Anda di halaman 1dari 32

BAB 1 PENDAHULUAN

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah

abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.1 Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yai tu abortus i mmin ens ( threatened abortion), abortus ins ipiens ( inevitable abortion ), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, d a n abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus,dan abortus septic. 1,2 A bortus inkompl it adalah pengeluar an s ebagian has il kons eps i pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.2,4 Namun angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya meng ala mi keguguran daripada pada w ani ta yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.4 P reval ens i abortus juga meningk at dengan berta mbahnya us ia, diman a pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. 2 P enel iti an-penel iti an terdahulu meny ebutkan bahw a angka kejad ian abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan rasio 18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun buatan. Abortus inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus s pontan

maupun

s ebaga i

komplikas i

dari

abor tus provokatus

krimina lis

ataupun

med is inal is . Ins id en abortus inkomp it s endiri belum diketahui secara pasti namun yang penting diketahui adalah sekitar 60% dari w anit a hamil yang meng alam i abortus inkompli t me merlukan peraw atan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.2-4 Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan menimbulkan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak

mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis. tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak. Mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi para pelayan kesehatan agar mampu menegakkan diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan, abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. 1 Dalam ilmu kedokteran, stilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi :
Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau

sebab-sebab alami.
Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.

Termasuk di dalamnya adalah:


Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut

mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion. Jenis abortus menurut terjadinya:
Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Abortus imminens: Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Abortus insipiens: Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus inkomplit: Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.


Abortus komplit: Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Aborsi provokatus medisinalis karena alasan kesehatan ibu hamil tersebut tidak dapat

melanjutkan kehamilannya. Misalnya sakit jantung, karena jika kehamilannya dilanjutkan terjadi penambahan beban kerja jantung sehingga sangat berbahaya bagi jiwanya. Dalam hal ini keselamatan ibu yang diutamakan. Penyakit lain yaitu tuberculosis paru berat, asma, diabetes melitus, gagal ginjal, hipertensi, penyakit hati menahun. Tentunya untuk melaksanakan tindakan inipun harus ada inform choice dan inform consent terlebih dahulu.
Aborsi provokatus kriminalis seperti contoh kasus diatas, tindakan pengosongan

rahim dari buah kehamilan yang dilakukan dengan sengaja bukan karena alasan medis, tetapi alasan lain biasanya karena hamil di luar nikah, atau terjadi pada pasangan yang menikah karena gagal kontrasepsi maupun karena tidak mengingini kehamilannya.
B. Epidemiologi

Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian dis ebutk an s ekitar 60 pers en dari w anit a hamil diraw a t di rum ah saki t dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Insiden abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Angka-angka tersebut beras a l dari data-da ta dengan s ekurang-kurangnya ada dua hal yang s ela lu berubah, kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan. Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.5

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia paternal yang sama, kenaikannya adalah dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.5,6
C. Etiologi

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin sebelum ekspulsi masih hidup dalam uterus. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.
Perkembangan Zigot yang Abnormal

Abnormalitas sekitar 49%

kromosom dari

merupakan

penyebab Trisomi

dari

abortus

spontan. Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas k r o m o s o m abortus spontan. autosomal merup akan anom ali yang pal ing s ering dit emukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21 %) dan monosomi X (13%)
Faktor Maternal

Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah erlibat dalam peristiwa abortus euploidi
Infeksi

O rganis me

s eperti

Treponema

pallidum,

Chlamydia

trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simplek, cytomegalovirus Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi

Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari trak tus

gene tal ia

s ebaga ian w anit a yang meng ala mi abor tus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari k e d u a o r g a n i s m e t e r s e b u t , Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama
Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan

P ada aw al keham ilan, penyak it-penyak it kronis yang me lem ahkan keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. D iabetes mat ernal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh peneliti lainnya
Pengaruh Endokrin

Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. abortus jika kadar gula dapat D iabetes tidak m enyebabkan dengan baik. dikend alik an

D efis iens i proges teron karen a kurangnya sekres i hormon ters ebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus . K arena proges teron berfungs i memper tahankan des idua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya
Nutrisi

Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungk inanya men jadi predis pos is i meningk atnya kemungk inan abortus. Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus spontan. Sebagian besar mikronutrien pernah dil aporkan s ebaga i uns ur yang pent ing untuk mengur angi abortus s pontan.

Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan

Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden abortus. Namun ternyata tidak semua laporan ini m u d a h dikonfirmasikan.
Faktor-faktor Imunologis

Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan ant ibodi anti card iolip in (A CA ) yang mengak ibatkan des truks i vaskuler, trombosis, abortus serta destruksi plasenta.
Gamet yang Menua

Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus hari spontan. Insiden peralih an game t sebelum abortus meningkat bas al tua terhadap tubuh, di kehamilan karena itu yang berhas il bila ins eminas i terjad i emp at hari s ebelum atau tiga s es udah temper atur yang disimpulkan bahw a geni tal is w anita bert ambah dalam traktus

fertilisasi dapat

menaikkan kemungkinan

terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga sel aras dengan has il obs ervas i tersebut.
Laparotomi

Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan terjadinya abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus. M es kipun demiki an, s ering kali kis t a ovarii dan mio ma ber tangkai dapat diangkat pada w aktu kehami lan apab ila mengganggu ges t as i. Peritonitis dapat menambah besar kemungkinan abortus.
Trauma Fisik dan Trauma Emosional

Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian

embrio atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh

trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu s ebelum abortus . A bortus yang dis ebabk an oleh trauma emos ion al bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas.
Kelainan Uterus

Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul dalam proses perkembangan janin, defek duktus mulleri yang dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian dietilstilbestrol (DES). Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uterusyang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih bes ar kemungkin annya untuk meny ebabkan abortus . N amun demikian, leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila has il pemer iks aan klin is lainny a ternya ta nega tif dan his terogram menun jukkan adanya defek pengis i an dalam kavum endom etriu m. Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat meng ala mi ruptur pada keha milan berikutny a, s ebelu m atau s elam a persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akib at kompl ikas i pos tpartu m. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas . S elanju tnya keada an ini mengakib atkan am enore dan abortus habitu alis yang diyakin i terjad i akibat endom etriu m yang kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkompetensi serviks

Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang disertai dengan balloning membrane plasenta ke dalam vagina. 5

Faktor Paternal

H anya s edikit yang dike tahui ten tang peranan faktor patern al d a l a m proses timbulnya abortus spontan. Ya n g pasti, translokasi kromosom sperma dapat menimbulkan zigot yang mengandungt bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus 5,7
D. Pathogenesis

Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. P ada kehami lan antara 8 minggu s ampai 14 minggu vil li korial es men embus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumny a yang mu la-mu la dike luarkan s etelah ketuban pecah ada lah j anin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. 1,5,9
E. Gambaran klinis

Gejala

umum

yang

merupakan

keluhan

utama

berupa

p e r d a r a h a n pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus inkompletus. Sedangkan pada

abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga terjadi hipovolemik berat. 5,7 Diagnosis Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pem eriks aan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspekulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan. Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada kehamilan ektopik yang terganggu. P emeriks aan dengan menggun akan spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai. 4
F. Diagnosis banding

Abortus inkomplit dapat di diagnosis banding:


Abortus iminens

Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal inikeluarnya fetus masih dapat dipertahankan dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodik serta istirahat.Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukanapakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 berturutturut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
Kehamilan ektopik tuba

Kehamilan ektopik adalah kehamilan ovum yangdibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak normal, termasuk kehamilan servikal dan kehamilan kornual
Abortus mola

Adalah perdarahan pervaginam, yang muncul pada 20 minggu kehamilan biasanya berulang dari bentuk spotting sampai dengan perdarahan b a n y a k . Pada kasus dengan perdarahan banyak sering disertai dengan pengeluaran gelembung dan jaringan mola.14 Dan pada pemeriksaan fisik dan USG tidak ditemukan ballotement dan detak jantung janin.
G. Penatalaksanaan

Te r l e b i h d a h u l u d i l a k u k a n p e n i l a i a n m e n g e n a i k e a d a a n p a s i e n d a n diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dil akukan dengan menggunak an aspirasi teknik pembed ahan Induksi maupun abortus medis . dengan Teknik pembedahan dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara k u r e t a s e maupun vakum. t i n d a k a n m e d i s menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravena, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, diatas. Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuret as e s ering tidak dip erlukan. P ada banyak kas us , jaring an plas enta yang tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus u n t u k menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara 13 Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum ins ers i vagina, in jeks i parenter al maupun per oral, ant iproges teron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut

untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari

16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan:


Aspirasi

Va k u m

merupakan

metode

evakuasi

yang

terpilih.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 m g

intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu)
J ika kehami lan leb ih dari 16 minggu: Berik an infus oks itos in 20 uni t dalam 500 ml cair an intravena (garam

fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).


Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

Teknik kuretase dengan penyedotan (aspirasi vakum) sangat bermanfaat untuk mengosongkan uterus, dilakukan dengan menyedot isi uterus menggunakan k a n u l a y a n g terbuat dari bahan plastik atau metal dengan tekanan negatif. Tekanan negatif dapat menggunakan pompa vakum listrik atau dengan syringe pump 60 ml. Aspirasi vakum merupakan prosedur pilihan yang lebih aman jika dibandingkan dengan teknik kuretase tajam, digunakan pada kehamilan kurang dari 12 minggu, dapat dilakukan hanya dengan atau tanpa analgesia lokal pada serviks maupun analgesia sistemik sedang. Aplikasi aspirasi vakum bahkan dapat dilakukan sampai pada umur kehamilan 15 minggu, tergantung pada keterampilan dan pengalaman operator. Complete abortion rate spirasi vakum berkisar antara 95-100%. M etode ini m erupakan me tode pi lihan untuk menga tas i abor tus inkomplit. Evakuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu 3-10 menit. Sebelum melakukan tindakan kuretase, pasien, tempat dan alat kuretase disiapkan terlebih dahulu. Pada pasien yang mengalami syok, atasi syok terlebih dahulu. Kosongkan

kandung kencing, selanjutnya dapat diberikan anestesi (jika diperlukan). Lakukan pemeriksaan ginekologik ulang untuk menentukan besar dan bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan antisepsis pada ginitalia eksterna, v a g i n a d a n s e r v i k s . S p e k u l u m vagina dipasang dan selanjutnya serviks dipres entas ik an dengan ten akulum. U terus dis ondas e dengan hat i-hat i untuk menentukan besar dan arah uterus. Masukkan kanula yang sesuai dengan dalam kavum uteri melalui serviks yang telah berdilatasi (tersedia ukuran kanula dari 4 mm sampai 12 mm). Selanjutnya kanula dihubungkan dengan aspirator (60 Hg pada aspirator listrik atau 0,6 atm pada syringe). Kanula digerakkan perlahan-lahan dari atas kebawah dan sebaliknya, sambil diputar 360. Bila kavum uterisudah bersih dari jaringan konsepsi, akan terasa dan terdengar gesekan kanula dengan miometrium yang kasar, sedangkan dalam botol penampung jaringan akan timbul gelembung udara. Pasca tindakan tanda-tanda vital diawasi selama 15-30 m e n i t t a n p a a n e s t e s i d a n s e l a m a 1 - 2 j a m b i l a d e n g a n a n e s t e s i u m u m . Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan 1 - 2 minggu kemudian. P enat alaks ana aan abortus dengan tekn ik medis dibuktikan aman dan efektif. abortus Efikasi terapi mifepriston m etode ini dengan tid ak misoprostol me mberikan dilaporkan keuntungan sebesar yang 98% p a d a k e h a m i l a n t r i m e s t e r p e r t a m a a w a l . N a m u n d e m i k i a n , p a d a inkompl it, s ignifik an. Untuk m e n c a p a i e k s p u l s i s p o n t a n y a n g l e n g k a p d e n g a n t e r a p i p r o s t a g l a n d i n (misoprostol) diperlukan waktu rata-rata selama 9 hari. Regimen mefepriston, antiprogesteron digunakan secara luas, bekerja dengan cara mengikat reseptor progesteron, sehingga terjadi inhibisi efek progesteron untuk menjaga kehamilan. D os is yang digunakan 200 mg. K ombinas i s elanjutny a (36 - 48

ja m) dengan pemberian prostaglandin 800g insersi vagina

mengakibatkan

kontraksi uterus lebih lanjut yang kemudian diikuti dengan ekspulsi jaringan konsepsi. Efek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut yang dis erta i dengan perdarahan yang menyerup ai mens truas i namun dengan

fase yang memanjang, selama 9 hari bahkan dapat terjadi selama 45 hari. Kontraindikasi penggunaan obat-obat tersebut adalah pada keadaan dengan gagal ginjal akut, kelainan fungsi hati, perdarahan abnormal, perokok berat dan alergi.
H. Prognosis

Kecuali adanya inkompetensi serviks, angka kesembuhan yang terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan berkisar antara 70 dan 85% tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus inkomplit yang di evakuas i leb ih dini tanpa dis ert ai infeks i memb erikan prognos is yang baik terhadap ibu.5,9
I.

Komplikasi Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan s yok akiba t perdar ahan hebat dan terj adinya infeks i akib at retens i s is a has il kons eps i yang lam a didala m uterus . S inek ia intrau terin dan infert ili tas juga merupakan komplikasi dari abortus. Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi, seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang tidak lengk ap dan infeks i. K omplikas i ini m eningkat pada umur kehami lan set elah trimester pertama. Panas bukan merupakan kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang memadai segera dimulai.5 Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain:
Komplikasi Jangka pendek D apat

terjad i

refl eks

vagal

yang

meni mbulkan

muntah-

munt ah, bradikardi dan cardiac arrest


P erforas i uterus yang dapat dis ebabkan oleh s onde atau dila tato r. Bila

perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan as pirato r. S elan jutnya kavum uter i dibers ihkan s edapatny a. P as ien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.

Serviks

robek

yang

biasanya biasanya

disebabkan disebabkan

oleh sisa

tenakulum. jaringan satu

B i l a pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.


Perdarahan

yang

k o n s e p s i . Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi. Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah k o m p l i k a s i . Pengobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap k u m a n a e r o b i k m a u p u n a n a e r o b i k . B i l a d i t e m u k a n s i s a jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri setelah p e m b e r i a n antibiotika profilaksis minimal satu hari.
Komplikasi jangka panjang

Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena infeksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan:
Infertilitas

baik

karena

infeksi

atau

tehnik

kuretase

yang

s a l a h sehingga terjadi perlengketan mukosa (sindrom Ashennan)


Nyeri pelvis yang kronis

BAB III LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI SMF OBSTETRI RUMAH SAKIT RS ESNAWAN ANTARIKSA HALIM PERDANA KUSUMA

Nama Mahasiswa Nim

: Heriyanti : 11-2010-079

Dr. Pembimbing / Penguji: Dr. Zakaria Sp.OG IDENTITAS PASIEN Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat : Ny. Y : 34 tahun : perawat : D3 : islam : Mes sukisno/A4 dwikora Nama suami : Tn. Y Umur Pekerjaan Pendidikan Agama suku/bangsa Alamat : 36 tahun : karyawan : D3 : islam : minang/indonesia : Mes sukisno/A4 dwikora

Suku/bangsa : minang/Indonesia Tanggal masuk rumah sakit: 8 april 2012


I.

ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 23 april 2012 Jam : 14.30 WIB Keluhan utama Keluarnya darah dari vagina sejak 8 jam yang lalu Keluhan tambahan Tidak ada Riwayat perjalanan penyakit Pasien G4P1A2 hamil 9 minggu datang ke RS dengan keluhan keluarnya darah dari vagina sejak 8 jam yang lalu. Darah yang keluar berupa bercak-bercak darah yang berwarna merah tanpa disertai gumpalan darah yang semakin lama semakin bertambah. Keluhan nyeri, pusing, lemas, lendir, mules, keputihan dan trauma tidak ada. Setelah keluar darah dari vagina pasien minum transamin dan cygest suppositoria 4 jam yang lalu tetapi keadaan tidak membaik. Pasien mempunyai riwayat abortus dua kali pada kehamilan pertama dan kedua yang berumur 2,5 bulan karena ditemukan adanya ovum kosong. Suami pasien juga mempunyai riwayat varikokel sejak 3 tahun yang lalu dan pernah diperiksa spermanya kurang bagus. Pasien juga pernah melakukan pemeriksaan TORCH 3 tahun yang lalu dan hasilnya pun negatif. Pasien juga tidak memelihara binatang, tidak mengkonsumsi obat-obatan dan merokok serta tidak melakukan hubungan sekitar 1 bulan. Riwayat haid Haid pertama umur 15 tahun Siklus teratur, 28 hari dengan 3 kali ganti pembalut tetapi tidak penuh Lamanya haid 6 hari Riwayat perkawinan Sudah menikah Kawin 1 kali dengan suami sekarang sudah 5 tahun Riwayat obstetrik Kehamilan pertama : abortus atas indikasi BO

Kehamilan kedua : abortus atas indikasi BO Anak laki-laki 1 tahun Riwayat keluarga berencana Tidak ada Riwayat ANC Usia kehamilan 2 bulan baru 1x Riwayat penyakit dahulu Tidak ada Riwayat penyakit keluarga Tidak ada Riwayat penyakit kandungan Tidak ada
II. PEMERIKSAAN JASMANI 1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum Kesadaran Suhu Tekanan Darah Nadi RR Tinggi badan BB Keadaan gizi Kontak psikik Kelenjar limfe

: sedang : compos mentis : 360 C : 120 80 mmHg : 96x/menit : 20x/menit : 155 cm : 48 kg : cukup : wajar : tidak teraba membesar

Kulit Kepala Mata Hidung Telinga Leher Mulut/gigi Tenggorok Dada Bentuk Pembuluh darah Paru Inpeksi Bentuk dada Sela iga Jenis pernapasan Palpasi

: sawo matang : normosefali : konjungtiva anemis (-), ikterik (-) : deviasi septum (-), darah (-) : secret sedikit, discharge -/: benjolan (-) : kering (-), caries (-) : faring hiperemis (-)

: simetris : terlihat

: Normal : Normal : abdomino-thorakal

Kiri Sela iga: Fremitus: Nyeri : Bagian yang tertinggal: Perkusi Kiri Kanan Auskultasi : sonor : sonor Normal Kuat tidak ada tidak ada

kanan Normal kuat tidak ada tidak ada

Kiri Kanan Jantung: Inspeksi

: suara vesikuler : suara vesikuler

kiri Bentuk dada Sela iga Lesi kulit Warna kulit Ictus cordis Normal Normal tidak ada sawo matang terlihat

kanan Normal Normal tidak ada sawo matang tidak terlihat

Palpasi kiri sela iga ictus cordis fremitus Auskultasi kiri Bunyi jantung I-II Murmur Gallop Punggung Reflex Bisep Trisep Patella Achiles Reflex patologis regular tidak ada tidak ada : skoliosis (-). Lordosis(-) : Kanan + + + + Kiri + + + + kanan regular tidak ada tidak ada Normal sela iga 5 midclavicula kuat kanan Normal tidak ada kuat

Ekstremitas Pertumbuhan rambut Kumis Ketiak Pubis Betis


2. Payudara

: Oedem (-), fraktur (-), scar (-), varises (-) : Tersebar merata, panjang dan berwarna hitam : Tidak ada : Ada : Ada : Ada

Inspeksi: simetris, retraksi (-), dpeau orange (-) Palpasi: benjolan (-), cairan (-)
3. Pemeriksaan perut:

Inspeksi : simetris, striae gravidarum (+), distensi (-), Palpasi :Tinggi fundus tidak teraba, nyeri tekan (-)
III. PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK 1. Inspeksi

: vulva hiperemis, tampak darah berwarna merah disekitar vagina, edema (-), varises(-) : tidak dilakukan pemeriksaan : tidak dilakukan pemeriksaan

2. Dengan speculum 3. Pemeriksaan bimanual

IV. LABORATORIUM (data sekunder, diberikan sebelum pemeriksaan kasus)

Tidak ada
V. PEMERIKSAAN LAIN (10 maret 2012)

USG ditemukan tampak janin tunggal hidup, usia kehamilan 9 minggu, detak jantung janin sangat melemah.
VI. URAIAN MASALAH

Pasien G4P1A2 hamil 9 minggu datang ke RS dengan keluhan keluarnya darah dari vagina sejak 8 jam yang lalu. darah yang keluar berupa bercak-bercak darah yang berwarna merah tanpa disertai gumpalan darah, semakin lama semakin bertambah. keluhan nyeri, mules, lendir dan riwayat trauma. Pasien mempunyai riwayat abortus dua kali pada kehamilan pertama dan kedua yang berumur 2,5 bulan karena ovum kosong. Riwayat haid terakhir 28 januari 2012 . Suami pasien juga mempunyai riwayat varikokel sejak 3 tahun yang lalu dan pernah diperiksa spermanya kurang bagus. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, status obstetric pada abdomen terdapat Inspeksi simetris, striae gravidarum (+) dan palpasi tinggi fundus tidak teraba. Pada pemeriksaan ginekologik terdapat vulva hiperemis, tampak darah berwarna merah disekitar vagina. Pada USG ditemukan tampak janin tunggal hidup, usia kehamilan 9 minggu, detak jantung janin sangat melemah, detak jantung janin melemah. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang tidak ada.
VII. DIAGNOSIS

Abortus inkomplit
VIII. DIAGNOSIS BANDING

Abortus iminens Kehamilan ektopik tuba Abortus mola


IX. PENATALAKSANAAN

IVFD RL 16 tetes/menit Puasa Kuretase dengan GA Ciprofloxacin 2 x 500 mg Asam Mefenamat 3 x 500 mg Hemafort 1 x 1 Tindak lanjut:

Pasien dipulangkan dalam 24 jam dengan syarat tanda-tanda vital sudah stabil, tidak ada

syok, kesadaran membaik, perdarahan berkurang.


Kontrol ke poliklinik 1 minggu X. PROGNOSIS

Dubia ada bonam

BAB IV ANALISIS KASUS


Seorang wanita berumur 34 tahun datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 8 jam yang lalu, perdarahan dikatakan berwarna merah tanpa disertai gumpalan-gumpalan darah semakin lama semakin bertambah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. pemeriksaan abdomen fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, tanda cairan bebas tidak ada, massa tidak ada. Pada pemeriksaan ginekologik terdapat vulva hiperemis, terdapat darah disekitar vagina. Pada pemeriksaan USG terdapat tampak janin tunggal dengan detak jantung sangat melemah serta usia kehamilan 9 minggu. Berdasarkan data anamnesis tersebut, maka dapat dipikirkan adanya kecurigaan terhadap gejala abortus, terlebih lagi pasien sedang dalam masa reproduksi. Berdas arkan gambar an klin is yang je las inilah kemud ian dapat ditegakkan diagnosanya menjadi abortus inkomplit. Walaupun demikian jika hanya dari anamnesa saja mungkin cukup sulit untuk dapa t yakin bahw a i tu merupakan s uatu abortus inkompli t oleh karena adanya keluhan perdarahan pervaginam pada kehamilan muda, selain abortus inkomplit perlu juga dipikirkan kemungkinan lain seperti: kehamilan ektopik, mola hidatidosa, dan kehamilan dengan kelainan pada pelvis. Untuk abortus itu s endiri, mas ih harus dipik irkan berdas arkan mek anis menya apak ah abortus provokatus oleh karena penatalaksanaannya yang berbeda. Kemungkinan lainnya yang harus disingkirkan adalah kehamilan ektopik, namun pada kehamilan ektopik, nyeri merupakan keluhan utamanya. Apalagi jika sudah terjadi kehamilan ektopik terganggu. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua yang dapat menandakan kematian janin, dimana perdarahan tidak banyak dan berwarna coklat tua. Meskipun gejala klinisnya dapat bervariasi dari perdarahan yang banyak dan tiba-tiba dalam rongga perut sampai gejala yang tidak jelas, ada trias klasik yang sering didapatkan yaitu, amenore, perdarahan dan nyeri abdomen. spontan atau abortus

Sedangkan kemungkinan yang paling jauh yang dapat dipikirkan adalah adanya suatu mola hidatidosa. Yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah keha mil an yang berkembang tidak waj ar, dim ana t idak dit emukan janin dan hampir seluruh vili korealis mengalami perubahan hidrotik. Pada mola perdarahanmerupakan gejala utama, dimana sifat perdarahannya bisa intermitten, sedikit- sedikit atau sekaligus banyak yang dapat menyebabkan syok. Pada kasus dengan perdarahan yang banyak sering dis ertai dengan pengeluar an gele mbung dari jaringan mola. Pada pemeriksaan fisik, besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan (50% kasus menunjukkan besar uterus lebih dari usia kehamilansesungguhnya), tidak ditemukan balotement dan denyut jantung janin. Selain itu pada permulaan kehamilan biasanya pasien mengalami hiperemesis gravidarum, mual, muntah pusing dengan derajat keluhan yang lebih berat. Perkembangan kehamilan adalah lebih pesat sehingga pada umumnya didapatkan uterus lebih besar dari umur kehamilan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan tes kehamilan, dan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan Hb yang rendah akibat dari perdarahan yang bermakna. Hitung sel darah putih dan laju endap darah meningkat bahkan tanpa adanya infeksi. Menurunnya atau kadar plasma yang rendah dari -hCG adalah penanda kehamilan abnormal, baik blighted ovum, abotus spontan, ataupun kehamilan ektopik. Tetapi pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. B erdas arkan ura ian diatas maka di agnos is nya cend erung mengarah ke abortus inkomplit, karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologik jelas didapatkan gejala klinis yang sesuai dengan abortus inkomplit. Adanya diagnosis banding yaitu abortus iminens, kehamilan ektopik dan mola dapat disingkirkan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hematologi rutin yaitu untuk mencari terutama kadar hemoglobin yang bertujuan dengan mengetahui adanya kadar hemoglobin dibawah normal berarti pasien dalam keadaan anemia yang salah satunya dapat disebabkan oleh adanya perdarahan banyak. Pada kasus ini hasil dari laboratorium darah rutin tidak diperiksa karena perdarahan tidak terlalu banyak, sehingga tidak perlu ditakutkan adanya keadaan anemi. Pemeriksaan penunjang lainnya, USG dapat pula menyingkirkan adanya kehamilan ektopik atau suatu mola hidatidosa. Sedangkan pada kasus mola, dengan pemeriksaan USG, menunjukkan gambaran yang khas yaitu berupa badai salju ( snow flake pattern). Pada

kasus ini pemeriksaan USG dikerjakan, karena secara klinis diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan dan USG sudah dilakukan sebelumnya di poliklinik. FAKTOR PREDISPOSISI ATAU ETIOLOGI M ekanis m e pas ti yang bertanggung jaw ab at as peris tiw a abortus tidak selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigo t atau oleh penyaki t s is t emik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh faktor paternal seperti translokasi kromosom. Berdasarkan anamnesis kejadian abortus ini adalah kejadian yang ketiga kalinya. Penyebab terjadinya abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat dipastikan. Penyebab lain yang dapat dipertimbangkan adalah faktor nutrisi, faktor paternal, riwayat trauma, riwayat koitus, serta paparan obat-obatan dan toksin lingkungan. Pada kasus abortus inkomplit ini mungkin dapat lebih diperdalam lagi sehingga dapat diketahui etiologinya (eksplorasi kausa). Disamping itu, faktor-faktor lainnya juga harus ditelusuri seperti ada tidaknya kelainan pada plasenta(end arteritis vili korealis yang dapat dipicu oleh karena hipertensi menahun) serta adanya penyakit pada ibu antara lain pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan anemia berat, yang juga dapat menyebabkan abortus. Ini sangatlah perlu untuk memahami faktor-faktor resiko tersebut sehingga dapat membantu memberikan konseling kepada pasien. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada pasien merupakan komponen penting untuk memberikan penjelasan yang benar dan dapat dipahami oleh pasien tentang apa yang dialami. Oleh karena itu dapat dianjurkan kepada pasien untuk dilakukannya eksplorasi kausa. Secara garis besar, terjadinya suatu abortus dapat disebabkan oleh keadaan dari hasil konsepsi itu sendiri (zygote), adanya penyakit kronis dan infeksi yang diderita oleh ibu, pengaruh lingkungan misalnya lingkungan fisik (paparan radiasi tertentu, infeksioleh TORCH) atau adanya riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang bersifat teratogenik dan adanya trauma fisik. Selain itu adanya gangguan hormonal/endokrin juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang berpengaruh. Disamping itu juga perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan pada uterus berupa kelainan hormonal yang mempengaruhi endometrium, kelainan oleh karen a faktor mekanik (adany a mio ma s ubmukus ) s erta ke lainan anato mis (serviks inkompeten, uterus bikornu, uterus arkuatus, dan lain-lain).

Jika ada kecurigaan bahwa penyebabnya adalah kelainan pada zigot dimana defeknya bersifat genetikal maka usaha eksplorasinya bisa berupa pemeriksaan kromosom (kariotype) karena mungkin saja kelainan genetik pada zigot ternyata berasal dari gen-gen mutasi baik dari ibu ataupun ayah. Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya cukup tinggi. Selain itu pemeriksaan patologi anatomi jaringan akan mengetahui apakah ada tidaknya suatu keganasan. Namun pada kasus abortus inkomplit ini tidak dilakukan pemeriksaan PA. Adanya penyakit infeksi akut (pneumonia, malaria) atau penyakit kronis (diabetes mellitus, Hipertensi kronis, penyakit liver/ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik dan terperinci. Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Hal ini penting sebagai data dasar untuk nantinya dapat membantu dalam menghubungkan dengan kejadian ROB. Ketidakjelasan secara klinis adanya diabetes melitus atau gangguan kronis pada hepar atau ginjal dapat dibantu dengan pemeriksaan gula darah acak/ 2 jam pp, tes fungsi hati/ LFT (AST/ALT) maupun tes fungsi ginjal/ RFT (BUN/SC). Untuk eksplorasi penyebab, pemeriksaan- pemeriksaan diatas dapat dikerjakan. Jika ingin mengetahui pengaruh faktor lingkungan, maka perlu ditanyakan tentang lingkungan tempat tinggal ibu, mungkin ada tidaknya riwayat menjalankan radioterapi, maupun lingkungan kerjanya. Ada tidaknya binatang seperti kucing yang dianggap sebagai vektor penularan TORCH, penting juga diketahui. Oleh karena itu boleh disarankan pemeriksaan serologis TORCH untuk mengetahui titer antibodi terhadap virus ini. Demikian juga penggunaan obatobatan tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu faktor yang berperan. A danya kel ainan anatom is pada uterus mis alnya s erviks inkompet en (mudah berdilatasi) atau kelainan bentuk uterus (bikornus) dapat diketahui dari pemeriksaan USG, HSG (histerosalfingografi), histeroskopi, dan laparoskopi (prosedur diagnostik). Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan laboratorium terhadap penyakit kelamin, USG. Infeksi dari kelamin juga dapat menyebabkan abortus karena kebanyakan infeksi kelamin pada wanita bersifat asimtomatik sehingga memerlukan eksplorasi yang leb ih lanjut. D ari pem eriks aan U SG s ekaligus juga dapat meng etahu i adanya suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan

salah satu faktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada pas ien ini m aka perlu dieks ploras i lebih jauh meng enai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya Riwayat Obstetri Buruk pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan operasi. PENATALAKSANAAN Pada kasus ini pada saat pasien masuk RS keadaan umumnya stabil, dan tidak didapatkan tanda-tanda syok. Sehingga pasien ini dapat dilakukan kuretase dan diberikan medikamentosa berupa antibiotika, analgetika dan uterotonika. Yang penting setelah tindakan adalah observasi dua jam setelah kuretase untuk monitoring vital sign dan adanya keluhan. Maka dari itu adanya komplikasi seperti perdarahan ringan sampai berat, infeksi, dan kelainan fungsi pembekuan darah dapat dihindari. Mengingat komplikasi tindakan ini cukup banyak, maka perlu dilakukan dengan pros edur yang benar dan hat i-hat i untuk mengur angi res iko ters ebut seminimal mungkin. Adapun penanganan kasus ini adalah dengan kuretase. Keadaan pasien stabil dan diberikan pengobatan Ciprofloxacin untuk terapi karena tindakan yang invasif pada kuretase dapat menyebabkan infeksi, Asam Mefenamat untuk mengurangi nyeri. Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik dan dipulangkan 24 jam setelah kuretase. Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian untuk mengetahui perkembangan penderita KIE merupakan hal yang sangat penting didalam kasus ini dimana yang harus dititik beratkan adalah tentang diagnosis penyakitnya, tindakan apa yang dilakukan terhadap penyakitnya tersebut, komplikasi apa yang terjadi bila dilakukan kuretase atau tidak (komplikasi jangka pendek atau panjang), rencana tentang kehamilan yang berikutnya (3 sampai dengan 6 bulan KB, persiapan untuk faktor anatomi dan psikologis ibu), kontrol atau evaluasi terhadap tindakan (febris, nyeri) dan yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab abortus (untuk persiapan kehamilan beikutnya), disamping itu juga terhadap faktor social dimana harap an mas ih bis a ham il lag i, prognos is abortus yang beru lang at au tidak.

Prognosis Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik, dubia ad bonam karena dengan kuretase berhasil mengeluarkan semua sisa jaringan sehingga resiko perdarahan menjadi sangat minimal, setelah observasi dua jam pasca kuretase tidak didapatkan keluhan dan keadaan umum pasien stabil. Selain itu pada pasien ini tidak didapatkan adanya penyulit atau komplikasi yang berbahaya misalnya perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.

BAB V KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus wanita 34 tahun, hamil muda 9 minggu yang mengalami perdarahan pervaginam. Penatalaksanaan awal pada kasus abortusa dalah melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien dan selanjutnya diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Untuk mengurangi resiko perdarahan dan komplikasi lain yang mungkin timbul, maka pada kasus abortus inkomplit ini dilakukan pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase, kemudian diberikan medikamentosa seperti golongan uterotonika, antibiotika dan analgetik. Dari hasil pemeriksaan klinis didiagnosis dengan abortus inkomplit. Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik dan dipulangkan 24 jam setelah kuretase. Penderita diberikan obat per oral yaitu Ciprofloxacin 3x500, Asam Mefenamat 3x500 mg dan hemafort 1 x 1. Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian untuk mengetahui perkembangan penderita. Abortus inkomplit yang dievakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik

DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :Wiknjosastro

GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan.Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 - 312.2.
2. Pedoman Diagnosis Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obs te tri

dan

G inekologi of

F akul tas

K edokteran of

Univ ers itas

U dayana

RS Sanglah

Denpasar. 2003.
3. M inis try

H ealth

Republi c 2003.

Indones ia.

Indones ia

Reproduct ive at:

H eal th P r o f i l e Accessed January 08,2006.4.

2 0 0 3 . Av a i l a b l e

http:/w3.whosea.org/LinkFiles/Reproduc-tive_Health__Profile_RHP-Indonesia.pdf.
4. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,Wenstrom

KD, editors. William Obsetrics. 22nded. USA : The McGraw-HillsCompanies, Inc ; 2005 : p. 231-247.5 .
5. A b o r t i o n . I n : L e v e n o K J , e t a l l . W i l l i a m s M a n u a l o f O b s t e t r i c s .

U S A : McGraw-Hill Companies, 2003 : p. 45 556.


6. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all. Novak's

Gynaecology. 13 th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.7.


7. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus

Abortion. AAFP Home Page>New & Publications>Joumals>American Family Physician. October 012005;72;1.8.
8. Rand

SE.

Recurrent

spontaneous

abortion:

evaluation

and

management.

In:

AmericanFamilyPhysician.December1993.http://www/findarticles.com/p/articles/mi_m3255/ is _n8_v48/ai_14674724/pg_1 9. D is order of Early P regnancy (ectop ic, mis carr iage, G TI) In : Campbe ll S , Monga A, editors. Gynaecology. London : Arnold, 2000 ; p. 102-6.

10. Lindsey.J.L. Missed Abortion. Available from htpp ://www.emedicine.com/med/topic last update : agust, 2007 11.S aifudin A B, Wiknjos as tro GH, A ffandi B, Was podo D. B uku P anduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.12. 12.Wiknjos as tro GH, S aifflidin A B, Rachi madhi T. Ilmu Bedah K ebidan an. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000 13.Valley.V.T.Abortion,Incomplete.In:Emedicine.http://www.emedicine.com/emerg/obstetrics_and_gynecology.htm: last updated: agustus 2007

Anda mungkin juga menyukai

  • VITILIG1
    VITILIG1
    Dokumen21 halaman
    VITILIG1
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Vitiligo
    Vitiligo
    Dokumen1 halaman
    Vitiligo
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Lepra
    Lepra
    Dokumen7 halaman
    Lepra
    Dita Udayani
    Belum ada peringkat
  • KET
    KET
    Dokumen38 halaman
    KET
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • PR Hifema
    PR Hifema
    Dokumen6 halaman
    PR Hifema
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Cover Kista
    Cover Kista
    Dokumen1 halaman
    Cover Kista
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Askep Hifema
    Askep Hifema
    Dokumen12 halaman
    Askep Hifema
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • KET
    KET
    Dokumen38 halaman
    KET
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Ikterus Neonatorum
    Ikterus Neonatorum
    Dokumen21 halaman
    Ikterus Neonatorum
    T. Mirzal Safari
    100% (8)
  • Status N Tinjauan Pustaka Partus Spontan
    Status N Tinjauan Pustaka Partus Spontan
    Dokumen15 halaman
    Status N Tinjauan Pustaka Partus Spontan
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • DOSIS OBAT
    DOSIS OBAT
    Dokumen21 halaman
    DOSIS OBAT
    Hadiyanto Tiono
    100% (2)
  • COver Pencegahan Foodborne Diseases
    COver Pencegahan Foodborne Diseases
    Dokumen1 halaman
    COver Pencegahan Foodborne Diseases
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Revisi Status Psikiatrik Kelompok III
    Revisi Status Psikiatrik Kelompok III
    Dokumen17 halaman
    Revisi Status Psikiatrik Kelompok III
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Mioma
    Laporan Kasus Mioma
    Dokumen21 halaman
    Laporan Kasus Mioma
    Taufik Abidin
    100% (25)
  • Refrerat Peny Kulit by
    Refrerat Peny Kulit by
    Dokumen22 halaman
    Refrerat Peny Kulit by
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Disosial
    Gangguan Disosial
    Dokumen25 halaman
    Gangguan Disosial
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Refrat Kusta Lepra
    Refrat Kusta Lepra
    Dokumen32 halaman
    Refrat Kusta Lepra
    miq_mouse
    Belum ada peringkat
  • Serotinus
    Serotinus
    Dokumen20 halaman
    Serotinus
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen50 halaman
    Presentasi Kasus
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jiwa
    Tugas Jiwa
    Dokumen6 halaman
    Tugas Jiwa
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Kasus Kelompok 2
    Kasus Kelompok 2
    Dokumen56 halaman
    Kasus Kelompok 2
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Cuplikan Wawancara
    Cuplikan Wawancara
    Dokumen5 halaman
    Cuplikan Wawancara
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Referat PTSD
    Referat PTSD
    Dokumen19 halaman
    Referat PTSD
    Goldy Siuray
    Belum ada peringkat
  • Status Psikiatri Kelompok 3
    Status Psikiatri Kelompok 3
    Dokumen16 halaman
    Status Psikiatri Kelompok 3
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Kel 2
    Kel 2
    Dokumen53 halaman
    Kel 2
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Kasus Kelompok
    Kasus Kelompok
    Dokumen48 halaman
    Kasus Kelompok
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Kasus Kelompok
    Kasus Kelompok
    Dokumen48 halaman
    Kasus Kelompok
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • Refrat RSKO - Desomorfine
    Refrat RSKO - Desomorfine
    Dokumen19 halaman
    Refrat RSKO - Desomorfine
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat
  • S
    S
    Dokumen2 halaman
    S
    Hadiyanto Tiono
    Belum ada peringkat