001

Acquired

syndrom.

immuno deficiency

AIDS adalah sindrom immunodefisiensi yang didapat, yang menyebabkan penurunan sistem imun, dan infeksi oportunistik.

Virus ini ditransmisikan melalui kontak seksual, darah atau produk darah yang terinfeksi, dan cairan tubuh tertentu, serta melalui perinatal. (Price, Wilson: 1995) Virus ini ditularkan hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui pemakaian obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi, dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat melalui kontak biasa. (Betz L Cecily & Sowden, 2002)

Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem immunnya terstimulasi. (Price, Wilson: 1995)

Virus HIV dapat pula ditularkan in utero dari ibu kepada bayinya dan kemudian melalui air susu ibu.

BAYI

Berat badan lahir rendah. Gagal tumbuh. Limfadenopati umum. Hepatosplenomegali. Sinusitis. Infeksi saluran pernapasan atas berulang. Parotitis, Diare kronik atau kambuhan. Infeksi virus Epstein-Barr persisten. Sariawan orofarings. Trombositopenia. Infeksi bakteri seperti meningistis. Pneumonia interstisial kronik.

dan ANAK

REMAJA

Demam Malaise Keletihan Keringat malam Penurunan berat badan Diare kronik atau kambuhan Limfadenopati Kandidiasisoral. Artraglia dan mialgia. (Betz L Cecily & Sowden, 2002)

ELISA: Enzyme Linked immunosorbent assay (uji awal yang umum) mendeteksi antibody terhadap antigen HIV (umumnya dipakai untuk skrining HIV pada individuyang berusia lebih dari 2 tahun). 2. western blot (uji konfirmasiyang umum) mendeteksi adanya antibody terhadap beberapa protein spesifik HIV. 3. kultur HIV standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi. 4. reaksi rantai polymerase (polymerase chain reaction (PCR))___ mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak). 5. uji antigen HIV- mendeteksi antigen HIV 6. HIV, IgA, IgM- mendeteksi antibody HIV yang diproduksi bayi (secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).

Pengkajian Keperawatan 1. kaji status nutrisi klien. 2. kaji adanya infeksi oportunistik. 3. kaji adanya pengetahuan tentang penularan-seks aman, pemakaian jarum bersama, dsb. (Betz L Cecily & Sowden, 2002)

Hasil yang Diharapkan: anak tidak kontak dengan individu terinfeksi. Anak dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi. Intervensi Keperawatan Gunakan teknik mencuci tangan yang cermat untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infeksius.

Bertahu pengunjung untuk menggunakan teknik mencuci tangan yang baik untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infeksius. Tempatkan anak di ruangan bersama anak yang tidak mengalami infeksi atau diruangan pribadi Batasi kontak dengan individu yang mengalami infeksi,termasuk keluarga, anak lain,teman, dan anggota staf, jelaskan bahwa anak sangat rentan terhadap infeksi. Observasi asepsis medis dengan tepat. Dorong pemberian nutrisi yang baik dan istirahat yang cukup. Jelaskan pada keluarga dan anak yang lebih besar tentangh pentingnya menghubungi professional kesehatan bila terpajanpenyakit masa kecil (mis, cacar air, gondongan) Berikan imunisasi yang tepat sesuai ketentuan, untuk mencegah infeksi khusus. Berikan antibiotic sesuai ketentuan.

Hasil yang diharapkan: anak mengkonsumsi jumlah nutrient yang cukup Intervensi Keperawatan: Beri makanan dan kudapan tinggi-kalori dan tinggi protein. Beri makanan yang disukai anak . Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi mis, susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas. Berikan makanan ketika anak sedang mau makan dengan baik. Gunakan kreativitas untuk mendorong anak untuk makan. Pantau berat badan dan pertumbuhan. Berikan obat anti jamur sesuai instruksi.

Hasil yang diharapkan: pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya. Intervensi Keperawatan: Bantu anak dalam mengidentifikasi kekuatan pribadi. Didik petugas sekolah dan teman sekelas tentang HIV. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga yang lain. Dorong anak untuk mempertahankan hubungan via telpon dengan teman-temannya selama hospitalisasi.

Criteria Hasil: Pasien menunjukkan perilaku seksual yang sehat (untuk remaja) Remaja menunjukkan identitas seksual yang positif. Remaja tidak menginfeksi individu yang lain. Intervensi Keperawatan: Didik remaja tentang hal-hal berikut: Penularan melalui seksual Risiko infeksi perinatal Bahaya hubungan seks bebas. Menghindari perilaku risiko tinggi. Dorong remaja untuk bicara tentang perasaan dan masalah yang berhubungan dengan seksualitas.

Criteria Hasil: Bukti-bukti nyeri atau peka rangsang yang ditunjukkan anak minimal atau tidak ada. Intervensi Keperawatan Kaji nyeri: gunakan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri. Untuk bayi, dapat dicoba tindakan kenyamanan umum (mis, mengayun, menggendong, dapat juga efektif, dapat juga tidak efektif, karena ensefalopati). Gunakan strategi farmakologis Rencanakan jadwal pencegahan bila analgesic efektif dalam mengurangi nyeri yang terus-menerus. Gunakan catatan pengkajian nyeri untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.

Betz, LC.,&Sowden A Linda. 2002. BukuSakuKeperawatanPediatri, Ed. 3. EGC: Jakarta Doenges E. Marilynn &Moorhouse F, Mary. 2001. RencanaPerawatan Maternal/ Bayi. EGC: Jakarta Price. S.A., & Wilson. L.M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis prose-proses penyakit. edisi 4. Alih bahasa : Anugerah. P, Jakarta: EGC. Smeltzer. S.C.,& Bare. B.G. Brunner & Suddarth's. 1996. Textbook of Medical-Surgical. 8 ed. Philadelphia : Lippincott-Raven Publishers. http://lukmanrohimin.blogspot.com/2008/04/as uhan-keperawatan-aids.htmldiaksestanggal 25 Desember 2011

TERIMAKASIH SEMOGA

BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai