Anda di halaman 1dari 21

KPD 15 JAM PADA MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM BELUM DALAM PERSALINAN Abstrak Seorang G3P2A0, 30 tahun, umur kehamilan

38 minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat obstetri baik. Teraba janin tunggal, intrauterin memanjang, punggung di kiri, presentasi kepala, bokong sudah masuk panggul <1/3 bagian. Tinggi fundus uteri 29 cm, TBJ 2790 g. His (-), DJJ (+), belum dalam persalinan. Ketuban pecah 15 jam sebelum masuk rumah sakit. Induksi persalinan dan pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah komplikasi. Kata Kunci : KPD, hamil aterm, belum dalam persalinan.

BAB I PENDAHULUAN Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi. KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase laten sebelum adanya his. Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD kantung ketuban pecah sebelum fase aktif. 4 KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas. 4 Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan m e n y e b u t k a n f a k t o r - f a k t o r y a n g berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. KPD sangat erat hubungannya dengan infeksi. Penegakan diagnosis serta tata laksana KPD sangat penting diterapkan untuk menjaga kesejahteraan ibu dan janin serta pemcegahan komplikasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KETUBAN PECAH DINI Definisi Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan yang tidak diikuti dengan tanda-tanda inpartu atau selaput ketuban pecah 6 jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan tanpa melihat umur kehamilan. Jika pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu (preterm) disebut sebagai KPD preterm (preterm premature rupture of membrane) / PPROM.13 Etiologi Dan Patogenesis KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban, peningkatan tekanan intrauterin maupun keduanya. Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun servik. Mekanisme infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak diketahui yang menyebabkan perubahan servik yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompeten servik, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.4 Moegni, 1999, mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan KPD, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.4

Faktor predisposisi KPD menurut Moegni, 1999 : 4 Kehamilan multipel a b c d e f g h i Riwayat persalinan preterm sebelumnya Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila higiene buruk Perdarahan pervaginam Bakteriuria pH vagina diatas 4,5 Servik yang tipis/kurang dari 39 mm Flora vagina abnormal Fibronectin > 50 ng/ml Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi

Diagnosis Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan beberapa cara :2,4 Air ketuban yang keluar dari vagina Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban yang keluar dari vagina. Jika air ketuban tidak ada, tekanan ringan pada uterus dan gerakan janin dapat mengakibatkan keluarnya air ketuban. a Nitrazine test pH vagina normal adalah 4,5 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH 7,0 7,5, sehingga kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru bila terkena air ketuban. Namun cairan antiseptik, urin, darah dan infeksi vagina dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan hasil nitrazine test positif palsu. b Fern test Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air ketuban pada pemeriksaan secara mikroskopis. c d e Evaporation test Intraamniotic fluorescein Amnioskopi

f g h

Diamine oxidase test Fetal fibronectin Alfa-fetoprotein test

Komplikasi KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, diantaranya :2,3,4 Infeksi Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam (37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau busuk, maupun leukositosis. a Hyaline membrane disease Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline membrane disease sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan korioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease lebih banyak dibandingkan risiko infeksi. b Hipoplasi pulmoner Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan bantuan ventilator. c Abruptio placenta Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah perdarahan pervaginam. d Fetal distress

Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga untuk mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD. e f Terapi Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari keadaan pasien. 2,3,4 Pasien yang sedang dalam persalinan Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses persalinan dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan pada pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servik 100 % dan dilatasi servik lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan mengakibatkan oedem pulmo. a Pasien dengan paru-paru janin yang matur Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin, phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban pecah dini. b Pasien dengan cacat janin Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan bila janin mempunyai kelainan yang membahayakan. Namun pada janin dengan kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai janin normal, namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat penting. c Pasien dengan fetal distress Kompresi tali pusat dan prolps tali pusat merupakan komplikasi tersering ketuban pecah dini, terutama padapresentasi bokong yang tidak maju (engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ menunjukkan Cacat pada janin Kelainan kongenital

pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat diterminasi. Jika janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat dilakukan amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan pervaginam. Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi yang dapat dilakukan adalah section cesaria. d Pasien dengan infeksi Pasien dengan korioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam, maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotik yang dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila persalinan pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis korioamnionitis ditegakkan. Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah :3,4 Ketuban pecah dini pada kehamilan komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit a Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin b c Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik selama 5 hari, glukokortikosteroid dan tokolitik, tetapi bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan d Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa

Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi persalinan dengan menilai bishop score. Jika bishop score < 5 dapat diberika induksi mesoprostol 25g-50g intravaginal tiap 5 jam. Jika bishop score >5 dapat diberikan oksitosin 5IU dalam 500 ml RL. Terapi ketuban pecah dini adalah :2,3,4

Terapi konservatif rawat di Rumah sakit antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan Nilai tanda-tanda infeksi Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan perikasa kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu b Terapi Aktif kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan maka induksi, bila gagal lakukan section cesaria pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section cesaria bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan terminasi persalinan a b c Bila bishop skor kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section cesaria Bila bishop skor lebih dari 5, induksi persalinan dan partus pervaginam Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria

BAB III STATUS PENDERITA A ANAMNESIS Tanggal 29 April 2013 jam 12.45 WIB 1 Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Alamat Status Perkawinan HPMT HPL UK Tanggal Masuk No.CM Berat badan Tinggi Badan 2 Identitas Penderita : Ny. S : 30 tahun : Perempuan : Ibu rumah tangga : Islam : Sangkrah RT 02/05 Pasar Kliwon, Surakarta : Kawin 1 kali dengan suami 10 tahun : 6 Agustus 2012 : 13 Mei 2013 : 38 minggu : 29 April 2013 : 01192773 : 60 Kg : 156 cm

Keluhan Utama Air kawah merembes

Riwayat Penyakit Sekarang Datang seorang G3P2A0, 30 tahun, kiriman Puskesmas Sangkrah, Surakarta dengan keterangan G3P2A0 usia kehamilan 38 minggu dengan ketuban pecah dini. Pasien merasa hamil 9 bulan. Gerakan janin masih dirasakan. Kenceng-kenceng teratur belum dirasakan. Air kawah sudah dirasakan keluar sejak 15 jam yang lalu, warna jernih, bau busuk 9

disangkal, keluar merembes. Demam disangkal. Nyeri BAK disangkal. Keluar lendir darah disangkal. 4 ; ; ; ; ; ; 5 ; ; ; ; ; 6 Baik 7 Riwayat Obstetri Pasien telah memiliki dua orang anak. Anak pertama perempuan telah berumur 10 tahun, berat badan ketika dilahirkan 3200 gram, lahir secara spontan dan anak kedua laki-laki yang telah berumur 5 tahun, berat badan ketika dilahirkan 3200 gram, lahir secara spontan. Saat ini pasien mengandung anak ketiga. 8 Riwayat Ante Natal Care (ANC) Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi Riwayat Penyakit Jantung Riwayat DM Riwayat Asma Riwayat Alergi Obat/makanan Riwayat kebiasaaan merokok Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi Riwayat Penyakit Jantung Riwayat DM Riwayat Asma Riwayat Alergi Obat/makanan Riwayat Fertilitas : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

10

9 10

Riwayat Haid Menarche Lama menstruasi Siklus menstruasi Riwayat Perkawinan Menikah 1 kali ( umur 20 tahun ) : 14 tahun : 7 hari : 28 hari

11 (-) B

Riwayat Keluarga Berencana

PEMERIKSAAN FISIK 1 Status Interna Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi kesan cukup Tanda Vital Tensi Nadi Respirasi Rate Suhu Kepala Mata THT Leher Thorax Cor : : IC tidak tampak : IC tidak kuat angkat : Batas jantung kesan tidak melebar : : 120/80 mmHg : 80 x / menit : 16 x/menit : 36,8 0C : Mesocephal : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-) : Tonsil tidak membesar, Farinx hiperemis (-) : Pembesaran kelenjar tiroid (-) : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae hiperpigmentasi (+) Inspeksi Palpasi Perkusi

Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

11

Pulmo : Inspeksi Palpasi Perkusi : Pengembangan dada kanan = kiri : Fremitus raba dada kanan = kiri : Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (N/N), Ronki basah kasar (-/-) Abdomen: Inspeksi Palpasi Perkusi : Dinding perut > dinding dada Stria gravidarum (+) : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar : Timpani pada bawah prosessus xiphoideus, redup pada daerah uterus Auskultasi : Peristaltik (+) normal Genital : Lendir darah (+), air ketuban (+) Oedema Akral dingin 2 Status Obstetri Inspeksi Kepala Mata Wajah Thorax Abdomen : Mesocephal : Conjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) : Kloasma gravidarum (+) : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae hiperpigmentasi (+) : Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+) Ekstremitas :

12

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin, memanjang, punggung di kiri, presentasi kepala, kepala janin masuk panggul < 1/3 bagian, TFU 29 cm ~ 2790 gram. HIS (+) 2-3 x/20/30-40 Pemeriksaan Leopold I : TFU setinggi 29 cm, teraba bagian lunak kesan bokong janin II : teraba punggung di sebelah kiri dan bagian bagian kecil di sebelah kanan III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala janin IV : kepala janin masuk panggul < 1/3 bagian Perkusi : Timpani pada bawah processus xipoideus, redup pada daerah uterus Auskultasi : DJJ (+), denyut jantung janin (+) 12-11-11/12-1212/12-11-11 reguler Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-), peradangan (-), tumor (-) Ekstremitas : Oedema akral dingin Pemeriksaan Dalam : VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak, mendatar = - cm, eff 50%, di tengah, presentasi kepala, kepala teraba turun di H II, penunjuk UKK belum dapat dinilai, KK (+), AK (+) jernih, tidak berbau, STLD (+). -

13

UPD

: promontorium tidak teraba linea terminalis teraba, 1/3 bagian spina ischiadica tidak menonjol arcus pubis > 90 kesan : panggul normal

Bishop skor Konsistensi serviks Posisi Eff Dilatasi Penurunan kepala Total skor C

: : lunak (skor 2) : di tengah (skor 1) : 50% (skor 1) : - cm (skor 0) : HII (skor 3) :7

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1 Laboratorium Darah tanggal 29 April 2013 : Hemoglobin Hematokrit Antal Eritrosit Antal Leukosit Antal Trombosit Golongan Darah GDS Ureum Creatinin Na+ K+ Ion klorida HbS Ag Nitrazin Test Protein Albumin : 12,4 gr/dl : 37 % : 3,91 x 103/uL : 8,0 x 103/uL : 181 x 103/uL :O : 65 mg/dL : 17 mg/dL : 0,4 mg/dL : 135 mmol/L : 3,9 mmol/L : 106 : negatif : (+) positif : 6,6 : 3,89

14

PT APTT 2.

: 11,4 : 30,5

Ultrasonografi (USG) tanggal 29 April 2013 : Tampak janin tunggal, intrauterin, preskep, DJJ (+), dengan biometri: BPD FL AC : 90,4 : 7,2 : 32

EFBW : 2990 Plasenta berinsersi di korpus uteri Grade II Air ketuban kesan cukup Tak tampak kelainan kongenital mayor Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik D KESIMPULAN Seorang G3P2A0, 30 tahun, UK 38 minggu dengan air kawah merembes sejak 15 jam sebelum masuk rumah sakit, riwayat obstetri baik, riwayat fertilitas baik, teraba janin tunggal, intra uterin memanjang, punggung di sebelah kiri, presentasi kepala, kepala masuk panggul < 1/3 bagian. Pemeriksaan penunjang : Lab darah dan USG dalam batas normal, nitrazin Test (+). TBJ : 2790 gr, DJJ (+), regular, his adekuat (-), belum dalam persalinan, bishop skor = 7 E DIAGNOSA AWAL KPD 15 jam pada multigravida hamil aterm belum dalam persalinan F PROGNOSA Dubia G TERAPI ; Mondok VK ; Infus RL 20 tpm

15

; Injeksi Vicillin 1gr/8jam skin test ; Induksi oksitosin 5IU dalam 500ml RL ; Observasi 10 (awasi ketat tanda-tanda persalinan) ; NST (CST) reaktif EVALUASI 29 April 2013 jam 20.00: Telah partus spontan lahir bayi laki-laki, BB = 3000 gram, PB = 48 cm, LK/LD = 32/33 cm, APGAR skor 8-9-10, anus (+), kelainan kongenital mayor (-). Tanggal 30 April 2013 Keluhan: Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup Tanda vital Mata Thorax Abdomen Genitourinaria : T = 110/70 mmHg N = 88x/menit : Cor : dalam batas normal Pulmo : dalam batas normal : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi (+), peristaltik (+) : Perdarahan (-) Lochia (+) BAK (+) Diagnosa Terapi 1 2 3 : : Post partus spontan KPD 15 jam pada multipara hamil aterm Amoxicilin 3x500 mg Vitamin C 2xI SF 1xI BAB IV ANALISA KASUS Respiratory Rate = 20x/menit Suhu = 36,7 0C

: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

16

Analisa Penegakan Diagnosa Diagnosis KPD ini ditegakkan dari anamnesis dimana pasien mengaku air

kawah telah keluar 15 jam sebelum pasien datang ke RSDM. Pada pemeriksaan VT didapatkan kulit ketuban (-), air ketuban (+) jernih, tidak berbau, nitrasin test (+). Selain itu sejak 15 jam keluar, belum didapatkan tanda persalinan seperti pembukaan servik, bloody discharge, atau his adekuat. Karena adanya keadaan ini maka ditegakkan diagnosis KPD yaitu pecahnya selaput ketuban secara spontan yang tidak diikuti dengan tanda-tanda inpartu. Dari anamnesis didapatkan data air kawah warna jernih, bau busuk disangkal, keluar merembes, demam disangkal, nyeri BAK disangkal. Dari pemeriksaan fisik, tanda vital TD normal, tidak terdapat takikardi, takipneu atau febris, pemeriksaan abdomen tidak ada nyeri perut, pemeriksaan genital nitrazin test (+), air kawah jernih dan tidak berbau. Hasil pemeriksaan lab darah untuk leukosit tidak meningkat. Hal ini dapat menyingkirkan salah satu etiologi KPD pada pasien ini yaitu infeksi. Faktor predisposisi yang didapat dari pasien ini salah satunya ialah multiparitas. Pada kasus ini pasien merupakan seorang multigravida, seharusnya pada pemeriksaan dalam telah terdapat pembukaan serviks walaupun tetap masih belum dalam persalinan. Dari pemeriksaan juga disebutkan bahwa kepala sudah masuk panggul < 1/3 bagian namun turun di hodge II. Seharusnya jika sudah turun di hodge II kepala sudah masuk panggul > 1/3 bagian. Untuk penilaian bishop score ada hal yang perlu dicermati dimana disebutkan untuk penurunan kepala skor 3. Seharusnya penurunan kepala diukur dari H-III dan berdasarkan station, jika > +1 baru dinilai skor 3. B Analisa Kasus Penatalaksanaan Pada a pasien ini, usia kehamilan dinilai aterm (38 minggu). Penatalaksanaannya adalah : Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan bishop skor kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan bishop skor lebih

17

dari 5, section cesaria bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan bishop skor kurang dari 5. b cesaria c pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section cesaria Pada pasien ini dilakukan penilaian kemajuan persalinan setelah terjadi KPD. Karena dikhawatirkan terjadi oligohidramnion ataupun korioamnionitis, maka dilakukan terminasi mengingat usia kehamilan aterm (38 minggu) dan pemberian antibiotik profilaksis. Dari pemeriksaan ukuran panggul dalam (UPD) didapatkan kesan panggul normal. Hasil pemeriksaan Leopold dan USG menunjukkan janin tunggal, intrauterine, memanjang, preskep. Dari pemeriksaan VT didapatkan portio matang (lunak dan mendatar). Sehingga dapat disimpulkan tidak didapatkan kontraindikasi lahir pervaginam serta memenuhi syarat induksi yaitu : Hamil aterm Tidak ada dispoporsi kepala panggul Ukuran panggul normal Presentasi kepala Servik sudah matang kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section

Dari pemeriksaan didapatkan kesalahan dalam penilaian bishop score sehingga data yang didapat kurang valid. Namun, dalam kasus ini tetap diberikan induksi oksitosin dengan mempertimbangkan onset yang lebih cepat dan menghindari risiko infeksi dari pemberian induksi mesoprostol. Induksi persalinan dengan 5 IU oksitosin dalam 500ml RL dengan pemantauan his adekuat dan kondisi janin stabil.

18

DAFTAR PUSTAKA

Hacker Moore, Essential Obstetries dan Gynekology, Edisi 2, W.B Saunder Company, Philadelphia, Pennsylvania, 297-309.

Wiknyosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1991. 281-301, 386400,675-688.

Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange, 1998 : 881-903.

Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993 : 213-223.

Buku acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Masalah yang berhubungan dengan lamanya kehamilan. Yayasan BP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001, 300-304.

Robert K Creasy, Preterm Labor and Delivery, Maternal Fetal Medicine Principles and Practice, WB Saunder Company, Philadelpia, 1994 : 494-515.

John C Morison MD, Continuos Subcutaneus Terbutalin Administration Prolong Pregnancy after Recuren Preterm Labour, AM J Obstetry and Gynecology, June 2003, 1460-1467.

Thomas F MC Elrat MD, Association Between Use Antenatal Magnesium Sulfat in Preterm Labour and Adverse Health Outcomes in Infants, AM J Obstetry and Gynecology, January, 2003 : 294-295.

Nancy D Berkman, John M Thord, Tokolitic Treatmen for The Management of Preterm Labour : A Review of The Evidence, AM J Obstetry and Gynecology, June 2003 : 1648-1657.

10

Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Editor. Delfi Lutan. EGC, Jakarta, 1998: 63-67

19

11

Wiknyosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2000 : 80-87, 170-197.

12

Hariadi R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Surabaya, 2004 : 364-382, 392-393, 426-443.

13

Bankowski, Brandon J et al, 2002. The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2.

20

PRESENTASI KASUS KPD 15 JAM PADA MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM BELUM DALAM PERSALINAN

Oleh : Zakky Hazami Niawati Rokhaniah Marwan Sofyan Cahyaning Gusti A. G99121051 G9911112104 G9911112092 G9911112034

Pembimbing : Dr. Glondong, Sp.OG(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2013

21

Anda mungkin juga menyukai