Anda di halaman 1dari 9

1.

AL-MUNAJAH
(Dialog dengan Allah di Malam Hari)
1.A. FADHAIL QIYAMULLAIL
Waktu yang terbaik untuk bermunajat kepada Allah adalah dikala malam telah larut.
Ketika manusia dan makhluk lainnya terlelap dalam tidurnya. Kehidupan mulai
lenggang. Di saat itu, bangunlah dan hadirkan hatimu dalam mengingat Allah.
Resapilah kelemahanmu, dan hadirkan kebesaran-Nya. Nikmatilah kedamaian dan
ketenangan – ketika engkau mengingat-Nya. Engkau jadi gembira, karena nikmat dan
rahmat-Nya. Tapi, engkaupun menangis, karena takut akan pengawasan-Nya. Engkau
curahkan segala hajat dan beristighfar keharibaan-Nya, maka jadilah apa yang
dikehendaki. Curahkanlah segala permohonanmu, baik duniawi maupun ukhrawi,
hanya kepada-Nya.
Telah banyak ayat dan hadis yang menerangkan keutamaan waktu malam, dan
mengisinya dengan ibadah. Para hamba Allah yang saleh pun selalu menganjurkan
agar kita memanfaatkan waktu itu, untuk berpacu dalam amal saleh.
Para hamba Allah yang saleh, umumnya, tidak lagi merasakan capai akibat bangun
dan salat malam itu. Bahkan mereka justru merasa puas dibuatnya.
Kaum salaf yang saleh, selalu berpendapat bahwa kenikmatan yang menyerupai
kenikmatan di akherat, yakni beribadah yang dilakukan di malam hari.
Dalam kitab al-Madkhal, Ibnul Haaj, merinci tentang manfaat dan faedah beribadah di
malam hari, Antara lain, dapat menggugurkan dosa sebagaimana angin kencang
menggugurkan daun-daun kering dari dahan pohon. Juga “dapat menyinari hati wajah
selalu terlihat cerah ceria, menghilangkan rasa malas dan menumbuhkan kemauan
keras.” Pada tempat-tempat orang beribadah di malam hari itu, terlihat oleh para
Malaikat di langit, bagaikan bintang-bintang yang penuh cahaya.
Ada beberapa hal yang dapat membantu untuk gemar dan mudah bangun malam.
Antara lain, ikhlaskan niat, pusatkan perhatian, perbaharui taubat, jauhi segala
bentuk maksiat disiang hari dan tidur malam sedini mungkin. Lalu, mohonlah
bantuan dan karunia dari Allah. Dan, berusaha keras mendekatkan diri pada Allah,
pasti Allah akan membantunya.

A. Bangun Di Waktu Malam Menurut Al-Qur’an


“Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus, mereka membaca Ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di
malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat)” (QS. Ali ‘Imran 3:113)
“(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, sesung-guhnya kami
telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami
dari siksa neraka”, (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang
tetap taat, yang menaf-kahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang
memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali ‘Imran 3:16-17)
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebagian malam hari shalat
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-
mudahan Tuhan-mu Mengangkat kamu ke Tempat yang terpuji.” (QS. Al-
Isra’ 17:78-79)
“Dan Hamba-hama Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan
orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan 25:63-64)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan Ayat-ayat Kami,
adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan Ayat-ayat (Kami),
mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhan-nya,
sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada Tuhan-nya dengan rasa
takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari Rezeki yang
Kami Berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang
menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan” (QS. As-Sajdah 32:15-17)
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang
ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan Rahmat Tuhan-nya? “
(QS. Az Zumar 39:9)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-
taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang
Diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah)”.(QS. Adz Dzariyat 51:15-17)
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang)
di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan
Menu-runkan kepadamu Perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu
itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil 73:1-6)
“Sesungguhnya Kami telah Menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabar-lah kamu untuk
(melaksanakan) Ketetapan Tuhan-mu, dan janganlah kamu ikuti orang
yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. Dan sebutlah Nama
Tuhan-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam,
maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian
yang panjang di malam hari.” (QS. Al-Insan 76:23-26)
B. Bangun Di Waktu Malam Menurut Hadis
“Pada setiap malam – di sepertiga terakhir pada bagian malam – Allah
turun ke langit dunia, dan berseru, “Siapa yang memanggil-Ku, maka Aku
pun akan menyambutnya. Siapa yang memohon kepada-Ku, Aku pun
mengabulkannya. Dan siapa yang memohon ampun, maka Aku pun
mengampuninya.” Ucap Rasulullah saw. yang dituturkan kembali oleh
Abu Hurairah ra. (HR Bukhari, Malik, Muslim dan Tirmidzi)
Menurut Abu Umamah, Rasulullah saw. suatu kali pernah ditanya
seseorang tentang do’a yang mudah dikabulkan oleh Allah. “Do’a yang
paling mudah dikabulkan ialah do’a yang dipanjatkan di tengah malam –
yang terakhir – dan disetiap usai shalat wajib!” jawabnya. “Hadis ini
hasan sahih, “ucap Tirmidzi – perawi Hadis ini.
Hendaklah kalian rajin bangun malam (bertahajud). Sebab hal itu telah
menjadi kebiasaan para orang saleh sebelummu. Dan yang menyebabkan
kau dekat dengan-Nya. Juga dihapuskannya dosa-dosa kalian, sekaligus
penangkal segala penyakit yang berasal dari tubuh.” Sabda Rasulullah
saw. yang ditiru kembali oleh Bilal ra. (HR. Tirmidzi)
“Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkan shalat malam. Apabila
beliau sedang sakit atau lelah, maka shalatnya dilakukan dengan
duduk,” ucap Aisyah ra. (HR. Abu Daud)
Pernah diceritakan seorang sahabat pada Rasulullah saw., bahwa ada
seseorang yang sepanjang malam tertidur pulas, dan tidak bangun untuk
shalat. “Telinga orang itu telah dikencingi oleh setan.” Ucap Rasulullah
saw. memberikan tanggapan. (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i)
“Sebaik-baiknya shalat setelah fardhu, adalah shalat malam (Tahajud).”
Kata Abu Hurairah ra. (HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amru bin Ash ra. bahwa Rasulullah saw.
pernah bersabda: “Barangsiapa shalat malam dengan membaca sepuluh
ayat Al-Qur’an, maka tidaklah ia akan dicatat sebagai orang-orang yang
lupa. Barangsiapa yang shalat malam dengan membaca seratus ayat Al-
Qur’an, maka dia dicatat sebagai kaum Qaanitiin (patuh) – mereka yang
gemar beribadah. Barangsiapa yang shalat malam dengan membaca
seribu ayar Al-Qur’an, maka ia dicatat sebagai kamu Muqanthiriin – orang
kaya yang gemar mensedekahkan hartanya (HR. Abu Daud). Menurut
Abdullah bin Hubaisy Rasulullah saw. pernah ditanya, “Amalan apakah
yang paling afdhol?” “Seafdhol-afdholnya amalan adalah berdiri panjang
dalam shalat malam!” jawabnya.
Diriwayatkan oleh Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. shalat malam
sebanyak sepuluh rakaat, ditambah satu rakaat shalat witir dan dua
rakaat shalat sunnah al-Fajri. Semuanya tiga belas rakaat. (Hadis ini
dikeluarkan oleh enam imam hadis, sedangkan lafadhnya diambil
dari Muslim)
“Jika kamu melaksanakan shalat malam, maka awalilah dengan dua
rakaat yang agak ringan. (Hadis ini dikeluarkan oleh Muslim dan
Abu Daud). Dalam riwayat Abu Daud bahkan ada tambahan, “Jika mau,
maka lanjutkanlah dengan yang panjang bacaannya!”
1.B. KIAT PRAKTIS QIYAMUL LAIL
1. Pasang weker !!!
2. Bersiwak sebelum berwudhu untuk mengurangi rasa kantuk
3. Yang penting adalah kontinyu
1.C. TATA CARA DALAM BERDO’A
Berdo’a, ada tata caranya. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an pun mengisyaratkannya.
 Adab batin dalam berdo’a :
 penuh Tadharru’ (rendah hati),
 Khasyya’ (takut),
 Sukuun (penuh ketenangan),
 Husnul Adab Ma’al Haq Tabaaraka Wa Ta’aala (penuh kesopanan pada Allah
Yang Maha Benar, Maha Pemberi Berkah dan Maha Tinggi).
 Tata Cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
1. Mengangkat kedua telapak tangan dan mengucapkannya ke wajah – seusai
berdo’a
“Janganlah kamu menutup tembok. Siapa yang melihat buku saudaranya
tanpa ada izin sebelumnya, maka sesungguhnya ia melihat ke api
Neraka. Bila memohon kepada Allah, maka angkatlah kedua telapak
tanganmu, jangan dengan cara membaliknya. Dan bila selesai berdo’a
maka usapkanlah pada wajahmu.” Ucap Rasulullah saw. yang
dituturkan kembali oleh Ibnu Abbas ra. (HR. Abu Daud)
2. Berkonsentrasi diri dengan hati yang yakin, bahwa do’anya akan dikabulkan.
“Berdo’alah kalian kepada Allah. Dan yakinlah bahwa do’amu itu akan
dikabulkan-Nya. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a
dari hati yang lalai.” Ucap Rasulullah saw.(HR. Tirmidzi)
3. Mengawali do’a dengan hamdalah dan shalawat. Dan, menyelingi serta
menyudahi dengan membaca shalawat.
“Do’a itu terhenti di antara langit dan bumi, tidak dapat naik sehingga
dibacakan shalawat atasku. Karena itu, janganlah kau jadikan aku
sebagai yang tidak berguna. Bacalah shalawat di awal do’amu, ditengah
atau diakhirnya.” Ucap Rasulullah saw. yang dituturkan kembali oleh
Umar ra.
4. Mengakhiri dengan ucapan Amiin
Abu Musbih Al-Qura’I meriwayatkan dari Abu Buhairah ra. Suatu malam,
kami berjalan bersama Rasulullah saw dan melewati seseorang yang
sedang berdo’a dengan sungguh-sungguh. Rasulullah saw pun berhenti,
mendengar do’a lelaki itu dan bersabda, “Katakan padanya pasti
terkabul bila ia menutup do’anya dengan sesuatu.” Dikatakan: Dengan
apakah dia mengakhiri do’anya wahai Rasulullah?” “Dengan ucapan
Amiin,” jawab beliau.(HR. Abu Daud)
5. Dengan tenang dan suara pelan – tidak keras-keras
Abu Musa ra., pernah meriwayatkan bahwa ia pernah berjalan bersama
dengan Rasulullah saw. disuatu tempat ditemukan sekelompok orang
membaca takbir dengan suara keras yang berlebihan. Rasulullah saw.
pun berhenti, seraya bersabda: “Wahai manusia, sayangilah dirimu.
Sesungguhnya bukanlah kamu berdo’a dengan Tuhan yang tuli ataupun
ghaib (jauh). Sesungguhnya engkau berdo’a kepada Dzat yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Dia dekat denganmu. Bila engkau berdo’a,
Dia akan lebih dekat denganmu daripada leher onta kendaraanmu.”
(Hadis ini dikeluarkan oleh lima Ashaabus Sunan kecuali Nasa’i)
6. Memakai kalimat yang singkat, tapi dalam (luas) maknanya
“Rasulullah saw itu lebih senang pada do’a dengan kalimat yang luas
maknanya, dan meninggalkan selain yang itu.”ucap Aisyah ra.
7. Mengulangi do’a dan membaca istighfar 3x
“Rasulullah saw lebih senang mengulangi setiap do’a dan istighfarnya
sebanyak 3x 3x” Kata Ibnu Mas’ud ra

8. Jangan meminta segera terkabul


Abu Hurairah ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda. “Do’a seseorang akan mudah dikabulkan-Nya, apabila ia tidak
tergesa-gesa. Misalnya ia berkata. “Aku telah berdo’a, kok tidak
dikabulkan-Nya?” (Hadis dikeluarkan oleh Ashaabus Sittah, kecuali
Nasa’i)
9. Jangan berdo’a soal keburukan
“Janganlah kamu mendo’akan dirimu, putra-putrimu, para pembantumu,
dan harta kekayaanmu, dengan do’a keburukan. Siapa tahu, waktu itu
bertepatan dengan saat dikabulkannya setiap do’a. Tentu, kamu akan
merugi karenanya,” sabda Rasulullah saw. yang dituturkan kembali oleh
Jabir ra. (HR. Abu Daud)
10. Memulai dengan diri sendiri, baru untuk orang lain
“Adalah Nabi saw., jika mendo’akan seseorang maka beliau memulai
berdo’a untuk dirinya sendiri.” Kata ‘Ubay bin Ka’ab ra (HR. Tirmidzi)
 Kapankah Do’a terkabul ?
1. Di antara adzan dan iqamah
Rasulullah saw pernah bersabda “Do’a yang dipanjatkan antara waktu
adan dan iqamah tentu tidak akan ditolak oleh-Nya” Para Sahabat pun
bertanya, “Wahai Rasul Allah, do’a apa yang sebaiknya kami
panjatkan?” Sebaiknya, mintalah keselamatan, baik di dunia maupun di
akhirat” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
2. Di saat sujud
“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia
sedang melakukan sujud. Oleh karenanya, perbanyaklah do’a ketika
sedang sujud itu,” ucap Rasulullah saw (HR Muslim, Abu Daud dan
Nasa’i)
3. Dalam bepergian, dan di saat dizalimi orang
Rasulullah saw pernah bersabda, “Tiga macam do’a yang pasti terkabul
yakni: Do’anya seseorang yang sedang dizalimi orang, do’a seorang
musafir dan do’a seorang ayah kepada putranya,” (HR Abu Daud dan
Tirmidzi). Dalam riwayat lain, Amru bin ‘Ash mengatakan bahwa
Rasulullah pernah bersabda, “Tidak suatu do’a yang lebih cepat
dikabulkan-Nya dari seorang ghaib kepada orang ghaib (mendo’akan
orang lain tidak diketahui oleh orangnya)” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
4. Waktu datang ajakan untuk berperang, saat berperang dan di waktu hujan.
“Dalam dua keadaan do’a tidak tertolak, yakni: diwaktu diseru untuk
berperang, dan diwaktu berperang.” Ucap Rasulullah (HR. Malik dan
Abu Daud) Dalam riwayat lain ditambahkan. “Dan di waktu turunnya
hujan.”
 Keutamaan Berdo’a dan Beristighfar Menurut Al-Qur’an
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’ 4:110)
“Dan Allah sekali-kali tidak akan Mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan Mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al Anfal 8:33)
“Dan (dia berkata), “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhan-mu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia Menu-runkan hujan yang sangat
deras atasmu, dan Dia akan Menambahkan Kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS.
Hud 11:52)
“Dan Tuhan-mu Berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina-dina.” (QS. Al Mu’min 40:60)
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Tobat.” (QS. An
Nashr 110:3)
 Keutamaan Berod’a dan Beristighfar Menurut Hadis
Rasulullah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang dibukakan
baginya pintu untuk berdo’a berarti telah dibukakan baginya pintu-pintu
rahmat. Tidak ada satu permohonan yang dicintai lebih dari permohonan
Afiat/keselamatan. Do’a itu bermanfaat dari apa yang telah diturunkan
atau yang belum diturunkan. Tidak ada yang menolak al-Qadha
(ketetapan) Allah selain do’a seseorang yang dihaturkan kepada Allah.
Karena itu, rajinlah berdo’a.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah saw. pernah bersabda: “Tidak seorang muslim pun diatas
bumi yang berdo’a kepada Allah melainkan pasti dikabulkan oleh-Nya.
Atau disingkirkan bencana darinya sebesar do’a itu, selama do’a tersebut
bukan untuk kejahatan atau memutus tali silaturahmi.” (HR. Tirmidzi)
“Hendaknya seseorang diantara kamu berdo’a minta kepada Tuhan apa
saja yang dibuthkan meski minta tali pengikat sandal yang putus.” (HR.
Tirmidzi)
“Siapa yang enggan untuk berdo’a kepada Allah, maka Allah pun tidak
menyukai orang itu.”

“Mohonlah kepada Allah dari Kurnia-Nya, sesungguhnya, Allah sangat


senang bila diminta. Dan seutama-utamanya ibadah adalah menanti
terlepasnya bencana.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah saw pernah bersabda: “Tidak seorang mukmin pun yang
berdo’a untuk saudaranya sesama mukmin tanpa diketahui oleh
saudaranya itu, melainkan Malaikat akan berkata: semoga kamu pun
mendapatkan sepertinya!”
“Bertobatlah kepada Tuhanmu (Allah) sesungguhnya, aku bertobat
kepada Tuhanku Yang Maha Suci dan Maha Tinggi dalam sehari
sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim).
Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba jika
telah berbuat salah, maka dituliskan bintik hitam dihatinya. Jika ia
menyesal dan memohon ampun, maka segera dihapuskannya. Tapi bila
ia makin banyak kesalahan-kesalahan yang dibuatnya, maka makin
bertambah pula bintik-bintik hitam itu, hingga dapat menutupi seluruh
hatinya. (HR. Tirmidzi)
1.D. CONTOH-CONTOH MUNAJAT
“Tuhanku, bila tidak karena apa yang tidak kuketahui tentang urusanku, tentulah aku
tidak mengadukan kesalahanku. Bila tidak dikarenakan dosa-dosaku, tentulah tidak
kutumpahkan segala air mataku
Tuhanku, hapuskan kesalahanku yang lekat dengan curahan air mataku. Ampuni-lah
dosa-dosaku yang banyak itu dengan amalan kebajikanku yang sedikit.
Tuhanku, bila Engkau tidak merahmati kecuali yang sungguh-sungguh taatnya pada-
Mu, maka mana mungkin orang-orang yang berbuat salah berlindung pada-Mu. Jika di
hari kiamat kelak tidak ada yang selamat kecuali hanya mereka yang bertaqwa saja,
maka bagaimanakah mereka yang banyak dosanya itu akan berharap pertolongan ?
Tuhanku, dosaku telah begitu banyak hingga membuatku tak bisa bicara. Tidak bisa lagi
aku beralasan. sebab, telah putus segala jalan untuk beralasan. Kuakui segala dosa-
dosaku, dan kini, aku telah menjadi tawanan atas dosa-dosaku itu.
Tuhanku, limpahkanlah shalawat atas Muhammad saw. dan keluarganya. Rahmatilah
aku dengan rahmat-Mu, maafkan daku.Tuhanku, jika amat kecil amal taatku, maka
pengharapanku atas rahmat-Mu amatlah besar. Tuhanku, bila dosa-dosaku mengecilkan
harapan atas kemurahan-Mu, maka besarnya keyakinanku terhadap kemurahan-Mu-lah
yang membesarkan hatiku. Tuhanku, bagaimana aku bisa kembali dengan rasa kecewa,
sebab tidak mendapatkan anugerah-Mu sedangkan aku masih berharap kemurahan-Mu.
Aku bukanlah mereka yang berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Mu. Oleh
karenanya jangan kecewakan daku.
Tuhanku, sungguh amatlah besar dosa-dosaku bila Engkau tetap menuntutnya.
Tuhanku, bila kelalaian telah mematikanku buat mengadakan persiapan menghadap-Mu
kelak, maka aku telah digugah oleh rasa kemurahan-Mu.

Tuhanku, bila Engkau tidak menunjukkan Islam padaku, tak mungkin aku sampai
padanya. Tuhanku, bila Engkau tidak melepaskan lidahku buat berdo’a pada-Mu, tak
mungkin aku bisa berdo’a. Bila tidak Engkau kenalkan lezatnya nikmat-Mu, tak mungkin
pula aku mengenalnya. Bila tidak Kau terangkan kerasnya siksa-Mu, tak mungkin aku
mohon perlindungan. Tuhanku, jiwaku telah Engkau mulyakan dengan beriman pada-
Mu, bagaimana Engkau hinakan ditumpukan bara api-Mu.
Tuhanku, Engkau telah menunjukkan untuk memohon surga sebelum aku mengenalnya.
Lalu bagaimanakah bila Engkau menolak setelah aku memohonnya? Bukankah Engkau
Maha Mulia dan Terpuji atas segala apa yang Engkau lakukan, wahai Dzat yang Maha
Agung lagi Maha Mulia !
Tuhanku, jika aku tidak pantas untuk mendapatkan rahmat yang selalu kumohon,
maka, sesungguhnya Engkaulah dzat yang Maha Pemberi rahmat kepada kaum yang
berdosa berkat ke-mahaluasan rahmat – Mu.
Tuhanku, aku berdiri dihadapan-Mu dengan penuh kepasrahan. Berilah yang terbaik
buatku, limpahkan rahmat-Mu padaku.
Tuhanku, seluruh hatiku telah bersaksi akan ke-Maha Esaan-Mu. Lisanku senantiasa
mengangungkan-Mu. Alquran pun menunjukkan kepadaku tentang keluasan rahmat-Mu.
Lalu bagaimanakah bila harapanku tidak terkabulkan – sedangkan aku percaya dengan
kebenaran janji-Mu?
Tuhanku, oh Tuhanku. Diriku seolah telah terbaring di liang lahat, para pengantar pun
telah pergi. Ia telah disayang oleh mereka yang memusuhinya sewaktu hidup di dunia,
setiap orang pasti tahu akan kehinaan dan kemiskinannya. Malaikat pun berkata,
“Seorang asing yang telah ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya, dan orang jauh
yang tidak mendapat belas kasih dari keluarganya telah datang pada kami, ia menjadi
penghuni liang lahat seorang diri.” Sungguh sewaktu di dunia aku berharap penuh akan
rahmat-Mu – untuk saat-saat yang demikian ini – karena itu, mulyakanlah
kedatanganku, santunilah daku melebihi santunan keluarga dan kerabatku.
Tuhanku, telah banyak dosaku yang Engkau tutupi sewaktu di dunia, karena itu,
janganlah Kau gelarkan dihadapan orang banyak ketika aku menemui-Mu kelak.
Tutupilah dosa-dosaku itu wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.
Tuhanku, kumohon petunjuk yang selalu mendekatkanku pada-Mu. Dan aku minta
perlindungan pada-Mu dari apa yang menjauhkan aku dari-Mu.
Wahai Dzat penyenang setiap orang asing, senangkanlah daku dalam kuburku – tatkala
daku sendirian dan sayangilah kesendirianku. Wahai Dzat Yang Maha Tahu segala
yang tersembunyi, wahai Dzat Yang Maha mampu menghilangkan segala mudharat dan
kesusahan, bagaimana pandangan-Mu terhadapku diantara para penghuni kubur?
Dimanakah kepedulian-Mu ketika daku berada di tempat asing yang mencekam ini?
Bukankah sebelumnya Engkau telah berbuat baik terhadapku? Maka itu, janganlah Kau
putus kebaikan-Mu itu setelah aku mati.
Wahai Tuhan Yang Maha banyak karunia dan anugerah-Nya, sungguh amatlah banyak
pemberian-Mu, hingga daku tak mampu menghitung dan mensyukurinya. Bagimu segala
pujian atas segala yang Engkau cobakan. Wahai Dzat Yang terbaik … dan termulia
untuk dimintai, wahai Tuhan Yang penuh kasih dan pemberian-Nya, wahai Tuhan Yang
Maha Mulya dan Maha Tinggi, wahai Tuhan yang hidup dan berdiri sendiri, wahai
Tuhan yang memiliki segala makhluk dan urusan. Maha suci Engkau sebaik-baiknya
pencipta, wahai Maha Penyantun, wahai Maha Kuasa, wahai Yang Maha Mulya.
Semoga shalawat senantiasa tercurahkan pada Muhammad saw. beserta seluruh
keluarganya yang amat baik. Amin”

(Doa Amirul Mukminun Ali bin Abi Thalib ra)

“Ya Allah, sungguh aku telah menganiaya diriku dengan penganiayaan yang banyak
(besar) dan tiada yang dapat mengampunkan dosa-dosa kecuali Engkau, maka
ampunkanlah aku dengan pengampunan yang langsung daripada-Mu, dan kasihanilah
aku, sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Penyayang.
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan malas, dari rasa kikir dan siksa
kubur. Ya Allah berilah dalam hatiku rasa taqwa dan bersihkanlah hatiku,
sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang membersihkannya. Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu daripada ilmu pengetahuan yang tidak berguna dan hati yang tidak khusyu,
dan nafsu yang tidak puas dan do’a yang tidak diterima.
Ya Allah yang dapat membelokkan hati orang, belokkanlah hati kami kepada keta’atan
kepada-Mu.
Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan pokok kepentinganku, dan perbaikilah
duniaku yang didalamnya kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang padanya
kembaliku, dan jadikanlah hidup ini untuk tambahnya kebaikan bagiku, dan jadikanlah
mati itu sebagai istirahatku dari segala kejahatan.
Ya Allah, kepada-Mu aku menyerah dan percaya dan kepada-Mu aku berserah dan
kembali dan dengan bantuan-Mu aku berjuang dan kepada-Mu aku bertahkim, maka
ampunkanlah apa yang telah lalu dan yang akan datang. Tiada Tuhan selain Engkau,
dan tiada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bahaya pendengaranku, dan dari bahaya
penglihatanku dan dari bahaya lidahku, dan dari bahaya hatiku.
Ya Allah aku mohon kepada-Mu cintaku pada-Mu, dan cinta pada siapa yang cinta
kepada-Mu, dan amal perbuatan yang dapat menyampaikan aku kepada cinta kepada-
Mu. Ya Allah jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi daripada cintaku pada diriku dan
keluargaku.
“Wahai Tuhanku, kasihanilah kedua orangtuaku, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku sewaktu kecil.”
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang
(yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai
syurga yang penuh keni’matan, dan ampunilah kedua orangtuaku dan janganlah
Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan (yaitu) di hari harta dan anak-anak
laki-laki tiada berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih, dan (di hari itu) didekatkan syurga kepada orang-orang yang bertakwa, dan
diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat.”
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan dengan perantaraan
rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat, Sesungguhnya
Engkau tidak menyalahi janji.” (QS.3:194)

Maraji’
Hasan Al Banna, Dialog dengan Allah di Malam Hari

Anda mungkin juga menyukai