Anda di halaman 1dari 8

IPROS|DING SEMTNAR NASTONAL PERTETA 2012:

DUKUNGAN IbIKK PERMESINAN AGROINDUSTRI JURUS$I TEKNOLOGI PERTANIAN UNIPA UNTUK MENINGKATKAN PENGGUNAAN ALSINTAI\ DI PAPUA BARAT
\Milson Palelingan Aman, Abadi Jading, P. Istalaksana, Drrma, paulus payung
Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari Papua Barat E-mail : wilzn7 S@Jahoo.com

ABSTRAK
Penggunaan alat dan mesin (alsintan) pengolahan hasil pertanian di Provinsi Papua Barat hingga saat ini masih sangat terbatas. Berbagai faktor yang berpengaruh antara lain kesadaran masyarakat akan perlunya penggunaan alat dan mesin pertanian dalarn proses produksi yang masih relatif rendah, ketidakmampuan petani secara finansial untuk membeli peralatan pengolahan, dan ketidaksesuaian teknologi yang tersedia di pasaran dengan kebutuhan masyarakat. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua (UNIPA) sebagai institusi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian kemudian mengembangkan berbagai peralatan teknologi pengolahan hasil pertanian dan perkebunan yang berbasis sumberdaya alarn spesifik lokal di Papua Barat melalui program IPTEKS bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK). Tujuan utama dari kegiatan IbIKK ini adalah untuk mengembangkan unit usaha permesinan agroiodustri yang meliputi design and repair fuerencanaan dan pembuatan, perbaikan permesinan agroindustri), service (pelayanan dalam agroindustri), maintenance fuerawatan perrnesinan agroindustri), design of teaching (perancangan pembelajaran permesinan agroindustri), dan research equipments (riset peralatan permesinan agroindustri). Studi ini dilakukan melalui observasi lapangan dan analisis data primer yang dikumpulkan di Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA sejak IbIKK dibentuk Tahun 2010. Melalui kegiatan IbIKIE Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA telah mengernbangkan berbagai peralatan dan mesin pengolahan hasil pertanian yang seperti alat dan mesin parut sagu, mesin ekstraksi pati sagu, mesin parut dan pargiling singkong, pengering tepung sagu, pengering ERK-Hibrid untuk tepung singkong, pemisah daging buah merah, pemecah kulit kacang, dan berbagai peralatan lain. Strategi pengembangan alsintan yang dilakukan oleh IbIKK UNIPA merupakan pengembangan mekanisasi seleklif dengan pendekatan partisipatif masyarakat pengguna. Hasil observasi dan pendataan menrmjukkan

adanya peningkatan permintaan alsintan produksi IbIKK Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA setiap tahun sejak pembentukannya. lntroduksi alsintan telah mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas produk olahan hasil pertanian, serta dapat meningkatkan pefldapatan petani di Provinsi Papua Barat. Peluang pengembangan alsintan di Papua Barat masih sangat terbuka karena potensi sumberdaya alam yang masih memerlukan sentuhan teknologi.

{:
'7 t;

c-

u e
,.:

Kata Kunci: IbIKK UNIPA, Penerapan, Alsintan, Spesifik Lokal, Papua Barat.

ii'

r PENDAIIULUAi\
Sumberdaya alam Provinsi Papua Barat merupakan modal yang sangat besar untuk pembangunan yang dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakat jika dikelolah secara terencana, sisternatis dengan tetap memperhatikan tatanan sosial masyarakat dan kondisi

{J

,* 7.

a*

e
(i

;a

431

TPROSTDTNG SEMTNAR NASTONAL PERTETA

2012:

Iingkungan. Pertanian dan perkebunan merupakan sumberdaya alam utama yang menjadi sumber penghidupan sebagian besar masyarakat Papua Barat. Potensi Perianian utama di Papua antara lain Sagu, Singkong, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Buatr Merah, dan lainnya. Sebanyak 54,04% tenaga kerja di Papua Bmat berke{a pada seltor Pertanian secara luas. Namun sekalipun sebagian besar masyarakat di Papua Barat bekerj a pada sektor pertanian, namun konribusinya bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap harga berlaku Papua Barat Tahun 2Ol0 hanya berjumalah 20,71Yo (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat, 2011). Hal tersebut menujukkan sektor Pertanian kurang memberikan nilai tambah dalam proses produksinya. Rendahnya nilai tambah yang dihasilkan dari seklor Pertanian di Papua Barat tidak terlepas dari sistem pettaxrian yang rnasih tradisional yang masih
mengandalkan tenaga manusia sebagai sumber penggerak utama, akibatnya produttivitas dan efisiensi menjadi rendah. Penerapan mekanisasi pertanian dalam bentuk penggunaan alat dan mesin pertanian {alsintan) dapat berperan dalam meningkatkan produktivitas ke{a dan produksi, diversivikasi produksi dan kualitas serta nilai tambah hasil dan limbahnya, efisiensi dan pendapatan usaha tani (Alihamsyah & Ananto, 1998). Karena itu penerapan alsintan dalam pross ptoduksi di Papua Barat perlu dilakukan untuk meningkatkan konribusi sektor pertanian dalam pembangunan daerah. Penerapan alsintan di suatu wilayah perlu memperhatikan berbagai aspek. Pola pendekatan yang cukup sederhana adalah pendekatan pengembangan alsintan spesifik lokasi yang berdasarkan pada tingkat kebutuhan teknologi alat dan mesin pertanian pada suatu wilayah pengembangan (Alimoeso, 2008). Pola tersebut yang kemudian dikenal sebagai teknologi tepat guna dalam bidang pertanian- Jumsan Teknotogi Pertanian Universitas Negeri Papua (IINIPA) Manokwari Papua Barat melalui Program Penerapan IPTEKS bagi lnovasi

dan Krativitas Karnpus (IbIKK) Dikti kemudian mengembangkan alsintan melalui usaha Permesinan Agroindustri berdasar pola pengembangan tersebut. Tqiuan dari Program IbIKK Jurusan Teknologi Pertanian LNIPA adalah untuk mengembangkan alsintan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat bertasis sumberdaya pertanim lokal Papua seperti Sagu, Umbi-Umbian, dan Kacang-kacangan. Program IbIKK Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA dimulai sejak Tahun 2010 dan telah menghasilkan berbagai jenis dan jumlah produk alsintan yang dibuhrhkan oleh masyarakat petani di Papua. Dengan strategl pengembangan yang berbasis kebutuhan dan potensi masyarakat, IbIKK Perrnesinan Agroindustri telah menjadikan alsintan menjadi kebutuhan bagi kelompok masyarakat tertentu untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengetahui perkembangan penerapan alsintan di Papua serta bagaimana strategi pengembangan yang tepat, hambatan maupun peluang pengembangannya maka perlu dilalrukan kajian yang didasarkan pada kegiatan IbIKK Perrnesinan Agroindustri Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA. Kajian ini bertujuan unhrk mendapatkan gambaran kuantitaf perkembangan penerapan alsintan tertentu di Papua serta berupaya menemukan strategi pengembangan yang
tepat.

.3 g
a:

METODOLOGI
Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis terhadap data primer perkernbangan alsintan yang diinhoduksi oleh IbIKK Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA ke masyarakat, serta melalui wawancara terhadap masyarakat pengguna alsintan. Data primer yang dikaji dalam penelitian ini dimulai sejak IbIKK didirikan tahun 2010 hingga2012. Penelitian ini dimulai dengan menyusun data alsintan yang telah dintroduksi di Papua selama kurun waktu 20fi-2012. Proses wawarcara terhadap pengguna alsintan dilakukan setiap kali proses introduksi dilakukan. Proses wawancara ditujukan untuk tnendapatkan

*e
;i /{J

*i

,:
{r

; *

t:
al

at

t:
{}

,3

432

rpRosrDrNc sEMTNAR NASToNAL pERf,ETA z0r2l

gambaran mengenai pflrggunaan alsintan sehingga menjadi masukkan bagi pengembangan alsintan selajutnya. Data hasil tabulasi dan wawancara kemudian dibahas scara deskriptif.

I{ASIL DAI{ PEMBAHASAN


Perkembangan Introduksi Alsintan Introduksi alsintan yang dilah*an oleh IbIKK UNIPA sejak Tahun 201O hngga 2012 terus mengalami peningkatan yang signifikan. Perancangan dan perakitan alsintan dilakukan

unit workshop/bengkel Jurusan Teknologi Pertanian UNIPA yang dilengkapi


peralatan-peralatan perbengkelan standar melalui Program yang diterapkan di masyarakat disajikan melalui Tabel l.

dengan

IbIKK. Perkembangan alsintan

T,

Tahun

2$10 :',:;; }art':

Jenis Alsintan

Pengering

,. ra .

Jumlah
l

unil

Lokasi(Kabupaten) Maltokwari

Teprmgan

bakar 'Alsin kuepung


Alat
tanah

Alsin parut Sagu bermotor

10

unit

Teluk Wondama,
Selatan

Sorong

ubi-u$ian l,0$rit
kacang
2

,,,, Fakfak

pemecah

kulit

unit

Manokwari

Alsin:eksilaksisaggbermotor,
Alsin pengering tepung

Alsin parut Sagu bermotor 37 tmit Teluk

sagu

1uuit
1

unit

Wondama
Manokwari

::,,

.:

::

Wondama"

2012

Alsin pemarut singkong 2 unit Alsin Ekstraksi Pati Singkong 1 unit Alat perontok Pokern (gandum I mit
papua)

Manokwari Manokwari Biak Numfor

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perkembangan penerapan alsintan yang dilakukan oleh IbIKK UNIPA mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Sejak didirikan Tahun 2010 hingga pertengahan Tahun 2012, IbIKK UNIPA telah menghasilkan sejumlah 66 unit daxi 8 jenis alsintan. Perkembangan penerapan alsintan kemudian disajikan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar l.

.: : *
,:
*9 t: It

{:

{rl
r;1

rii l:.

'?
i!.:

a, ..4

tpRosrDrNc sEMTNAR NAsroNAr rERTETA 2012;


-_;
i

45

^40 'E 3s ;30 IE


I

E2s

Ero Ers

Ero
5

2010

20Lt
Tahun

20t2

I
I

Gambar 1. Perkembangan jumlah alsintan yang diintroduksi di Papua Barat

.,

menunjukkan bahwa perkembangan produksi alsintan yang dilalnrkan oleh sangat signifrkan. Peningkatan ini terjadi bertagai kegiatan promosi yang dilakukan yang didukung dengan kualitas alsintan yang dihasilkan yang sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi masyarakat pengguna. Dari jumlah total alsintan yang diterapkan sejak Tahun 2010, sebanyak 71Yo merupakan alsin parut sagu, yang sebagian besar diterapkan di Kabupaten Teluk Wondama, kemudian disusul oleh alat pengolahan singkong sebesar 2lo/o. hxrilah dan jenis peralatan tersebut menunjukkan arah pengembangan alsintan oleh IbIKK UNIPA yang berbasis pada sumberdaya spesifik lokal. Sagu merupakan komoditi spesifft lokal penting Papua baik sebagai sumber karbohidrat utama maupun dalam posisi sosial dalam masyarakat. Selama ini masyarakat mengolah sagu secara tradisional yang keseluruhannya menggunakan tenaga manusia dan unfuk mengolah 1 batang sagu dapat memerlukan waktu t hingga 2 minggu. Tahap proses yang paling membutuhkan waktu dan tenaga besar adalah tahapan penokokan dan pemerasan (Darma dkk,2004; Darma, 2A09). Demikian halnya ubi-ubian, juga merupakan makanan utama selain sagu di Papua, bahkan di beberapa daerah dataran tinggi seperti daerah PegununganTengah Papua, ubi-ubian merupakan sumber pangan pokok. Luas penanaman ubi kayu di Papua Barat tahun 2010 mencapai 2.369 Ha dengan produksi sebesar 25.114 ton (BPS Papua Barat, 2011). Walaupun demikian kebutuhan akan tepung tapioka masih didatangkan dari luar Papua. Oleh karma itu IbIKK UNIPA melalui kegiatan kerjasama dengan Iptekda LTPl20l2 mengembangkan unit peralatan pengolahan ubi kayu dari pemarutan hngga ekstmksi pati untuk menghasilkan tepung tapioka. Introduksi alsintan di Papua Barat menunjukkan manfaat yang sangat besar antara lain meningkatkan produktivitas hasil, mengurangi kelelahan petani dan meningkatkan pendapatan masyarakat pengguna. Sebagai gambaran hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan alsintan pengolahan sagu dapat mempercepat waktu proses, penokokkan sagu yang biasanya dilakukan selama 3-5 ha.,i per pohon sagu dapat dipersingkat Gambar

IbIKK UNIPA mengalami peningkatan

t:
'a **

tf t;

dengan 3-4 jam per pohon. Dengan demikian jumlah sagu yang dapat dijual petani akan jauh lebih banyak sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Adanya manfaat penggunaan alsintan yang dihasilkan dari program IbIKK UNIPA bagi masyarakat pengguna diketahui melalui proses wawancara. Wawancara terhadap masyarakat dilakukan untuk mendapat informasi mengenai kekurangan alsintan yang diterapkan untuk dilakukan perbaikan dan manfaat yang diperoleb masyarakaf melalui penggunaan alsintan. Hampir semua masyarukat

:x t1) L f

r *
ts

,:
r3
L

x.
'C

g
*J

.*

re

tpRoslDrNc sEMTNAR NAsToNAL eERTETA 20123

penggtma menyampaikan bahwa dengan perggunaan alsintan tertentu dapat meningkatkan pendapat mereka secara siknifftan. Beberapa alsintan tertefltu mendapatkan respon balik {feedback) dari masyarakat untuk terus mendapatkan perbaikan sehingga alsintan yang dihasilkan dapat memenuhi kebuhrhan masyarakat pengguna. Beberapa jenis alsintan produksi IbIKK UNIPA yang telah diterapkan di masyarakat tersaji melalui Gambar 2 dan3.

Gambar 2. Introduksi peralatan pemarut sagu di Papua Barat

Gambar 3. Peralatan pemarut dan penepung ubi kayu produksi IbIKK TINIPA

Strategi dan Kegiatan IbIKK UNIPA untuk Pengembangan Alsintan Strategi pengembangan alsintan yang dilakukan oleh IbIKK UNIPA merupakan pengembangan mekanisasi selektif. Handaka (2005) menyatakan bahwa prinsip pengembangan mekanisasi selektif didasarkan pada satuan wilayah terkecil yaitu desa. lmplementasi pengembangan strategi ini dilakrftan dengan pendekatan partisipatif, yang lebih mengernukakan aspek pemberdayaan masyarakat dan bukan pada modernisasi (Lubis J, 2005). Alsintan yang dikembangkan di IbIKK sebagian besar diterapkan di masyarakat pedesaan yang berada di sekitar pusat zumberdaya alam yang memerfukan sentuhan alsintan. Harapan ke depannya dengan introduksi ini akan mendorong bertumbuhnya industri-industri mikro dan kecil di tingkat pedesaan. Penerapan alsintan di Papua Barat tidak terlepas dari keberadamr Jrxusan Teknologi Pertanian UNIPA Manokwari. Alsintan yang diinkoduksi ke masyarakat merupakan hasil penelitian yang dilakukan di UNIPA. Berbagai hasil penelitian yang telah dikembangkan oleh IbIKK UNIPA antara lain alsin pemarut sagu (Darma,2009), pengering tepung sagu (Jading

,3

u *G;

f*"

{
1; .? !:
lt'1

{:

e.

l? :;

g
(,

435

lpRosrDrNc sEMTNAR NAsToNAL eERTETA 2012:

dkk, 2011), dan penelitian lainnya. Alsintan yang dikembangkan merupakan produk penelitian yang dilalrukan setelah melakukan identifrkasi kebutuhan teknologi setempat. Shategi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Handaka (2N6), bahwa prinsip pengembangan mekanisasi seleltif didahului oleh identifrkasi kebutuhan teknologi pertanian setempat sesuai dengan karakteristik sumber daya alam, spesifikasi pasar yang dibutuhkan
dan kelembagaan pedesaan.

Kegiatan awal yang dilakukan oleh IbIKK UNIPA adalah peayediaan alat dan mesrn perbengkelan yang memadai untuk menunjang introduksi alsintan. Penyediaan fasilitas perbengkelan yang memadai didukung dengan keseriusan tim pelaksana IbIKK dari Jurusan Teknologi Pertanian UNTPA uotuk terus mela*:ukan penelitian berbasis komiditi spesifik lokal. Strategi pengembangan berikutnya adalah memperkenalkan berbagai berbagai teknologi alsintan tepat guna yang dapat dikembangkan di Jurusan Teknologi Pertanian

kepada seluruh pemaagku kepenfingan seperti Pemerintah Daeruh (provinsi


kabupatenlkota), swasta dan masyarakat pengguna alsintan.

dan

Kegiatan perkenalan alsintan produksi

IbIKK UNIPA

dilalarkan

dengan

mempromosikan alsintan melalui kegiatan pameran, seminar-seminar, pengabdian kepada masyarakat, dan menyediakan informasi-informasi dalam bentuk leaflet. Promosi ditujukan
kepada pemerintah daerah, swasta dan langsung ke masyarakat yang potensial memanfaatkan

alsintan produksi IbIKK tlNIPA. Kegiatan promosi yang dilakukan sejak tahun 2010 menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yaitu dengan adanya pembuatan alsintan pem:uut dan penepung ubikayu sebanyak l0 unit dan alsin pamt sagu sebanyak l0 unit tahun 2011. Bahkan hingga pertengahan tahun 2012, IbtKI( UNIPA tetah memproduksi alsin parut sagu sebanyak 37 unit yang dipesan langsung oleh kelompok masyarakat pengguna (Tabel 1). Kegiatan promosi akan terus-menerus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masrakat dalam pengguna.an alsintan untuk meningkatkan pendapatan. IbIKK T NIPA berkomitmen untuk menghasilkan produk alsintan yang berkualitas tinggi. Untuk menghasilkan produk alsintan yang berkualitas, IbIKK UNIPA memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Jurusan Teknologi Pertanian- Dengan stategi tersebut, alsintan produksi IbIKK UNIPA dapat bersaing dengan alsintan-alsintan yang tersedia di pasaran. Beberapa jenis alsintan seperti alsin pe,marut sagu atau kelapa yang diproduksi di luar Papua telah banyak dijual di pasar Papua dengan harga yang lebih murah. Namun demikian melalui proses wawancara dan observasi di lapangan, terlihat bahwa alsin parut sagu produksi IbIKK jauh lebih diminati oleh masyarakat pengguna dibanding produk alsin parut lainnya, sekalipun harga alsin tersebut lebih murah.
Permasalahan dan Peluang Penerapan Alsintan di Papua Permasalahan pengembangan alsintan di Papua Barat hampir sama untuk sehrruh wilayah Papua. Permasalahan yang seringkali menjadi hambatan pengembangan alsintan adalah tofografi wilayah, sarana transportasi dan komunikasi, tingkat pendidikan masyarakat,
hambatan sosial, dan keberpihakan pemerintah daerah. Luas wilayah Papua Barat mencapai97.A24,21tm2 lBfS Papua Barat, 2011). Sebagian besar wilayah-wilayah pedesaan hanya dapat dijangkau dengan safirna transportasi yang sangat terbatas, seperti angkutan laut, mobil dengan spesifikasi tertentu, pesawat perintis bahkan banyak daerah pedesaan yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Akibat dari keterbatasan tersebut, banyak daerah pedesaan yang sulit memenuhi sarana-sarana pendukung minimum pendukung alsintan, seperti jalan, kendaraan angkutan, bahan bakar. Selama ini penerapan alsinlan yang dilakukan oleh IbIKK UNIPA masih di daeratr yang masih dapat dijangkau oleh sarana transportasi laut atau darat. Tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembentukan sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan di Papua Barat masih relatif rendah. Data

fi

{n

:*
{:_

et

,*
,L
a:

r *
a<

fi l* g

tt :;
4,

.,*

{PROSTD|NG SEMTNAR NASTONAL PERTETA 2012:

BPS Papua Barat (2A11) menrmjukkan bahwa sebanyak 40,87oA masyarakat Papua Barat hanya bersekolah hingga tingkat SITP, dan sebanyak 26,24yo tidak memiliki ijazah pendidikan forrnal. Tingkat pendidikan tersebut menjadi hambatan tertentu terhadap introduksi teknologi alsintan yang dilalnrkan. Akibat rendahnya pendidikan tinglrat pendidikan maka kemampuan untuk menyerap teknologi-teknologi baru seperti alsintan masih sangat terbatas. Diperlukan pendekatan-pendekatan kultural dan praktis yang mudah dipahami dan diterima masyarakat, sehingga penerapan alsintan dapat dilalnrkan. Faktor sosial khususnya kemiskinan sangat berpengaruh pada tingkat penerimaan masyarakat Papua Barat terhadap introduksi alsintan. Hrngga bulan Maret 2011, data BPS Papua Barat menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Papua Barat mencapai angka 31,92Yo, dan sebagian besarnya terdapat di daerah pedesaan. Akibat dari tingginya angka kemiskinan tersebut kemampuan masyarakat tersebut dalam menerapkan alsintan dalam proses produksi menjadi rendah- Padahal masyarakat-masyankat tersebut umurnnya berada di daerah dengan falrtor-faktor produksi sumberdaya alam yang berlimpah. Diperlukan tindakan khusus dari Pemerintah Daerah untuk memberdayakan masyarakat melalui bantuanbantuan teknologi yang berbasis kebutuhan masyarakat. Hal ini sebenarnya sebagian telah diatasi melalui program pemberdayaan yang dilalnrkan oleh pemerintah daerah yang dilakukan secara bottom up. Melalui program ini masyarakat menentukan secaftt mandiri kebutuhan pemberdayaanyaag mereka butuhkan. Sebagian dan progtam tersebut diwujudkan dalam pengadaan peralatan produksi alsintan. Dalam hal pemberdayaen masyarakat khususnya penyediaan sarana alsintan bagi masyarakat, keberpihakan pemerintah daerah menjadi sangat penting- Keberpihakan yang dimaksudkan adalah pemberian bantuan alsintan yang sezuai dengan kebutuhan masyarakat yang memperhatikan kualitas alsintan tersebut. Hasil observasi yang dilakukan di masyarakat banyak dijumpai alsintan hasil bantuan pemerintah yatg tidak dapat dimanfaatkan masyarakat karena kinerja dan kualitas yang rendah dan tidak sesuai dengan kebuhrhan
masyarakat. Sekaliprm berbagai permasalahan pengembangan alsintan di Papua Barat cukup besar, namun potensi pengernbangan masih sangat besar. Potensi sumberdaya alam Papua masih sangat berlimpah. Sebagai contoh sagu komoditi spesifik Papua, menurut Matanubrm dkk (2006), total luas areal sagu di Papua adalah 1.471.732 ha dengan perkiraan potensi pati kering berkisar 472.545,28 23.598.561,28 ton/tahun. Hirggu saat ini pascapanen sagu sebagian besar masih merupakan pengolahan primeq yaitu pengolahan hingga mendapatkan pati sagu. Potensi tersebut merupakan peluang besar bagi pengembangan alsintan untuk pengolahan sagu mulai dari pengolahan primer hingga pengolahan sekunder seperti biotenol, aneka olahan dari pati sagu, dan lain-lain. Peluang itu semakin besar karena sumberdaya alam Papua Barat sangat besar untuk mendapatkan sentuhan teknologi alsintan seperti ubi-ubian, minyak buah merah, kacang-kacangaft Potensi dan peluang tersebut juga 'ditangkap" oleh IbIKK Jurusan Teknologi Pertanian LINIPA, dengan melakukan pengembangan alsintan sebagian besar didasarkan pada potensi-potensi tersebut.

{: .3
:1

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa IbIKK LTNIPA telah memberikan awal yang cukup memadai terhadap pengembangan alsintan di Papua Barat yang berbasis potensi lokal dan kebutuhan masyarakat. Strategi penge,mbangan alsintan yang

* a
-at

LL

t:

?-

tr

{ *)
{:.}

::
5l
re

dilakukan oleh IbIKK UNIPA merupakan pengembangan mekanisasi selektif dengan

pendekatan partisipatif masyarakat. Permasalahan pengembangan alsintan di Papua Barat cukup besar, fflmun peluang pengembangannya masih sangat besar terutama karena potensi sumberdaya alam Papua sangat berlimpah.

2 d ri "15 c
*)

.,*

re

{pRoslDtNG 5EMINAR NAstoNAL pERTETA zola}

UCAPAN TERIMA KASIIT


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kerndiknas

IbIKK UNIPA tahun 2010-2012 dan seluruh peneliti dari yang membe,rikan zumbangsih ide dan kreatifitas untuk Pertanian Teknologi LINIPA Jurusan mengembangkan IbIKK Usaha Permesinan Agroindustri UNIPA.
atas bantuan pendanaan program

DAFTAR PUSTAKA
Alimoeso, 2008. Kebijakan dan Langkah Operasional Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian dalam Peningkatan Produlsi Tanaman Pangan Utama. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian.

Alihamsyah, T. dan E. E. Ananto, 1998. Sisntesis Hasil Penelitian Budidaya Tanarnan dan Alsintan pada Lahan Pasang Surut Dalam kianto S.G Inovasi Mekanisasi Prtanian uatuk Mendukung Peningkatan Daya Saing dan Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi
Pertanian, Bogor 23 Oktober 2008. Balai Besar Mekanisasi Pertanian. BPS, 2011. Papua Bamt Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik, Provinsi Papua Barat Manolorari. Darma, 2009. Prototipe Alat Pemarut Ernpulur Batang Sagu Tipe Silinder Bertenaga Motor Bakar. Jtunal Agrotek VoL 1, No. 6, hal. 49-59. Perhimpunan Peneliti Agroteknologt (PPA) Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua. Manokwari. Darma, P. Istalaksana, Z. Sarungallo, A. Jading. 20M. Desain AIat Pengolahan sagu Mekanis tepat Grna (Appropriate Technology) untuk Mengoptimumkan Pemanfaatan Sumberdaya Sagu (Mehoxylon sp.) di hovinsi Papua. Laporan Akhir Ifusil Penelitian Hibah Bersaing Perguruan

Ti"ggl. Udversitas Negeri Pa1nr.a. Manokwari. Handaka, 2006. Membangun Mekanisasi Pertanian untuk Industri Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian Bogor 29-30 November 2006. Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertaniaa. Jading A., P. Payung, Reniana. 2011. Prototipe Alat Pengering Pati Sagu Model Agrtated Cross Flow Ftuidized Bed- Prosiding Seminar Nasional Perteta,23-24 Juli. Jember. Lubis Juara P., 2006. Aspek Komunikasi dalam Perencanaan Pembatrgunan Pertanian Daerah. Apresiasi Perencanaau Pembangunan Pertanian Daerah bagi Tenaga Pemandu Teknologi Mendukung Prima Tani. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Luhulima F., S.A. Karyoto, Y. Abdullah, D. Dampa. 2006. Feasibility Shldy of Natural Forest for the Estabilishment of Commercial Sago Plantation in South Sorong hian Jaya barat, Indonesia" in: Sago Pakn Development and Utilization. Proceeding of 86 International Sago Symposium, August 4-6,2005. Universitas Negeri Papua Manokwari.

.:
.n
a:-

*;

'x:

i*
{"

*,

rt

,t q
e

:f ,:
ar

\-

Anda mungkin juga menyukai