Anda di halaman 1dari 2

BAB III KESIMPULAN

1. Psoriasis merupakan penyakit kronik rekuren pada kulit dengan gambaran klinis yang bervariasi. Lesi pada kulit biasanya sangat jelas sehingga diagnosis dapat dengan mudah ditegakkan. Jenis lesi pada psoriasis adalah eritroskuamosa atau eritropapuloskuamosa, yang menunjukkan bahwa terdapat keterlibatan vaskuler (eritem) dan epidermis (skuama atau papul). Bercak eritem pada psoriasis berbatas tegas dengan skuama tebal, berlapis, transparan, berwarna putih seperti mika pada daerah predileksi (Gudjonsson, et al, 2008). 2. Ada dua hipotesis utama tentang proses yang terjadi dalam perkembangan penyakit. Pertama terutama menganggap psoriasis sebagai kelainan pertumbuhan berlebihan dan reproduksi dari sel-sel kulit. Masalahnya hanya dilihat sebagai kesalahan dari keratinosit epidermis. Hipotesis kedua melihat sebagai penyakit imun di mana reproduksi berlebihan sel-sel kulit adalah faktor-faktor sekunder yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh. Sel T (yang biasanya membantu melindungi tubuh terhadap infeksi) menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (tumor necrosis factor TNF, khususnya) yang menyebabkan inflamasi dan produksi cepat sel-sel kulit. Tidak diketahui apa yang memulai aktivasi dari T sel (Zenz, et al, 2005). 3. Pengobatan pada penyakit psoriasis ini meliputi pengobatan secara umum dan pengobatan secara khusus. Pengobatan khusus, seperti yang sudah dijelaskan di

51

atas tadi, bisa berupa pengobatan secara topikal, pengobatan secara sistemik, pengobatan dengan penyinaran dan pengobatan secara biologi. 4. Pengobatan secara biologi salah satunya menggunakan etanercept. Etarnercept sebagai terapi biologi psoriasis, dengan mekanisme kerja sebagai tipe fusion protein dimer yang mengandung ligan luar sel yang mengikat bagian 75 kilodalton (p75) dari tumor necrosis factor receptor (TNFR) yang terhubung dengan bagian Fc IgG1 manusia. Etanercept mengikat secara spesifik TNF dan menghambat interaksinya dengan permukaan sel reseptor TNF. TNF merupakan agent yang berperan dalam terjadinya proses inflamasi plak psoriasis (Gudjonsson, et al, 2008). 5. Studi penelitian yang dilakukan oleh Leonardi, et al tahun 2003, studi terkontrol ini bertujuan mengetahui efikasi dan keamanan etanercept pada psoriasis untuk terapi plak psoriasis, sedang hingga parah pada pemakaian lebih dari 24 minggu. Perbaikan dari baseline hingga pekan ke-12 sekitar 75%, terlihat hanya 4% pada kelompok plasebo, 14% pada kelompok dosis rendah, 34 % pada kelompok dosis sedang dan 49% pada kelompok dosis tinggi etanercept. 6. Jadi untuk etanercept dapat sebagai monoterapi pada psoriasis tipe plak pada penelitian Leonardi, et al tahun 2003, tapi tidak menutup kemungkinan menggunakan terapi lain untuk pengobatannya karena penyebab dari psoriasis yang tidak diketahui.

52

Anda mungkin juga menyukai