Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KASUS II SISTEM MUSKULOSKELETAL SPONDILITIS

KELOMPOK 12 FAUZIA FATHARANI 220110110028 MELDA ISKAWATI 220110110043 DEWI YULIA FATHONAH 220110110056 RIA HERLIANI 220110110038 AJENG GUSTIANI 220110110006 NURUL IKLIMA 220110110055 FRANSISKA YUSRIDA 220110110108 TOAYAH INDAH SARI 220110110072 MONA YOSEFHIN 220110110129 OKY OCTAVIANI 220110110064 PUTRI PANJAITAN 2201101100 ASTI NURHALIMAH 220110110042 LUSIYANTI 220110110047

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PEMBAHASAN KASUS Chair Scriber 1 Scriber 2 KASUS I STEP 1 1. Gibbus Sign (Oky) 2. Kalsifikasi Lumbal 3-5 (Ajeng) 3. Korset (putri) Jawab : 1. Peregerakan posisi tulang (Dewi) 2. Korset untuk sakit punggung, untuk tulang belakang (Fauzia) 3. Pengapuran (Melda) STEP 2 1. Apakah hubungan antara tempat tinggal dan penyakit yang di derita? (Fransiska) 2. Apakah TBC berhubungan dengan penyakit yang sekrang? (Melda) 3. Pendidikan kesehatan klien tentang lingkungan? (Oky) 4. Penyakitnya local atau sistemik? (Asti) 5. Mengapa nanah nya di L3? (Nurul) 6. Hubungan inkontinensai urin dengan penyakitnya? (Lusi) 7. Penatalaksanaan nanah kuning? (Dewi) 8. Mengapa dokter memeriksa dahak sewaktu pagi? (Mona) 9. Penatalaksanaan ddebridement dengn korset seperti apa? (Fauzia) 10. Factor resiko spondilitis? (Toayah) 11. Indikasi pengambilan dahak? (Toayah) : Toayah Indah Sari : Lusiyanti : Asti Nurhalimah

STEP 3 1. Jarang terkena sinar matahari (Ajeng) Tinggal di tempat lembab (Oky) 2. Ya, TBC nya sudah sistemik (Asti) Ya, batuk nya membuat tulang membungkuk (Mona) TBC tulang, tulang kehilangan fungsinya (Dewi) 3. Diberitahukan untuk mejaga lingkungan agar tidak lembab, pencahayaan cukup dan terkena sinar matahari (Fransiska) 4. Sistemik (Lusi) Lokal (Ria) Sistemik (Melda) 5. Dari ruang yang tidak terinfeksi (Melda) 6. Saraf di lumbal terganggu (Ria) 7. 8. Pagi pagi itu lebih akurat (Lusi) 9. 10. Kurang vitamin D, kurang nutrisi, usia (Putri) Lingkungan kumuh (Melda) 11. Mengetahui jenis kuman (Melda)

STEP 4 (MIND MAP) DEFINISI EPIDEMIOLOGI KONSEP PENATALAKSANAAN PATOFISILOGI KLASIFIKASI

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

SPONDILITIS

ETIOLOGI

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANALISA DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN MANIFESTASI KLINIS

BAB II SPONDILITIS I. ANATOMI dan FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETEAL Anatomi berasal dari bahasa latin yaitu , Ana : Bagian, Memisahkan.Tomi (tomie) = Tomneinei : iris / potong.Fisiologi berasal dari kata Fisis (physis) : Alam atau cara kerja .Logos (logi) : ilmu pengetahuan.Dari kata tersebut di atas dapat di simplksn bahwa pengertian anatomi dan fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja.Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh dengan baik secara keseluruhan maupun bagian bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan dari tiap tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat alat tubuh dan sebagainya. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur pergerakan.Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi system muskuloskeletal yang optimum. Aktivitas gerak tubuh manusia tergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang normal unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya. Elemen-elemen tersebut juga berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik ke jaringan sekitar sendi. Otot, ligamen, rawan sendi dan tulang saling bekerjasama dibawah kendali sistem saraf agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna. Mempelajari Sistem Kerangka & Otot Kerangka. Osteologi : cabang ilmu anatomi yang mempelajari tulang. Tulang atau rangka adalah penopang tubuh manusia. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. Mengapa kita bisa bergerak? Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka dan otot, manusia dapat melompat, berjalan, bergoyang, berlari, dan sebagainya.

Sistem muskuloskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot. Tulang (system skelet) Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori : 1. Tulang panjang Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula. Bagian tulang panjang Diafisis Matafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah yang memiliki kekuatan besar ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning setelah dewasa. Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. 2. Tulang pendek Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus. 3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan. 4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra. Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum yang memberi nutrisi ke tulang dan memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament.

Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang. Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri atas : Osteoblast, yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan) Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang) Osteoklast adalah multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mangangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann ang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduar melalui foramina. Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang. Pembentukan tulang Ossifikasi adalah proses dimana matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral ditimbun dalam serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif. 2 model dasar ossifikasi : 1. Intramembran dan tengkorak. 2. Endokondal : pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian mengalami resorpsi dan diganti oleh tulang. Kebanyakan tulang terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui ossifikasi endokondal. : tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang wajah

Pemeliharaan tulang Factor yang mengatur pembentukan dan resorpsi tulang Stress terhadap tulang Vitamin D, meningkatkan jumlah kalsium dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Hormone paratiroid dan kalsitonin Hormone paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Kalsitonin meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang. Pasokan darah Penyembuhan tulang Inflamasi Bila fraktur, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi. Tempat cedera akan diinvasi makrofag, terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Proliferasi sel Terbentuk benang-benang fibril, jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan osteoid. Pembentukan kalus Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan 7 tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang aan atau jaringan fibrus. Osifikasi Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dank keras. :

Remodeling Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Fungsi system skelet Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru Tempat melekatnya otot dan tendon Sumber mineral seperti garam dan fosfat Tempat produksi sel darah merah SISTEM PERSENDIAN Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan. Ada 3 macam sendi yaitu : Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada persambungan tulang tengkorak. Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan gerakan terbatas. Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membrane, sinovium, yang mensekresi cairan pelumas dan peredam getaran ke dalam kapsul sendi.Ligamen, mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi. Bursa adalah suatu kantung yang berisi cairan sinovial, biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon, ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.

SISTEM OTOT SKELET Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot jantung Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skelet

Otot berfungsi sebagai : Pergerakan Membentuk postur Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi Pemberian nama otot Tergantung ciri structural atau fungsional otot Lokasi otot Bentuk otot maksimus menunjukkan tulang atau bagian tubuh yang bersangkutan (M. M. deltoid berbentuk segitiga maksimus, minimus, longus dan brevis. Misalnya M. gluteus temporalis, M. intercostal)

Ukuran relative otot

Arah serat otot Jumlah origo

rectus, transversus, oblique. Misalnya M. rectusfemoris dan M. biseps, triseps atau quadriceps. Contoh M. biseps branchii

transversus abdominis

Lokasi origo atau insertio otot misalnya M. sternokleidomastoideus Aksi otot fleksor, ekstensor, adduktor atau abduktor. Contohnya M. adduktor longus, M. supinator, M. ekstensor FISIOLOGI OTOT Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot rangka Mempunyai Otot jantung stria, Mempunyai Otot polos stria,Tidak berstria, sertatidak dibawah

hanya pengaruh

berbentuk silindris, dan multinukleus, silindris, danmempunyai satu inti dan juga mempunyai banyak inti bercabang-cabang serta Tight berada control kesadaran. junction berkembang sangat pesat pengaruh kesadaran. RS Gap junction RS kurangGap junction RS kurang berkembang berkembang dibawah berkontraksi tidak dibawahkesadaran

2. MIND MAP a. Definisi Spondilitis tuberculosis adalah infeksi sekunder dari suatu infeksi yang berasal dari ekstraspinal. Lesi dasar dari spondilitis tuberculosis adalah kombinasi dari osteomielitis dan arthritis yang biasanya melibatkan lebih dari satu segmen vertebra. Bagian anterior dari badan vertebra yang berdampingan dengan piring subchondral adalah lokasi yang umumnya dipengaruhi. Tuberculosis dapat

menyebar dari daerah tersebut ke daerah diskus intervertebralis. Pada dewasa, penyakit pada piringan merupakan sekunder terhadap infeksi yang berasal dari badan vertebra. Sedangkan pada anak anak, karena diskus masih mendapatkan vaskularisasi, maka masih dapat menjadi tempat primer. b. Epidemiologi Diperkirakan 1-2% dari total kasus tuberculosis dapat berkembang menjadi spondilitis tuberculosis. Tuberkulosis pada tulang dan jaringan ikat adalah kira kira 10% dari kasus tuberculosis ekstrapulmonalis. Spondilitis tuberculosis adalah manifestasi umum dari tuberculosis musculoskeletal, kira kira 40-50% total kasus. Frekuensi kasus spondilitis tuberculosis berhubungan dengan factor sosioekonomi dan juga riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi. Rasio perbandingan spondilitis tuberculosis pada pria dan wanita adalah 1,5-2 berbanding dengan 1. Pada Negara berkembang, spondilitis tuberculosis adalah lebih banyak ditemukan pada dewasa dan anak anak tua. Kasus spondilitis tuberculosis banyak ditemukan di India, Cina, Indonesia, Pakistan dan Bangladesh. Tetapi akhir akhir ini ditemukan peningkatan kasus di Perserikatan Soviet dan sub Sahara Afrika sehubungan dengan penyebaran HIV. c. Manifestasi Klinis Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa yaitu: Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung. Pada anak-anak sering disertai denganmenangis pada malam hari. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang belakang ke garis tengah atas dada melaluiruang interkostal. Hal ini disebabkan oleh tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal. Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinale. Deformitas pada punggung (gibbus)

Pembengkakan setempat (abses) Adanya proses tbc (Tachdjian, 2005).Kelainan neurologis yang terjadi pada 50% kasus spondilitis tuberkulosa karena proses destruksi lanjut berupa: Paraplegia, paraparesis, atau nyeri radix saraf akibat penekanan medula spinalis yang menyebabkan kekakuan padagerakan berjalan dan nyeri. Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai yang bersifat UMN dan adanya batas defisit sensorik setinggi tempatgibbus atau lokalisasi nyeri interkostal (Tachdjian, 2005). d. Etiologi Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifatacid-fastnon-motile ( tahanterhadap asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA))dan tidakdapat diwarnai dengan baik melalui cara yg konvensional. Dipergunakanteknik Ziehl-Nielsonuntuk memvisualisasikannya.Bakteri tubuh secara lambat dalam media egg-enriched dengan periode 6-8 minggu. Produksi niasinmerupakankarakteristik Mycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk membedakannnya dengan spesies lainSpondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 5-95 % disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( 2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin ) dan 5-10 % oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga didugaadanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosa traktus urinarius, yg penyebarannyamelalui pleksus Batson pada vena paravertebralis. Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertularflu. Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yg cukup lama dan intensifdengan sumber penyakit (penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yg kesehatanfisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehariselama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi. Sementara masa inkubasi TB

sendiri, yaituwaktu yg diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar6 bulan. Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapidalam tempat yg lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidupselama beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman) selamabeberapa tahun

e. Klasifikasi Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder dari TBC tempat lain di dalamtubuh. Penyebarannya secara hematogen, diduga terjadinya penyakit ini sering karena penyebaran hematogen dariinfeksi traktus urinarius melalui pleksus Batson. Infeksi TBC vertebra ditandai dengan proses destruksi tulangprogresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body). Penyebaran dari jaringan yang mengalami perkejuanakan menghalangi proses pembentukan tulang sehingga berbentuk tuberculos squestra. Sedang jaringan granulasi TBCakan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses paravertebral yang dapat menjalar ke atas atau bawah lewatligamentum longitudinal anterior dan posterior. Sedangkan diskus intervertebralis karena avaskular lebih resisten tetapiakan mengalami dehidrasi dan penyempitan karena dirusak oleh jaringan granulasi TBC. Kerusakan progresif bagiananterior vertebra akan menimbulkan kifosis (Savant, 2007).Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu: 1. Stadium implantasi Setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasimembentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus danpada anak-anak pada daerah sentral vertebra. 2. Stadium destruksi awalSelanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsungselama 3-6 minggu.

3. Stadium destruksi lanjutPada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra, dan terbentuk massa kaseosa serta pus yangberbentuk cold abses, yang tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuksekuestrum dan kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di depan (wedginganterior) akibat kerusakan korpus vertebra sehingga menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus. 4. Stadium gangguan neurologisGangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses kekanalis spinalis. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudahterjadi di daerah ini. Apabila terjadi gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia yaitu: i. Derajat IKelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadigangguan saraf sensoris. ii. Derajat IIKelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya. iii. Derajat IIIKelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau aktivitas penderita disertai denganhipoestesia atau anestesia. iv. Derajat IVGangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan defekasi dan miksi.TBC paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral ataukerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang tidakaktif atau sembuh terjadi karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan jaringan fibrosisyang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. TBC paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat

terjadidestruksi tulang disertai dengan angulasi dan gangguan vaskuler vertebra. 5. Stadium deformitas residua, Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen karenakerusakan vertebra yang massif di depan (Savant, 2007) e. Penatalaksanaan Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosa harus dilakukan segera untuk menghentikan progresivitaspenyakit dan mencegah atau mengkoreksi paraplegia atau defisit neurologis. Prinsip pengobatan Pottds paraplegiayaitu: 1. Pemberian obat antituberkulosis. 2. Dekompresi medula spinalis. 3. Menghilangkan atau menyingkirkan produk infeksi. 4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft) (Graham, 2007). Pengobatan pada spondilitis tuberkulosa terdiri dari: 1. Terapi konservatifa. a. Tirah baring (bed rest). b. Memberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra. c. Memperbaiki keadaan umum penderita. d. Pengobatan antituberkulosa.Standar pengobatan berdasarkan program P2TB paru yaitu: i. Kategori I untuk penderita baru BTA (+/-) atau rontgen (+). a) Tahap 1 diberikan Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg, dan Pirazinamid 1.500 mgsetiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).

b) Tahap 2 diberikan Rifampisin 450 mg dan INH 600 mg 3 kali seminggu selama 4 bulan (54 kali). ii. Kategori II untuk penderita BTA (+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan, termasuk penderitayang kambuh. 1. Tahap 1 diberikan Streptomisin 750 mg, INH 300 mg, Rifampisin 450 mg, Pirazinamid 1500 mg, danEtambutol 750 mg setiap hari. Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnyaselama 3 bulan (90 kali). 2. Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg, dan Etambutol 1250 mg 3 kali seminggu selama 5bulan (66 kali).Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah baik, LED menurun danmenetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang, serta gambaran radiologis ditemukanadanya union pada vertebra. 2. Terapi operatifa. a. Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat. Biasanya 3minggu sebelum operasi, penderita diberikan obat tuberkulostatik. b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka, debrideman, dan bone graft. c. Pada pemeriksaan radiologis baik foto polos, mielografi, CT, atau MRI ditemukan adanya penekanan padamedula spinalis (Ombregt, 2005).Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita spondilitis tuberkulosa tetapioperasi masih memegang peranan penting dalam beberapa hal seperti apabila terdapat cold absces (abses dingin),lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis.

a. Cold abscesCold absces yang kecil tidak memerlukan operasi karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberiantuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah. b. Lesi tuberkulosa 1) Debrideman fokal. 2) Kosto-transveresektomi. 3) Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan. c. Kifosis 1) Pengobatan dengan kemoterapi. 2) Laminektomi. 3) Kosto-transveresektomi. 4) Operasi radikal. 5) Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang.Operasi kifosis dilakukan apabila terjadi deformitas hebat. Kifosis bertendensi untuk bertambah berat,terutama pada anak. Tindakan operatif berupa fusi posterior atau operasi radikal (Graham, 2007) g. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang pada spondilitis tuberkulosa yaitu: 1. Pemeriksaan laboratoriuma. Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkat. Uji mantoux positif tuberkulosis. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.

Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional. Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein). Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay) tetapi menghasilkan negatif palsu pada penderitadengan alergi. Identifikasi PCR (Polymerase Chain Reaction) meliputi denaturasi DNA kuman tuberkulosis melekatkannukleotida tertentu pada fragmen DNA dan amplifikasi menggunakan DNA polimerase sampai terbentuk rantaiDNA utuh yang diidentifikasi dengan gel. 2. Pemeriksaan radiologisa. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses dingin tampak sebagai suatubayangan yang berbentuk spindle. Pemeriksaan foto dengan zat kontras. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus vertebra, penyempitan diskusintervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral. Pemeriksaan mielografi. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesiirreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanyapenekanan saraf (Lauerman, 2006).

PATOFISIOLOGI

DIAGNOSA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah: a. Gangguan mobilitas fisik b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.

c. Perubahan konsep diri : Body image. d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperaawtan, Pedoman untuk Perencanaan dan Mendokumentasikan Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Masjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid kedua. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Potter dan Perry. 2005. Buku Ajara Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC Price, Silvia Anderson. 2012. Patofisilogi, Konsep Klinis, Prosese-proses penyakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai