Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan IgM Salmonella Tanggal praktikum : Sabtu, 27 April 2013 I.

Tujuan Untuk mendeteksi adanya antibodi anti O9 Salmonella typhi pada serum yang diperiksa. II. Metode Metode yang digunakan adalah Inhibiton Magnetic Binding Immunoassay (IMBI) III. Prinsip Mendeteksi keberadaan antibodi anti O9 dalam serum pasien dengan menilai kemampuannya menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen yang terdapat dalam reagen warna coklat dan antibodi dalam reagen warna biru. Tingkat penghambatan yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi lgM S. typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna. IV. Dasar Teori

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di negara berkembang. Penyakit ini biasanya mewabah pada musim hujan. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi . Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Penularan penyakit ini melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman Salmonella .Gambaran klinis demam tifoid seringkali tidak spesifik terutama pada anak sehingga dalam penegakan diagnosis diperlukan konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
Pemeriksaan laboratorium yang selama ini banyak dilakukan adalah pemeriksaan serologis yaitu Widal tes. Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam typhoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella ( lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella ( Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik lebih sensitive, dan lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman S.almonella typhi. aplikomgustipangestu.blogspot.com

2012

Pemeriksaan anti Salmonella typhi IgM dengan reagen Tubex TF dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri Salmonella typhi. Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi lgM tersebut dalam menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel partikel lateks magnetik (reagen warna coklat) dan monoklonal antibodi berlabel lateks warna (reagen warna biru), selanjutnya ikatan inhibasi tersebut diseparasikan oleh suatu daya magnetik. Tingkat inhibasi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi lgM Salmonella typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna. Alat, Bahan Dan Reagen 5.1 Alat 1. Mikropipet adjustable 1-50 l 2. Stopwatch 3. Scale colour 5.2 Bahan 1. Sampel Serum 2. Reactive well strip TUBEX 3. Sealing tape TUBEX 4. Yellow tip 5.3 Reagen TUBEX TF 1. Brown reagent 2. Blue reagent 3. Kontrol negatif

4. Kontrol positif (Exd : Desember 2013) (Suhu penyimpanan 2-80C) VI. Cara Kerja 1. Alat dan bahan disiapkan dan dikondisikan pada suhu ruang. 2. Reaction well strip ditempatkan di atas meja, nomor sumur diletakkan menghadap ke depan (strip jangan ditempatkan pada skala warna dahulu). Brown reagent ditambahkan 45 l pada setiap sumur. 3. Kontrol positif, kontrol negatif, dan sampel serum ditambahkan 45 l pada sumur yang sesuai. 4. Secara hati-hati dihomogenkan dengan cara dipipet ke atas dan ke bawah 10 kali. Pencampuran yang merata sangat penting dan hindari terbentuknya gelembung (busa). Digunakan tip baru untuk setiap sampel. 5. Inkubasi dilakukan selama 2 menit. 6. Blue reagent ditambahkan 90 l pada setiap sumur. 7. Reaction well strip ditutup dengan sealing tape. Tekan sealing tape untuk mencegah kebocoran. 8. Langkah penghomogenan: a) Reaction well strip dipegang pada salah satu ujung dengan ibu jari dan jari telunjuk. b) Reaction well strip dimiringkan horizontal (90) untuk menempatkan permukaan sumur secara maksimal untuk pencampuran. c) Reaction well strip dikocok secara cepat kedepan kebelakang selama 2 menit. Dipastikan seluruh isi mengalir mengenai permukaan sumur.

9. Reaction well strip ditempatkan pada skala warna. Pemisahan dibiarkan selama 5 menit untuk mendapatkan supernatan yang jelas. VII. Interpretasi Hasil Nilai 2 Interpretasi Negatif tidak ada indikasi demam typhoid saat diperiksa. Hasil seperti kontrol negatif. 3 Hasil tidak meyakinkan. Ulangi analisis. Jika masih tidak meyakinkan, ulangi sampling pada hari berikutnya. 4 6-10 Positif lemah. Mengindikasikan demam typhoid saat diperiksa. Positif. Terindikasi kuat mengalami demam typhoid saat diperiksa. Hasil seperti kontrol positif. Indeterminate Tidak ada nilai jelas yang diperoleh karena : (tidak menentu) 1. Prosedur kerja yang tidak sesuai. Ulangi analisis. 2. Kualitas sampel yang buruk. Ulangi sampling dan analisis.

PEMBAHASAN Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi lgM. Pemeriksaan ini lebih spesifik lebih sensitive, dan lebih praktis untuk
deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella typhi. Secara imunologi, antibodi anti O9 bersifat imunodominan. Antbodi anti O9ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon terhadap antbodi anti O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 23 untuk infeksi sekunder. Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengunakan metode IMBI dengan prinsip.. Pemeriksaan IgM salmonella dilakukan dengan menggunakan 3 macam
komponen, sensitivitas. 2. Brown reagen, yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S. typhi O9 3. Blue reagen, yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09. Prosedur pemeriksaan IgM salmonella yaitu pertama kali dilakukan dengan menambahkan 45 l brown reagen pada reaction well strip dan kemudian ditambahkan dengan control negative, control positive dan serum sebanyak 45 l. Dilakukan penghomogenan dengan cara menaik turunkan menggunakan mikropipet dan diusahakan agar tidak busa karena busa dapat mempengaruhi hasil pembacaan. tidak. Penggunaan reagen control positif dan negative bertujuan untuk meliputi : 1. Tabung berbentuk V/reaction well strip, yang berfungsi untuk meningkatkan

mengetahui apakah reagen yang digunakan pada kit dalam keadaan baik atau

Untuk mengetahui apakah kit yang digunakan dalam kondisi baik maka pada hasil

pemeriksaan ini, kontrol negatif harus bernilai 2 dan kontrol positif harus bernilai 8. Selanjutnya dilakukan tahap inkubasi selama 2 menit, tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengoptimalkan reaksi antara antigen pada brown reagen dan antibodi dalam serum pasien. Lalu ditambahkan Blue reagen sebanyak 90 l melalui dinding dengan maksud agar tidak terdapat busa/gelembung dan rection well strip ditutup dengan sealing tape yang berfungsi agar campuran yang terdapat pada reaction well strip tidak tumpah pada saat dihomogenkan oleh karena itu penting diperhatikan penutupan dengan sealing tape ini agar dalam keadaaan tertutup rapat dan tidak terdapat bagian yang longgar atau bergelombang. Untuk penghomogenan dilakukan dengan cara memiringkan reaction well strip secara horizontal (90 derajat) dan dilakukan pengocokan terhadap well strip dengan cepat selama 5 menit sehingga diperoleh campuran dalam reaction well strip yang merata.
Reaction well strip kemudian diletakkan pada scale color yang mengandung magnet dan didiamkan selama 5 menit. Hasil dilakukan dengan pengamatan secara makroskopis yag bersifat subjective dengan membandingkan warna yang

terbentuk dengan skala warna yang telah terdiri dari warna merah muda (score 0) sampai warna biru pekat ( score 10). Pembentukan warna yang tejadi pada pemeriksaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika serum tidak mengandung antibodi anti O9, reagen brown akan bereaksi degan blue. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (scale color), komponen mag-net yang dikandung reagen brown akan tertarik pada magnet , dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen blue. Sebagai akibatnya, terlihat warna merah muda pada reaction well strip. Sebaliknya, bila serum mengandung antibodi anti O9, antibodi pasien akan berikatan dengan reagen brown kemudian sisa brown reagen akan berikatan dengan blue reagent kemudian parktikel brown reagen dan blue reagen akan tertarik pada magnet dan memberikan warna biru pada larutan. Semakin pekat warna biru yang dihasilkan disebabkan oleh semakin sedikitnya blue reagent yang berikatan dengan brown reagen karena tingginya jumlah antibodi anti o9 dalam serum yang bereaksi dengan brown reagent. Dari pemeriksaan IgM Salmonella typhi dengan Tubex TF terhadap sampel serum Tubex + diperoleh hasil positif dengan score 10 yang menunjukkan warna biru pekat.

Pemeriksaan Anti Salmonella Typhi Igm Tubex Tf memiliki kelebihan dibandingkan dengan pemeriksaan widal diantaranya dapat Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam, Mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella ( > 95 % dan > 93%), Hanya dibutuhkan sample darah sedikit, dan Hasil dapat diperoleh lebih cepat. Sedangkan kelemahannya yaitu biaya pemeriksaan dengan reagen Tubex Tf masih tergolong mahal sehingga belum terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah secara umum.

Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Ketepatan dalam pemipetan 2. Bahan pemeriksaan sebaiknya berasal dari serum dan plasma heparin dan jangan menggunakan plasma EDTA atau sodium citrate. 3. Sampel serum tidak boleh dalam keadaan hemolisis dan lipemik. 4. Waktu pengambilan sampel pemeriksaan. 5. Proses/Prosedur pemeriksaan dilakukan secara baik dan benar. 6. Semua komponen yang digunakan harus disuhu ruangkan terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai