Anda di halaman 1dari 6

INTERAKSI OBAT Interaksi obat adalah efek suatu obat yang berubah oleh adanya obat lain, makanan,

minuman atau beberapa agen kimia lingkungan. Interaksi obat dapat disebabkan oleh : Polymedicine, Polypharmacy, dan Self medicine. Efek interaksi obat dibagi menjadi : 1. Sinergisme (meningkatkan) a. Aditif / sumasi : efek yang dihasilkan adalah jumlah aljabar efek masing-masing obat (2+2=4). b. Potensiasi : efek yang dihasilkan lebih kuat dari aljabar efek masing-masing obat (2+2>4). 2. Antagonisme (menurunkan) a. Kompetitif : penghambatan terjdi melalui reseptor yang sama. b. Non-kompetitif : penghambatan terjadi melalui reseptor yang beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat : 1. Faktor pasien Meliputi umur, genetic, penyakit, fungsi hati, konsentrasi protein, darah, pH urin, diet. 2. Faktor obat Meliputi dosis, polifarmasi, bentuk sediaan obat, durasi terapi, pemberiaan obat, urutan pemberiaan obat. Mekanisme interaksi obat, terbagi menjadi : 1. Pharmaceutical (incompatibilitas) 2. Pharmakokinetik 3. Pharmakodinamik

INTERAKSI PHARMACEUTICAL (INCOMPATIBILITAS) Adalah proses formulasi dan pencampuran obat. Interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan), anatara obat-obat yang tidak dapat dicampur (incompatible). Interaksi tersebut dapat menyebabkan : a. Physical incompatibility Pengendapan Adalah obat yang kurang larut air dalam larutan aqueous solubility Salting out Adalah penurunan kelarutan non elektrolit dan ion-ion organic hydrated yang kuat, di dalam elektrolit kuat (ex. Na+, Cl-, K+). Complexation Perubahan warna Gas evolution Adalah molekul yang mengandung Na2CO3 atau bikarbonat dalam formulasinya dengan obat-obat yang bersifat asam. b. Chemical incompatibility Perubahan molecular Rearrangement mengendap. konsentrasinya < saturation

Contoh interaksi pharmaceutik yang penting adalah interaksi antar obat suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infuse. Hal tersebut disebabkan banyak obat suntik yang tidak compatible dengan berbagai obat suntik lain. Ex. Penicillin G akan mengalami inaktivasi bila dicampur dengan vitamin C.

INTERAKSI PHARMAKOKINETIK Interaksi ini terjadi apabila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresi terhadap obat kedua, sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Sehingga akan menyebabkan peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi pharmakokinetik tidak dapat diektrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, walaupun struktur kimianya mirip, karena antar obat segolongan memiliki variasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan sifat-sifat farmakokinetiknya berbedabeda. a. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna (secara oral) Interaksi langsung Contoh : Tetrasiklin dan kation seperti kalsium akan membentuk ikatan garam yang tidak larut sehingga kadar tetrasiklin plasma menurun. Perubahan pH cairan saluran cerna Cairan saluran cerna yang alkalis (ex. Akibat antasid) akan meningkatkan kelarutan (disolusi) obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut, contoh : aspirin. Dengan meningkatnya kecepatan disolusi, maka akan mempercepat absorpsinya. Akan tetapi, suasana alkalis tersebut akan mengurangi kelarutan (disolusi) beberapa obat yang bersifat basa, contoh : tetrasiklin. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus Usus halus merupakan tempat absorpsi utama untuk semua jenis obat termasuk obat yang bersifat asam. Di usus halus, absorpsi terjadi lebih cepat daripada di lambung. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai di usus halus maka makin cepat pula absorpsinya. Semakin pendek waktu pengosongan lambung, maka makin cepat absorpsi obat lain. Penting : kecepatan pengosongan lambung tidak mempengaruhi atau mengubah bioavabilitas obat. Karena kecepatan pengosongan lambung hanya mempengaruhi kecepatan absorpsi bukan jumlah obat yang di absorpsi. Semakin pendek waktu transit dalam usus, maka makin sedikit jumlah obat yang di absorpsi dan akan makin rendah bioavabilitasnya. Kompetisi untuk metabolisme absorpsi aktif Makanan berlemak akan meningkatkan absorbs obat-obatan yang larut dalam lemak (misalnya griseofulvin ).

Perubahan flora usus Flora normal usus berperan dalam : a. Sintesis vit.K dan merupakan sumber vit.K. b. Sebagian memetabolisme obat. c. Hidrolisis glukuronid yang diekskresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat. Pemberian antibiotic berspektrum lebar (ex.tetrasiklin) akan mengubah flora normal usus. Akibatnya akan meningkatkan efektivitas anti koagulan oral (antagonis vit.K) yang diberikan bersama.

Efek toksik pada saluran cerna Terapi kronik dengan asam mefenamat, neomisin, dan kolkisin menimbulkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain. Ex : kolkisin dan vit.B12 menyebabkan akan terjadinya gangguan absorpsi obat.

b. Interaksi dalam distribusi Interaksi dalam ikatan protein plasma Obat yang bersifat asam akan berikatan dengan albumin; sedangkan obat yang bersifat basa akan berikatan dengan asam 1-glikoprotein. Dikarenakan jumlah protein plasma terbatas, maka akan terjadi kompetisi antara obat yang bersifat asam dengan yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. Contoh : fenilbutazon akan meningkatkan efek antikoagulan warfarin sehingga akan terjadi pendarahan yang hebat. Interaksi dalam ikatan jaringan Contoh : antara digoksin dan kunidin. Kunidin akan menggeser digoksin dari tempat ikatan jaringan sehingga toksisitas digoksin meningkat.

c. Interaksi dalam metabolisme Interaksi pada proses metabolisme terjadi karena adanya pengaruh pada beberapa enzim mikrosomal (MFO = oksigenase yang berfungsi campuran atau system sitokrom P-450), sehingga metabolisme obat berubah. Perubahannya bisa berupa suatu induksi atau inhibisi. Induksi terjadi karena adanya sintesis protein baru dan menghasilkan percepatan substrat.

Metabolisme dipercepat (induksi) Obat-obat yang termasuk inductor enzim mikrosomal : obat yang larut lemak, DDT dan gamekson, etanol, rifampisin, aspirin, rokok dan makanan panggang arang, dll. Contoh : metabolism warfarin akan ditingkatkan oleh beberapa inductor enzim (ex.rifampisin) yang mengakibatkan antikoagulasinya menurun.

Metabolisme dihambat (inhibisi) Obat-obat yang termasuk inhibitor enzim mikrosomal : kloramfenikol, fenilbutazon, simetidin, CO, dll. Contoh : metabolism fenitolin dihambat oleh fenilbutazon akan mengakibatkan terjadinya intoksikasi fenitoin

d. Interaksi dalam ekskresi Interaksi pada proses ekskresi terjadi melalui mekanisme : 1. Pengaruh akan transport aktif (persaingan system transport oleh asam lemah). Sehingga akan menurunkan eliminasi obat. 2. Pengaruh pada difusi pasif (perubahan pH urin). Sehingga akan mempengaruhi eliminasi asam / basa lemah. 3. Penurunan toksisitas renal oleh diuretika. 4. Penurunan eliminasi obat melalui stimulasi ekskresi empedu. 5. Peningkatan ekskresi obat melalui pengikatan dalam traktus gastro-intestinal.

INTERAKSI FARMAKODINAMIK Adalah interaksi antara obat yang bekerja pada system reseptor,tempat bekerja atau system fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif,sinergistik, atau antagonistic. Interaksi farmakodinamik dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat memang berdasarkan persamaan efek farmakodinamiknya. Terdiri dari : 1. Interaksi pada target organ yang sama a. pada reseptor yang sama Hasil : aditif atau antagonism kompetitif b. pada reseptor yang beda Hasil : potensiasi atau antagonism nonkompetitif 2. Interaksi pada target organ yang berbeda Potensiasi efek antihipertensi diuretika ( berefek langsung vasodilatasi ) terhadap reserpin ( penurunan tonus simpatis ).

Anda mungkin juga menyukai