Anda di halaman 1dari 25

I. BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan diberlakukannya Undang-Undang (UU) No.

22/1999 tentang Otonomi Daerah (Otda) adalah untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peranserta atau partisipasi masyarakat, dan meningkatkan sumbersumber dana dalam rangka penyelenggaraan pendidikan. Mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral pendidikan nasional selain isu-isu pemerataan, relevansi, dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Perubahan UU No. 2 Tahun 1989 menjadi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas diikuti dengan pemberlakuan kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan dasar yang bermutu. Pemahaman secara menyeluruh terhadap konsep mutu pendidikan digambarkan sbb:

Sesuai dengan gambar di atas, peneliti lebih memforkuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan berbasis madrasah pada MTs untuk pengembangan mental, akhlak, dan intelektual peserta didik, baik untuk menghadapi kehidupan di masyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai mutu pendidikan MTs yang baik tentu saja diperlukan serangkaian kegiatan sekolah yang bermutu. Abin Syamsuddin (2000) menggambarkan keterkaitan antarfaktor yang saling berinterelasi dan saling mempengaruhi dalam analisis sistem pendidikan, yakni sbb:
Akuntabilitas internal

Tujuan (Objectives)
Produktivitas

Aspirasi

StakeHolders

Mutu Instrumental Inputs Pend. MTs


- Biaya Pendidikan -Sarana-Prasarana - Tenaga Pendidikan (Guru dan Staf) - Kurikulum - Manajemen Madrasah

Syarat Ambang (Norma, Standar)


Efisiensi

Apr
Relevansi

Inputs - Raw Inputs - Instr. Inputs -Env. Inputs Mutu Output

Proses - Proses Inputs

Outputs - Mutu pend. -Mutu layanan

Outcome Return of investmen

Mutu Masukan Mentah:


Faktor-faktor internal dan

Mutu Proses Pendidikan


- Kecepatan - Ketepatan Mutu Masukan Lingkungan Kebijakan Pend. Politik Pend. Lingkungan Pend. Komite Madrasah

Gambar I-2 Analisis Sistem Pendidikan (Modifikasi dari Abin Syamsuddin Makmun, 2000: 17) Sesuai dengan konsep-konsep yang mendasari analisis sistem pendidikan sebagaimana diilustrasikan di atas, data empirik tentang pengembangan pendidikan pada level MTs khususnya di Kabupaten Jember menunjukkan perlunya penanganan yang lebih optimal untuk mencapai mutu yang lebih baik. Sementara itu, pendidikan yang diselenggarakan lembaga-lembaga madrasah di Kabupaten Jember mengalami perkembangan yang demikian pesat, terutama di daerahdaerah pedesaan yang kehidupan keagamaannya masih sangat kental. Berdasarkan hasil-hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak Diknas dan Depag Propinsi Jawa Timur mengindikasikan bahwa penyelenggaraan pendidikan pada lembaga-lembaga madrasah di Kabupaten Jember harus ditingkatkan mutunya sehingga mampu

Mutu Pend. MTsN

eksternal
-

Gambar I-1 Variabel-variabel mutu pendidikan MTs 1

merespon baik tuntutan-tuntutan otonomi daerah maupun tuntutantuntutan kehidupan yang lebih luas. Dalam konteks ini, mutu MTsN di Kabupaten Jember berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi digolongkan sbb: Baik, Sedang dan Kurang. B. Identifikasi Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah sebagaimana disinggung dalam bagian latar belakang tulisan ini, mutu pendidikan (dalam hal ini, yang diselenggarakan madrasah) berhubungan langsung dengan mutu instrumental inputs, raw inputs, dan environmental inputs yang secara keseluruhan mempengaruhi proses-proses pendidikan dan pembelajaran, dan pada gilirannya mempengaruhi mutu keluaran (outputs) berupa mutu pendidikan dan mutu pelayanan. Secara keseluruhan interelasi antarkomponen tersebut membentuk suatu sistem. C. Fokus Telaahan dan Pertanyaan Penelitian Sebagaimana diuraikan di atas, masalah penelitian ini adalah: Strategi apa yang perlu diterapkan untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember? Mengingat permasalahan ini masih relatif luas, dan dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang dialami penulis, maka permasalahan tersebut perlu dibatasi pada aspek-aspek kondisi aktual, mutu pendidikan, faktor-faktor pendukung peningkatan mutu, dan strategi peningkatan mutu pendidikan. Sesuai dengan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Kebijakan-kebijakan apakah yang mendasari program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, dan bagaimana pemahaman stakeholders madrasah terhadap kebijakan di MTsN Kabupaten Jember? 2. Strategi-strategi alternatif apa yang lebih tepat diaplikasikan untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember? Permasalahan ini akan dijawab berdasarkan analisis terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 2.1 Program unggulan apa yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember? 2.2 Bagaimana dukungan sumber-sumber daya terhadap pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah tersebut? 2.3 Apa indikator-indikator keberhasilan program?

3.

2.4 Bagaimana evaluasi keberhasilan program? Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN? 4. Bagaimana prospek program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1.1 Untuk memperoleh informasi tentang kebijakan yang mendasari program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, dan bagaimana gambaran pemahaman stakeholders madrasah terhadap kebijakan tersebut. 1.2 Untuk menganalisis informasi tentang strategi-strategi alternatif peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, baik yang menyangkut program unggulan, dukungan sumber-sumber daya, indikator-indikator keberhasilan, maupun evaluasi keberhasilan program. 1.3 Untuk menganalisis informasi tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan tersebut. 1.4 Untuk menganalisis informasi tentang prospek program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN.

2. Manfaat Penelitian Manfaat teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan pada umumnya, dan khususnya perencanaan program untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember. Manfaat teoretis lainnya dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai dasar kajian tentang keberhasilan implementasi manajemen pendidikan pada umumnya, dan khususnya yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah.

E. Definisi Operasional Penelitian 1. Perencanaan Strategis Peningkatan Mutu Pendidikan Strategi juga didefinisikan sebagai keterampilan atau taktik dalam mengelola kegiatan. Definisi yang terakhir ini mendasari pengertian

strategi yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam konteks organisasi (Harvey,1982: 9), strategi dirancang sebagai arah untuk mewujudkan tujuan dan misi organisasi, langkah-langkah untuk mencapai sasaransasaran organisasi (madrasah). 2. Mutu Pendidikan Istilah mutu merupakan padanan dari istilah dalam bahasa Inggris, yakni quality, artinya, goodness or worth. Dengan demikian, secara definitif istilah mutu dapat diartikan sebagai kebaikan atau nilai. Pada mulanya istilah mutu banyak digunakan dalam bidang ekonomi, khususnya dalam organisasi industri, dimana mutu diartikan sebagai karakteristik produk/jasa yang ditentukan oleh pihak pelanggan, dan diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan secara berkesinambungan. Dalam konteks penelitian ini, mutu pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan MTsN memberikan layanan kependidikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, mutu pendidikan MTsN adalah kemampuan MTsN memenuhi harapan pihak customers atau stakeholders (masyarakat Islam pada umumnya). 3. Pendidikan Berbasis Madrasah Pendidikan di lingkungan madrasah secara filosofis dan historis adalah pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mencapai/memenuhi dua harapan sekaligus, yakni, untuk mencapai kehidupan duniawi dan akhirat secara berimbang. Hal ini sesuai dengan prinsip Al Quranul Kariem dalam Al Qashash 77 sebagai berikut: Tuntutlah kehidupan akhirat dengan apa yang telah dikaruniakan kepadamu, tetapi jangan lupa kebahagiaanmu di dunia. Prinsip ini menjadi landasan filosofis mengapa pendidikan menjadi sangat strategis dalam ajaran Islam. Hal ini diperkuat oleh Hadits Muslim yang menyatakan sebagai berikut: Perbuatlah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamalamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok. F. Kerangka Berpikir dan Premis-premis Penelitian Kerangka pemikian yang mendasari keempat gugus permasalahan penelitian ini dapat diilustrasikan seperti dalam gambar di bawah ini.

Tujuan Pend. Berbasis Madrasah

Aspirasi StakeHolders

Struktur Teori yang Mendasari - Tantangan - Kebijakan Peningkatan Mutu

Struktur Substansi yang Dipelajari: Peningkatan Mutu Pend. Berbasis Madrasah

Masalah-masalah: - Kebijakan & Pemahaman - Strategi Peningkatan Mutu - Faktor-faktror Pendukung - Prospek Pengembangan

INPUT-INPUT PENDIDIKAN BERBASIS MADRASAH

PROSES PENDIDIKAN BERBASIS MADRASAH

ALTERNATIF STRATEGI PENINGKATAN MUTU

MTs
Gambar I-3 Kerangka Berpikir Penelitian

Premis-premis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Masyarakat tetap menaruh harapan yang tinggi terhadap potensi madrasah untuk mengembangkan imtak dan iptek bagi generasi muda (Husni Rahim, 2001). 2) Madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal yang tidak berbeda dari sekolah, tetapi dalam lingkup kultural peserta didik memperoleh pembelajaran hal-ihwal atau seluk-beluk agama dan keagamaan. Secara harfiah, istilah madrasah identik dengan sekolah agama (Malik Fadjar, 1998: 112). 3) Organisasi kelembagaan madrasah sebagai suatu sistem terbuka tidak dapat dilepaskan dari interaksi-interaksi dengan lingkungan eksternal (kebijakan, sosial-politik, ekonomi, teknologi, dan lainlain) dan lingkungan internal (sasaran, strategi, struktur, sistem dan proses manajemen, dan lain-lain) (Duncan McRae, Jr., 1992). 4) Dalam penyelenggaraan pendidikan yang dikelola madrasah, kepala madrasah, tenaga guru dan tenaga administratif merupakan seperangkat sumber daya manusia, dimana kemampuannya perlu dibina secara kontinu untuk meningkatkan mutu pendidikan berbasis madrasah (Abu-Duhou, 1999). 5) Untuk meningkatkan mutu MTs sebagai salah satu satuan pendidikan berbasis madrasah, sekolah/madrasah hendaknya dikelola dengan menerapkan pendekatan manajemen berbasis madrasah melalui penerapan prinsip-prinsip perencanaan strategik dalam manajemen pendidikan berbasis madrasah (Abu-Duhou, 1999; Dess & Miller, 1993; dan Harvey, 1982). II. KAJIAN TEORETIS A. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Globalisasi Perkembangan masyarakat industri dan pascaindustri membuat banyak negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, menjadi sekaligus berada di bawah empat proses perkembangan sosial-ekonomi yang mendasar. Keempat proses perkembangan yang dimaksud adalah globalisasi, industrialisasi, asianisasi dan sistem informasi canggih. Keempat proses ini sama-sama menimbulkan dampak yang demikian

kuat sehingga dapat mengubah seluruh tatanan kehidupan masyarakat sejak abad ke-21. Pendidikan yang bermutu untuk mempersiapkan SDM yang bermutu mutlak diperlukan untuk merespon tantangan kehidupan abad ke-21. Dalam konteks ini perlu diimplementasikan paradigma baru pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu hendaknya diaplikasikan asas integralisme dan prinsip-prinsip filosofis total quality management (TQM) atau manajemen mutu terpadu (MMT).

B. Pengembangan Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Sosial Tiada kekayaan lebih utama daripada akal, tiada kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan, dan tiada warisan lebih baik daripada pendidikan (Nahjul Balaghad). Kutipan di atas menggambarkan tantangan dalam pengembangan pendidikan Islam di masa depan dalam konteks sosial, politik, dan budaya bangsa dan negara Indonesia. Sebagaimana telah diketahui, bahwa dalam sejarah Indonesia pendidikan maupun dalam studi kependidikan, sebutan pendidikan Islam umumnya dipahami hanya sebatas sebagai ciri khas jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Demikian pula batasan yang ditetapkan dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Frase Pendidikan Islam memiliki paling sedikit tiga macam pengertian (Zarkowi Soejoeti, 1986). Pertama, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelengaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam baik yang tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatankegiatan yang diselenggarakannya. Dalam konteks ini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikannya. Kedua, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Dalam hal ini, kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu dan diperlakukan seperti ilmu lain.

Ketiga, pendidikan Islam jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian itu. Dalam hal ini, Islam ditempatkan sebagai sumber nilai dan sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program studi yang diselenggarakannya. Sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan Zarkowi tersebut, dapat dipahami bahwa keberadaan pendidikan Islam tidak sekedar menyangkut persoalan cirikhas, melainkan lebih mendasar lagi, yaitu tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal. Atau dalam pembahasan filsafatnya diistilahkan sebagai insan kami atau muslim paripurna. Tujuan itu sekaligus mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab yang diemban pendidikan Islam lebih berat lagi. Dalam pembicaraan ini jenis dan pengertian pendidikan Islam mencakup ketiga-tiganya. Karena memang ketiga-tiganya itu, yang selama ini tumbuh serta berkembang di Indonesia dan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah maupun kebijakan pendidikan secara nasional. C. Dinamika Madrasah Pendidikan yang diselenggarakan lembaga madrasah secara filosofis adalah pendidikan Islam, yakni yang diarahkan pada dua harapan/tujuan, yakni, untuk mencapai kehidupan dunia dan akhirat secara berimbang. Hal itu dapat di tinjau dari prinsip Al-Quranul Karim dalam Surat AlQashash (Syafiie, 2004): 77 yag isinya, Tuntutlah kehidupan akhirat denan apa yang telah di karuniakan kepadamu tetapi jangan lupa kebahagianmu di dunia. Prinsip ini menjadi landasan filosofis mengapa pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat (Syafiie, 2004). Hal itu diperkuat oleh Hadits Muslim yang artinya:Perbuatlah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, dan berbuatlah unutk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok. Pencapaian tujuan yang dikemukakan, menunjukkan dasar pengembangan pendidikan bertolak dari media perilaku untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Media ini berlandasan akhlak, seperti dalam Al-Quran terdapat 1504 ayat yang berhubungan dengan akhlak, atau sekitar seperempat ayat yang tersurat. Dasar keyakinan tersebut, berkaitan dengan masalah perilaku kehidupan dunia, bahwa sesungguhnya setiap insan adalah pemimpin yang artinya mengandung dimensi luas, baik ditinjau dari kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kemaslahatan umat.

D. Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah 1. Kebijakan Pendidikan Bukti-bukti empirik tentang lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional dan digulirkannya otonomi daerah, maka konsekuensi logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia termasuk manajemen pendidikan berbasis madrasah yang diselenggarakan lembaga-lembaga madrasah adalah perlunya penyesuaian diri dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan demokratis. Kebijakan ini sekaligus mendasari implementasi program peningkatan mutu berbasis sekolah, atau berbasis madrasah untuk sekolah-sekolah yang diselenggarakan lembaga madrasah. 2. Konsep Mutu Pendidikan Secara umum mutu dapat didefenisikan sebagai karakteristik produk atau jasa yang ditentukan oleh customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan yang berkelanjutan(Soewarso, 1996: 7). Pendapat ini lebih menekankan kepada pelanggan yaitu, apabila suara pelanggan mengatakan sesuatu itu bermutu baik, maka barang/jasa tersebut dapat dianggap bermutu. 3. Manajemen Mutu Pendidikan Hoy et al. (2000) dalam Improving Quality in Education menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah hasil penilaian terhadap proses pendidikan dengan harapan yang tinggi untuk dicapai dari upaya pengembangan bakat-bakat para pelanggan pendidikan melalui proses pendidikan. Dengan demikian mutu pendidikan merupakan suatu hal yang esensial dalam proses pendidikan. 4. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Kajian mengenai manajemen mutu pendidikan dapat didasarkan pada pertanyaan: Bagaimana perbedaan antara pendidikan tradisional dan pendidikan mutu terpadu dalam konteks kehidupan global? Sudadio (2004) mengutip pendapat Field dalam Total Quality for School (1994) tentang perbandingan mutu antara pendidikan tradisional dengan pendidikan mutu terpadu, khususnya dalam hal: (1) pandangan, pemikiran, tanggung jawab terhadap mutu,

sumber pengetahuan, dan (2) peranan-peranan orang tua, murid, guru, kepala sekolah, administrator, komite madrasah, dan masyarakat.
5. Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah Manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah pada dasarnya dijiwai oleh pola baru manajemen pendidikan masa depan sebagaimana diilustrasikan pada tabel di atas. Lebih rinci lagi, konsep dasar karakteristik manajemen dapat diuraikan di bawah topik konsep dasar, karakteristik-karakteristik, dan fungsi-fungsinya. Manajemen pendidikan berbasis madrasah dapat didefenisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah-madrasah dan mendorong untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasioanal. E. Strategi Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah 1. Strategi dalam Manajemen Mutu Pendidikan Strategi adalah tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui pencapaian misi dan tujuan organiasi (Mulyadi, 2001: 72). Istilah strategi (strategy) berasal dari bahasa Latin strategos yang mula-mulanya merujuk pada kegiatan seorang jendral militer yang mengkombinasikan stratos (militer) dengan ago (memimpin). Dalam konteks penelitian ini, strategi merupakan pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi. Dengan kata lain, strategi dalam organisasi pendidikan adalah tindakan berpola dalam menggerakkan dan mengarahkan seluruh sumber data organisasinya secara efektif ke arah perwujudan visi dan misi pendidikan. 2. Program Unggulan Peningkatan Mutu Program peningkatan mutu berbasis madrasah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan lembaga madrasah yang lebih menekankan pada kemandirian dan kreatifitas madrasah. Tujuan akhir dari implementasi program ini adalah untuk mencapai keberhasilan madrasah dalam menyiapkan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat.

Pengertian mutu dalam konteks ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan (Depdiknas, 2002). Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input seperti bahan ajar, metodologi, sarana dan prasarana madrasah, dukungan administrasi dan penciptaan suasana lingkungan yang kondusif. 2.1 Visi dan Misi MTsN Rumusan Visi MTsN dalam rangka peningkatan mutu berbasis madrasah dalam penelitian ini adalah: (1) Mewujudkan pribadi muslim yang taqwailah, disiplin, mandiri sesuai ajaran Islam; (2) Menghasilkan pribadi muslim yang menguasai Iptek dan Imtaq yang kreatif yang berwawasan keagamaan; dan (3) Mewujudkan pribadi muslim yang memiliki keunggulan dalam mutu, berbudaya, dan berbudi pekerti. Indikator-indikaror perwujudan visi tersebut, antara lain, sebagai berikut: a. Unggul dalam perolehan NEM b. Unggul dalam wawasan wiyatamandala c. Unggul dalam aktivitas keagamaan d. Unggul dalam disiplin Untuk mencapai visi tersebut, MTsN di Kabupaten Jember dituntut untuk memberdayakan seluruh warga sekolah dengan menetapkan misi sebagai berikut: a. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan semangat kolaborasi kepada seluruh warga madrasah; b. Meningkatkan pengembangan SDM, khususnya tenaga kependidikan; c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif; d. Menumbuhkan minat membaca secara intensif pada seluruh siswa dan guru; e. Menumbuhkan budi pekerti yang baik dan budaya bangsa dengan penghayatan terhadap ajaran agama Islam. 2.3 Tujuan Program Peningkatan Mutu MTsN a. Meningkatkan NEM rata-rata lulusan; b. Memiliki sarana perpustakaan (koleksi buku-buku pelajaran) yang memadai; c. Memiliki tim olahraga/kesenian yang andal; d. Meningkatkan kedisiplinan bagi seluruh warga madrasah guna mendukung terwujudkan Wawasan Wiyatamandala.

3. Dukungan Sumber-Sumber Daya Sesuai dengan hakikat dari strategik sebagai cara berpikir manusia yang sistematis, akhir-akhir ini cara berpikir tersebut telah berkembang menjadi suatu landasan konseptual manajemen. Agustinus (1996: 4) menjelaskan bahwa karakteristik masalah strategik menyangkut, orientasi ke masa depan; berhubungan dengan unit-unit kegiatan yang kompleks; perhatian manajemen puncak; pengaruh jangka panjang; dan alokasi sumber-sumber daya. 4. Indikator-indikator Keberhasilan Pelaksanaan penilaian terhadap kegiatan peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah hendaknya didasarkan pada rancangannya yang dipersiapkan secara matang. F. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah Keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah tidak bisa dilepaskan dari dukungan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di antara faktor-faktor tersebut ada yang memiliki daya dukung tinggi, dan ada yang memiliki daya dukung sedang dan rendah terhadap keberhasilan peningkatan mutu. Faktor-faktor pendukung peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah (Depdikbud, 2002) adalah kurikulum dan pembelajaran, administrasi dan manajemen sekolah, organisasi kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peranserta masyarakat, dan lingkungan dan budaya sekolah 1. Kurikulum dan Pembelajaran 2. Administrasi/Manajemen 3. Organisasi Kelembagaan Madrasah 4. Sarana dan Prasarana 5. Ketenagaan (Guru dan Staf Tata Usaha) 6. Pembiayaan 7. Peserta Didik 8. Peranserta Masyarakat 9. Lingkungan Budaya Madrasah

G. Prospek Program Peningkatan Mutu Program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, apabila dilaksanakan secara konsekwen dan konsisten, maka dapat diharapkan bahwa program tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, tidak hanya dalam satu periode tahun pelajaran, tetapi dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan pada periode-periode tahun pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, daya tahan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah tersebut dapat dijamin apabila pelaksanaannya sesuai dengan rancangannya, dan didukung dengan manajemen madrasah yang transparan. H. Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. Penelitian Yusuf Bachtiar (2001) dengan judul: Kesiapan Implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) di Kota dan Kabupaten Bandung, berdasarkan data empiris/lapangan, menarik beberapa kesimpulkan: a. Manajemen pendidikan berbasis sekolah (MPBS), baik berupa pandangan para ahli pendidikan maupun berupa pandangan para praktisi pendidikan, sampai saat ini belum dapat dibantah tentang kebaikan dan keuntungannya. b. Kesiapan pelaksanaan MPBS pada Dinas dan cabang Dinas Pendidikan dan Partisipasi Masyarakat (orang tua siswa dan sekolah dari jenjang SD, SLTP dan SMU) di Kota dan Kabupaten Bandung, dilihat dari aspek organisasi, kurikulum, SDM, kesiswaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan partisipasi masyarakat, secara keseluruhan termasuk pada kategori cukup siap. 2. Penelitian Imam Santoso (2002) dengan judul: Pengawasan Internal dengan Model Patok Duga di SMU Puragabaya Bandung, beberapa temuannya adalah:: a. Aspek-aspek determinan dalam dukungan terhadap pelaksanaan pengawasan internal adalah: (1) komitmen personil sekolah, (2) dukungan badan penyelenggara dan masyarakat sekolah, dan (3) apresiasi siswa dan orang tua. c. Kelemahan yang dapat diidentifikasi selama pelaksanaan pengawasan internal, terutama adalah lingkungan luar sekolah khususnya pihak orang tua siswa belum cukup berhasil membangun budaya belajar siswa di rumah, sehingga budaya belajar belum menjadi kekuatan utama bagi peserta didik.

3. Penelitian Dadi Permadi (1997) dalam disertasi yang berjudul: Kepemimpinan Mandiri Kepala SD Desa Tertinggal di Kabupaten Bandung, menyimpulkan: a. Kepemimpinan mandiri dengan visi yang utuh dalam membina kepercayaan dan tanggung jawab kepada bawahan dapat meningkatkan kinerja sekolah secara optimal sesuai dengan potensi dan wilayahnya. b. Pembinaan berdasarkan rasa persatuan di lingkungan sekolah dengan penuh kekeluargaan dapat meningkatkan pelayanan kepada siswa. d. Manajemen yang mengutamakan praktek, memberikan rasa percaya para guru kepada kepala sekolah. e. Gaya kepemimpinan mandiri melalui pengarahan, konsultasi, partisipasi dan pelimpahan wewenang sangat efektif dilaksanakan di SD desa tertinggal. 4. Ahmad Syafiie (2003) dalam disertasi yang berjudul: Strategi Pengembangan Model Madrasah Aliyah Keagamaan Unggulan, menyimpulkan sebagai berikut: a. Untuk penyelenggaraan pendidikan madrasah yang mengarah pada perbaikan mutu secara berkesinambungan, diperlukan seperangkat sistem yang terintegrasi dan sinerjik antara perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam suatu kesputusan yang berorientasi masa depan. b.Dalam rangka pemenuhan kebutuhan calon ulama yang mampu melayani umat, maka Madrasah Aliyah Keagamaan harus dibangun berdasarkan visi dan misi serta strategi yang sesuai dengan yang selaras dengan kebutuhan masyarakat. 5. Penelitian Djaswidi Al-Hamdani (2003) dalam disertasi yang berjudul: Strategi Pengembangan Model Kepemimpinan Transformasional Kepala MTs (Penelitian dan Pengembangan Kepemimpinan Kepala MTsN di Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat), antara lain menyimpulkan: a. Kepemimpinan kepala madrasah, jika dipandang dari konsep kepemimpinan transformasional, baru sebagian kecil atau pada hal-hal tertentu yang mengarah pada perilaku transformasional. b. Kesiapan untuk melakukan perbaikan kinerja MTsN belum sepenuhnya sesuai dengan harapan, beberapa yang belum

tersentuh adalah perbaikan implementasi kurikulum (PBM), fasilitas/media PBM di kelas, laboratorium dan perpustakaan. c. Kepemimpinan kepala MTsN pada umumnya belum sesuai dengan tuntutan konseptual kepemimpinan pendidikan masa depan. III. Metode Penelitin A. Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah di MTsN Kabupaten Jember ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Untuk mengetahui kondisi yang objektif dan mendalam tentang fokus penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1992: 31) yang menyatakan bahwa: Qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or product. Proses dalam hal ini merupakan kegiatan penyelidikan dengan fokus pada upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember. Pendekatan penelitian kualitatif disebut juga pendekatan naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa adanya, dan tidak dimanipulasi (Nasution, 1992: 18). Menurut Bogdan dan Biklen (1982: 27), pengumpulan data dalam penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan mendatangi sumbernya secara langsung. Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kulaitatif, peneliti ingin memperoleh pemahaman terhadap upaya-upaya peningkatan mutu pendidikanberbasis madrasah di Kabupaten Jember. Aspek-aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah yang berhubungan dengan keadaan aktual MTsN Kabupaten Jember, manajemen pendidikan berbasis madrasah, dan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember. B. Sumber Data Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam penelititian kualitatif berturut-turut menjadi data primer dan sekunder penelitian. Data primer yang dikumpulkan mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian. Data sekunder meliputi data jumlah person dan kualifikasinya dan berkas kertas kerja yang mendukung peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah.

C. Sampling Penelitian Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian ini ditentukan secara snow ball sampling, artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian; namun subjek penelitian dapat terus bertambah sesuai keperluannya. D. Teknik-teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki peranan yang fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh alat indera yang dimilikinya untuk memahami fenomen sesuai dengan fokus penelitian (Lincoln dan Guba, 1985: 4; Bogdan dan Biklen, 1992: 28). Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini peneliti sendiri terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus penelitian.. E. Pendekatan Analisis Data Penelitian 1. Reduksi Data 2. Display Data 3. Kesimpulan dan Verifikasi F. Keabsahan Temuan Penelitian Untuk memeriksa keabsahaan data dalam penelitian kualitatif (Lincoln & Guba, 1985: 290), peneliti menggunakan kriteria truth value, applicability, consistency, dan netrality yang sering juga disebut dengan istilah-istilah credibility, transferability, dependability dan confirmbility. Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik (Moleong, 1996: 176; Sudjana & Ibrahim, 1989; dan Nasution, 1992). Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi dengan cara melakukan cross-check yang bertujuan untuk pemeriksaan keabsahaan data. IV. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kebijakan dan Pemahaman Pihak Madrasah terhadap Program Peningkatan Mutu

1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar; 2) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional; 4) Keputusan Menteri Agama RI No. 368/1993 tentang Madrasah Ibtidaiyah; 5) Keputusan Menteri Agama RI No. 369/1993 tentang Madrasah Tsanawiyah; 6) Keputusan Menteri Agama RI No. 370/1993 tentang Madrasah Aliyah. Pemahaman pihak-pihak madrasah terhadap program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari pemahaman mereka terhadap kebijakan pendidikan nasional, termasuk standar nasional kurikulum. Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, KBK mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap budaya dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. Struktur kurikulum MTs memuat jumlah dan jenis mata pelajaran yang ditempuh dalam satu periode belajar selama 3 tahun mulai kelas VII-IX. Struktur kurikulumnya dapat dirinci seperti dalam tabel di bawah ini. Tabel IV-3 Struktur Kurikulum MTs Alokasi Waktu VII VIII 2 2 (9) (9) 1 1 2 2 2 2 1 1 3 3 6 6

No. 1. 2.

3. Dasar hukum yang mendasari penyelenggaraan madrasah adalah: kebijakan-kebijakan dalam

Mata Pelajaran PPKn Pendidikan Agama Islam a. Quran-Hadits b. Aqidah-Akhlak c. F i q i h d. Sejarah Kebudayaan Islam e. Bahasa Arab Bahasa Indonesia

IX 2 (9) 1 2 2 1 3 6

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Kerajinan Tangan dan Kesenian Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Bahasa Inggris Muatan Lokal JUMLAH

6 6 6 2 2 4 2

6 6 6 2 2 4 2

6 6 6 2 2 4 2

45

45

45

Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupan Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk berkarya dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai media. Menyenangi dan menghargai seni Menjalankan pola hidup bersih, bugar dan sehat Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. Standar kompetensi lulusan kemudian dijabarkan ke dalam standar isi yang memuat bahan kajian, dan mata pelajaran serta kegiatan belajar pembiasan. kompetensi dalam bahan kajian disajikan secara bertahap dan berkesinambungan dalam bentuk pemeringkatan kelas. Kompetensi bahan kajian menjadi acuan dalam penyusunan kompetensi mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan. Bahan-bahan kajian yang dimaksud adalah: 1) Pendidikan Agama; 2) Pendidikan Kewarganegaraan 3) Bahasa; 4) Matematika; 5) Ilmu Pengetahuan Alam; 6) Ilmu Pengetahuan Sosial; 7) Seni dan Budaya; 8) Pendidikan Jasmani dan Olahraga; 9) Keterampilan/Kejuruan; dan 10) Muatan Lokal. Pengorganisasian bahan kajian (Depag RI, 1993) ke dalam mata pelajaran memperhatikan dan mempertimbangkan antara lain hal-hal: perkembangan psikologis dan fisik anak, kebermanfaatan atau kegunaan atau pragmatik bagi anak, beban belajar anak, dan disiplin keilmuan. Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Kompetensi Lintas Kurikulum tersebut (Depag RI, 1993) adalah sbb: - Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, seling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agamanya - Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan meng-komunikasikan ide, informasi dan berinteraksi dengan orang lain. - Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik, pola, struktur, dan hubungan. - Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber.

Penjelasan untuk Kelas VII IX: - 1 Jam pelajaran = 45 menit - Jumlah jam pelajaran per minggu = 45 jam pelajaran - Jumlah jam pelajaran per minggu (yang tercantum pada tabel di atas) adalah jam pelajaran minimum yang diselenggarakan secara klasikal. - Jatah waktu seperti yang tertulis pada tabel di atas, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam setiap mata pelajaran. - Ciri Khas Agama Islam berbentuk: 1) Mata pelajaran keagamaan yang dijabarkan dari pendidikan agama Islam pada SD dan SLTP kepada lima sub mata pelajaran agama Islam, yaitu: QuranHadits, Aqidah-Alh;al, Fiqih, Sejarah-Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. 2) Suasana Keagamaan, yaitu berupa: suasana kehidupan Madrasah yang agamis, adanya sarana ibadah, penggunaan metode pendekatan yang agamis dalam penyajian bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang memungkinkan, dan kualifikasi guru (beragama Islam dan berakhlak mulia). Standar nasional kurikulum meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standar nasional ini kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum. Kompetensi lulusan Madrasah Tsanawiyah (Depag RI, 2003) adalah:

Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global sesuai pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis. Berkreasi dan menghargai karya artistik budaya dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat yang beradab. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain.

tujuan (sasaran mutu) peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah. Sasaran-sasaran dari program unggulan ini dapat dirumuskan sbb: - Sasaran 1: Peningkatan kemampuan siswa dalam bidang MAFIKIBB. - Sasaran 2: Mengembangkan mental kepemimpinan siswa. -Sasaran 3: Pengembangan kreatifitas siswa dalam bidang kegiatan ekstra-kurikuler, khususnya dalam bidang olahraga dan kesenian. - Sasaran 4: Peningkatan pengetahuan dan kemampuan tenaga administrasi 2.2 Dukungan Sumber Daya Sumber-sumber daya yang mendukung keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah dapat dikategorikan menjadi sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia. Sumber daya manusia meliputi siswa, guru, staf tata usaha, dan kepala sekolah. Semakin potensial sumber daya manusia ini diharapkan semakin mendukung keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah.

Berdasarkan visi, misi, dan tujuan (sasaran mutu) sebagaimana diuraikan di atas, ditetapkan beberapa program unggulan yang dilaksanakan untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN. Program-program unggulan yang diharapkan didasarkan pada identifikasi tantangan nyata MTsN di Kabupaten Jember. Beberapa tantangan nyata yang dihadapi MTsN di Kabupaten Jember (Depag Kabupaten Jember, 2001) yang dapat diidentifikasi adalah: 1) Rendahnya mutu proses dan hasil pembelajaran dalam bidang matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa Inggiris (MAFIKIBB), 2) Pentingnya latihan dasar kepemimpinan bagi siswa, 3) Belum maksimalnya penyusunan perangkat penilaian berbasis kompetensi, 4) Kurangnya peralatan perlengkapan untuk pelatihan olahraga dan kesenian, 5) Rendahnya penguasaan tenaga pendidik terhadap penerapan modelmodel pembelajaran yang inovatif, dan 6) Rendahnya kemampuan tenaga administrasi (staf tata usaha, perpustakaan). Selanjutnya, berdasarkan hasil identifikasi terhadap tantangan nyata yang dihadapi MTsN di Kabupaten Jember, ditetapkan beberapa

2.3 Indikator-indikator Keberhasilan Pelaksanaan penilaian terhadap program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah didasarkan pada rancangannya yang dipersiapkan secara matang. Rancangan ini dibuat pedoman bagi seluruh pelaksanaan penilaian terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah. Salah satu komponennya adalah penyusunan indikatorindikator keberhasilan setiap kompnennya. Indikator-indikator yang dipertimbangakan bagi keberhasilan adalah konteks, masukan (input), proses, hasil (output), dan dampak (outcome). 2.4 Evaluasi Evaluasi dimasudkan untuk mengetahui apakah program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan, apa hambatan-hambatan yang dihadapi, dan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Kegiatan evaluasi tidak bisa dilepaskan dari kegiatan monitoring, yakni kegiatan yang menekankan pemantauan proses pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah. Selanjutnya dapat dianalisis secara menyeluruh faktor-faktor yang mendukung program peningkatan mutu pendidikan berbasis

madrasah untuk ketiga MTsN dalam penelitian ini. Konfigurasi analisis aktual daya dukung faktor-faktor tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini. Data mengenai faktor-faktor pendukung tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan kuesioner dari masing-masing MTsN. Dalam penelitian ini ditetapkan 30 responden dari tiga MTsN yang terdiri atas 3 orang Kepala Madrasah, 21 orang guru, dan 6 orang pejabat dari Depag. Tabel IV-4 Faktor-faktor Pendukung Terhadap Keberhasilan Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah Jumlah Item Kuisioner Jumlah Jawaban YA Jumlah Jawaban TIDAK

Tabel IV-5 Faktor-faktor Pendukung Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah No 1. 2. 3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Kurikulum/ Pembelajaran Aministrasi/ Manajemen Organisasi Kelembagaan Sarana -Prasarana Ketenagaan Pembiayaan Peserta didik Peranserta Masyarakat Lingkungan dan Budaya Bobot Dukungan TDK % Rank 660 235 141 198 71 193 238 198 210 60 73 53 67 83 57 47 40 50 4 2 6 3 1 5 8 9 7

YA 990 635 159 402 349 257 212 132 210

No.

Faktor-faktor Pendukung

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kurikulum dan PBM Aministrasi/ Manajemen Organisasi Kelembagaan Sarana dan Prasarana Ketenagaan Pembiayaan Peserta Didik Peran Serta Masyarakat Lingkungan dan Budaya

55

990

660

4. 5. 6. 7. 8. 9.

29 10 20 14 15 15 11 14

635 159 402 349 257 212 132 210

235 141 198 71 193 238 198 210

Berdasarkan data sebagaimana disajikan dalam tabel di atas, selanjutnya dapat ditentukan skala prioritas dari enam faktor utama yang memiliki daya dukung tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN berdasarkan tanggapan 30 responden. Enam faktor peningkatan mutu adalah seperti ditunjukkan tabel di bawah ini. Tabel IV-7 Skala Prioritas Enam Faktor Pendukung Peningkatan MutuPendidikan Berbasis Madrasah di MTsN No. Faktor-faktor Pendukung PersentasB obot Jawaban YA 83 73 63 60 57 53

183 Beberapa komponen yang nampaknya dipandang responden memiliki daya dukung tinggi pada peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah adalah ketenagaan (guru dan staf TU), pelayanan administrasi/manajemen, sarana dan prasarana pembelajaran, kurikulum dan pembelajaran. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketenagaan (Guru dan Staf TU) Administrasi/Manajemen Madrasah Sarana dan Prasarana Madrasah Kurikulum dan Pembelajaran Pembiayaan Program Mutu Organisasi Kelembagaan Madrasah

3. Faktor-faktor Pendukungan dan Penghambat 1) Kurikulum dan Pembelajaran Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan kuesioner terhadap 10 responden dari setiap MTsN dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa ternyata secara keseluruhan MTsN di Kabupaten Jember masih menerapkan Kurikulum 1994. Dalam tabel di bawah ini dividualisasikan kegiatan perbaikan kurikulum di tiga MTsN yang menjadi fokus penelitian ini. Kegiatan-kegiatan perbaikan kurikulum yang dimaksud meliputi penyusunan kurikulum (kurikulum nasional dan muatan lokal/Mulok), implementasi kurikulum (KBK dan Kurikulum 1994), dan evaluasi kurikulum. Tabel IV-8 Program Perbaikan Kurikulum yang Dilakukan Guru MTsN No. Kegiatan Perbaikan Kurikulum 1. Penyusunan Kurikulum - Nasional - Muatan Lokal 2. Implementasi Kurikulum - Penerapan KBK - Penerapan Kur. 1994 3. Evaluasi Kurikulum MTsN Jember II Ya Tidak V V V V V V V MTsN Bgslsari Ya ! Tidak V V V MTsN Arjasa Ya Tidak V

(1)

Penilaian terhadap PBM didasarkan pada pertimbangan bahwa pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat disebut efektif jika sebagian besar siswa menguasai sebagian besar dari materi yang diajarkan. Dalam hal ini, kegiatan pembimbingan akademis terhadap siswa sangat menentukan kemajuan belajar siswa.

2) Aministrasi/Manajemen Berdasarkan kajian mengenai layanan administrasi/ manajemen pendidikan secara konseptual dan teoretis, hasil eksplorasi teoretis lapangan di tiga MTsN penelitian ini menunjukkan adanya pelayanan administrasi kurikulum, pelayanan administrasi peserta didik, pelayanan administrasi tenaga kependidikan, dan pelayanan administrasi sarana dan prasara. Pelayanan Administrasi Kurikulum - Pelayanan administrasi kurikulum merupakan adpek terpenting dalam PBM yang dilaksanakan guru. Secara administratif dan perlunya bukti fisik yang dapat didokumentasikan, maka dalam pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Wakil Kepala Madrasah urusan kurikulum di bawah tanggung jawab kepala madrasah. Sebagai bukti fisik, dokumen tersebut harus dapat dianalisis, diamati dan dinilai dalam implementasinya. 4) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana madrasah (laboratorium, perpustakaan, dan lainlain) juga bervariasi untuk masing-masing MTsN tersebut. MTsN Jember II memiliki fasilitas laboratorium dan perpustakaan yang relatif memadai, tetapi MTsN Bangsalsari tidak memiliki laboratorium dan perpustakaan, sedangkan MTsN Arjasa hanya memiliki laboratorium IPA. Sebenarnya yang dimaksud dengan fasilitas dalam konteks ini, selain laboratorium dan perpustakaan, juga meliputi mesjid, ruang kelas, ruang kepala madrasah, ruang guru, gudang, ruang BP, ruang Unit Kesehatan Madrasah (UKM), ruang kegiatan ekstrakurikuler, aula, kantin, WC, dan lain-lain. Kecuali di MTsN Jember II, dari seluruh fasilitas yang ada secara umum belum sepenuhnya sesuai dengan kelayakan yang diharapkan. Adapun tingkat kepemilikan sumber-sumber belajar di masing-masing MTsN adalah sebagai berikut:

Dari tabel di atas dapat diungkapkan bahwa kurikulum yang diterapkan di MTsN sampai tahun 2003 adalah Kurikulum 1994 yang cenderung kaku dan sarat muatan serta tidak rinci. Oleh karena itu dituntut kreativitas guru-guru dalam pengembangan kurikulum yang dimulai dengan pengembangan GBPP agar dapat memacu perbaikan mutu kurikulum melalui pembelajaran siswa di dalam kelas. Dalam kaitan ini, penerapan KBK sejak tahun 2004 harus disertai dengan standar baku sebagai acuan dalam pembelajaran yang harus dicapai secara normatif.

Tabel IV-8 Kepemilikan Buku Perpustakaan dan Lab. Madrasah Kepemilikan Sumber-sumber Belajar Buku-buku Perpustakaa Lab. n Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk V V V V V V V V V

komponennya meliputi perencanaan (tujuan pengembangan, analisis kebutuhan, RAPBM), pelaksanaan (aturan penggunaan anggaran, dokumen dana keluar dan masuk, transparansi) dan laporan dan monitoring pertanggungjawaban. 7) Peserta Didik Peserta didik sebagai anggota rombongan belajar di MTsN Jember II, MTsN Bangsalsari, dan MTsN Arjasa memiliki karakteristik yang bervariasi. MTsN Jember II dengan 813 siswa terdiri atas 17 Rombongan Belajar, MTsN Bangsalsari dengan 202 siswa terdiri atas 6 Rombongan Belajar, dan MTsN Arjasa dengan 168 siswa terdiri atas 5 Rombongan Belajar. Keadaan siswa ini sebenarnya juga mengindikasikan raw input dan output siswa yang bervariasi di antara ketiga MTsN. Komponen masukan mentah (raw input) berdasarkan hasil ujian akhir nasional (UAN) dan NEM output siswa di tiga MTsN penelitian ini adalah bervariasi, mulai dari yang cukup bagus sampai yang kurang bagus. Pertimbangan terhadap komponen raw input (lulusan SD/MI yang mendaftar ke MTs) tidak kalah pentingnya dari pertimbangan output (lulusan) MTs. Standar nilai UAN terendah di MTsN Jember II, MTsN Banagsalsari, dan MTsN Arjasa adalah sama-sama 6, namun nilai UAN tertinggi dan terendah untuk ketiga MTsN tersebut kenyataannya berbeda-beda. Nilai UAN tertinggi untuk MTsN Jember II adalah 9, sedangkan yang terendah adalah 6. Berbeda dengan di MTsN Bangsalsari dan MTsN Arjasa. Nilai UAN tertinggi di MTsN Bangsalsari adalah 7,8 dan terendah 5, 7; sedangkan di MTsN Arjasa nilai UAN tertinggi adalah 7 dan terendah 5,6. NEM para lulusan dari ketiga sekolah tersebut juga bervariasi. Lulusan MTsN Jember II memperoleh NEM rata-rata 30,23 dengan nilai tertinggi 44,67 dan terendah mencapai 26, 48; sedangkan di dua MTsN Bangsalsari dan Arjasa mencapai hasil yang lebih rendah dari NEM lulusan MTsN Jember II. Jumlah siswa dalam setiap rombongan belajar dengan rasio mendekati ideal antara guru dan siswa, serta beban mengajar ideal guru antara 15-20 jam pelajaran per minggu akan cenderung mempengaruhi lulusan dengan NEM yang tinggi. Keadaan seperti ini terlihat di MTsN Jember II. Sebaliknya, di MTsN Bangsalsari dan Arjasa, nilai standar siswa masuk tetapi beban mengajar gurunya lebih tinggi dibandingkan

No.

Nama Madrasah MTsN Jember II MTsN Bangsalsari MTsN Arjasa

1. 2. 3.

Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa hanya MTsN Jember II yang memiliki sumber belajar yang relatif lengkap, dalam arti, memiliki buku-buku pelajaran utama dan pendukung, memiliki perpustakaan dan lab sekolah. MTsN Bangsalsari memiliki perpustakaan, namun kepemilikan buku-buku pelajarannya tidak lengkap; sedangkan MTsN Arjasa tidak memiliki sumber-sumber belajar yang memadai, terutama buku-buku pelajaran tambahan maupun perpustakaan dan laboratorium sekolah (untuk mata pelajaran IPA dan bahasa). 5) Ketenagaan Jumlah guru (termasuk kepala madrasah dan Guru BP) dan personel sekolah (tata usaha) juga bervariasi di MTsN Jember II, MTsN Bangsalsari, dan MTsN Arjasa. Jumlah guru PNS di MTsN Jember II sebanyak 40 orang (24 guru PNS dan 16 guru non-PNS/tidak tetap), dan jumlah personel sebanyak 9 orang. MTsN Bangsalsari memiliki 8 guru PNS dan 6 orang guru non-PNS; sedangkan MTsN Arjasa memiliki 7 guru PNS dan 9 guru non-PNS. Jika dibandingkan dengan jumlah siswa dan rombongan belajar, jumlah guru tersebut masih terasa kurang. Misalnya, kekurangan guru untuk MTsN Bangsalsari sebanyak 8 orang, dan 7 orang untuk MTsN Arjasa. 6) Pembiayaan Manajemen keuangan lebih ditekankan pada perencanaan anggaran, efisiensi penggunaan, pengadministrasian serta pelaporan. Komponen-

dengan di MTsN Jember II ternyata mempunyai kecenderungan menghasilkan lulusan dengan perolehan NEM yang lebih rendah. 8) Peranserta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dapat dilihat dari sejauh mana Komite Madrasah dapat menjalankan fungsinya dalam memberikan bantuan pada madrasah. Keberadaan komite madrasah merupakan prasyarat mutlak bagi implementasi manajemen berbasis madrasah (MBM) yang efektif dan efisien. Dasar hukum yang digunakan sebagai pegangan dalam pembentukan Komite Madrasah adalah: (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional; (3) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; (4) Keputusan Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI No. Dj. II/409/2003 tentang Pedoman Pembentukan Komite Madrasah. 9) Lingkungan dan Budaya Madrasah Penilaian terhadap komponen kultur dan lingkungan pendidikan yang efektif selalu ditandai dengan suasana dan kebiasaan kondusif untuk kegiatan belajar baik secara fisik, sosial, mental-psikologis maupun spiritual. Selain itu, hal ini juga dapat menunjukkan sampai sejauh mana proses belajar mengajar di sekolah madrasah dapat membentuk karakter yang diinginkan. Oleh sebab itu dalam kegiatan akreditasi madrasah perlu mendalami lingkungan madrasah khususnya masalah suasana rohani dan jasmani secara luas.

pelaksanaannya sesuai dengan rancangannya, dan didukung dengan manajemen madrasah yang transparan. Berdasarkan data dalam tabel di atas dapat ditentukan skala prioritas (strategi dasar) untuk tiga faktor yang memiliki daya dukung paling tinggi, yakni, guru yang profesional, manajemen madrasah, dan sumber belajar. Persentase tanggapan dari 30 responden untuk ketiga strategi dasar tersebut ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Tabel IV-11 Tiga Faktor Pendukung Utama Peningkatan Mutu Pendidikan berbasis Madrasah No. 1. 2. 3. Tiga Faktor Pendukung Utama Ketenagaan Administrasi/ Manajemen Sarana dan Prasarana Persentase Jawaban YA 83 73 63

4. Prospek Program Peningkatan Mutu Pendidikan secara Berkelanjutan Berbasis Madrasah di MTsN Program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, apabila dilaksanakan secara konsekwen dan konsisten, maka dapat diharapkan bahwa program tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, tidak hanya dalam satu periode tahun pelajaran, tetapi dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan pada periode-periode tahun pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, daya tahan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah tersebut dapat dijamin apabila

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas, maka dapat ditentukan faktor-faktor yang paling mendasar (strategis) dan dam sekaligus sebagai strategi dasar yang dipandang dapat diimplementasikan oleh pihak-pihak yang terkait (Dinas/Departemen Daerah) untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember. Sesuai dengan hasil analisis dalam tabel di atas, maka dapat ditegaskan tiga strategi dasar untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, yaitu: (1) peningkatan mutu guru ketenagaan, (2) peningkatan mutu layanan administrasi dan manajemen madrasah,dan (3) penyediaan sarana dan prasarana termasuk sumbersumber belajar yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dalam suatu siklus, oleh karena itu kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dilakukan secara berkesinambungan. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu dapat dipertahankan. Dalam gambar di bawah ini diilustrasikan upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkesinambungan yang dapat diterapkan di lingkungan madrasah.

Gambar IV-3 Peningkatan Mutu Pendidikan secara Berkesinambungan

1. Evaluasi Kinerja Saat ini

2. Temukan Hal-hal yang Perlu diperbaiki

6. Akui dan Hargai Keberhasilan

3. Rumuskan Tujuan (Peningkatan Mutu) 4. Lakukan Proses Pemecahan Masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalitas guru tidak sematamata ditentukan oleh jenjang pendidikannya, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti kompetensi profesional. Sesuai dengan uraian-uraian di atas, dapat dinyatakan diperoleh suatu pemahaman bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan guru, semakin kompeten ia dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Keadaan tersebut pada gilirannya dapat diharapkan memberikan dampak yang lebih tinggi terhadap mutu proses dan hasil (prestasi) belajar siswa. Dalam kaitannya dengan kebutuhan peningkatan kemampuan atau kualitas guru, Fakry Gaffar (2003) menyatakan bahwa tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dasar untuk berprestasi, atau apa yang lebih dikenal sebagai Needs for Achievement (NFA). Artinya, peningkatan kemampuan guru harus diawali dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs). Hal ini mengindikasikan pentingnya dicermati aspek kesejahteraan guru yang relatif memadai dalam program peningkatan mutu pendidikan. 2. Peningkatan Mutu Layanan Administrasi/Manajemen Sejak tahun 1999 disosialisasikan tema besar dalam kerangka reformasi dan demokratisasi pendidikan di Indonesia. Sebagai bagian dari tema besar tersebut, diperkenalkanlah konsep manajemen berbasis sekolah (School-based management) di sekolah-sekolah umum dan manajemen berbasis madrasah (MBM) di sekolah-sekolah madrasah.Seiring dengan semakin gencarnya tuntutan akuntabilitas para lulusannya sebagai salah satu indikator keberhasilan pendidikan, PMBM menjadikan madrasah sebagai satu target utama penilaian, dan membebaninya dengan serangkaian kewajiban untuk melakukan banyak hal dalam rangka memenuhi segala kebutuhan kependidikan para peserta didik. Jika dibandingkan dengan negara lain, membatasi desentralisasi sebatas fleksibilitas terhadap kebijakan-kebijakan yang menyangkut kurikulum, pola pembelajaran tujuan, pendidikan, dan lain-lain; di Indonesia pada umumnya dan khususnya di tiga MTsN penelitian ini, pelaksanaan otnomi pendidikan khususnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah nampaknya masih menghadapi hambatan-hambatan yang berarti. 3. Peningkatan Jumlah dan Mutu Sarana dan Prasarana Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sarana dan prasarana termasuk sumber-sumber belajar merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dalam kerangka strategi dasar peningkatan mutu

5. Monitor dan Evalusi Kemajuan

B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan kajian-kajian teoretis yang disajikan dalam Bab II tulisan ini dan kaitannya dengan hasil eksplorasi lapangan sebagaimana yang dideskripsikan di atas, secara konseptual dapat dikemukakan beberapa strategi peningkatan mutu berbasis madrasah di kabupaten Jember, khususnya untuk MTsN Jember II, MTsN Bangsalsari, dan MTsN Arjasa. Strategi dasar peningkatan mutu secara berkesinambungan, yaitu: peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf TU), peningkatan mutu layanan administrasi dan manajemen madrasah, dan peningkatan mutu sarana dan prasarana madrasah termasuk sumbersumber belajar.

1. Peningkatan Mutu Ketenagaan (Guru dan Staf TU)

secara berkesinambungan di MTsN Kabupten Jember, selain peningkatan profesionalitas guru dan manajemen madrasah. Berdasarkan amanat UU tersebut, idealnya penyediaan sumbersumber belajar tama, khususnya buku-buku pelajaran merupakan bagian dari rencana anggaran dalam manajemen madrasah. Keadaan ini sebenarnya berimplikasi juga pada realisasi anggaran belajanja madrasah (MTsN) sesuai dengan amanat UU untuk menyediakan 20 persen APBD untuk pendidikan. Melalui aplikasi kebijakan ini maka dapat diharapkan bahwa beban orang tua siswa dalam hal penyediaan buku-buku pelajaran bagi anak-anaknya. Akhirnya dapat dinyatakan bahwa daya dukung sinegis antara ketersediaan sumber-sumber belajar, manajemen peningkatan mutu, dan profesionalitas guru dipandang dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember.

1) Sosialisasi strategi peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah. 2) Analisis situasi sasaran. 3) Merumuskan sasaran-sasaran strategi. 4) Melakukan analisis SWOT. 5) Menyusun rencana peningkatan mutu. 6) Melaksanakan rencana peningkatan mutu. 7) Evaluasi keberhasilan program peningkatan 8) Merumuskan sasaran mutu baru. Tugas dan fungsi utama madrasah adalah mengelola penyelenggaraan PMBM di madrasahnya sendiri. Mengingat madrasah merupakan unit utama dan terdepan dalam penyelenggaraan PMBM, maka madrasah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai berikut: 1) Menyusun rencana dan program pelaksanaan MPMBM dengan melibatkan kelompok-kelompok kepentingan, a.l.: wakil madrasah (kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru, tata usaha), wakil siswa (OSIS), wakil orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah, dan tokoh masyarakat. 2) Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumber daya yang ada di dalam dan di luar madrasah untuk mencapai sasaran PMBM yang telah ditetapkan. 3) Melaksanakan program PMBM secara efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip total quality management (MMT) dan pendekatan sistem. 4) Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam pelaksanaan PMBM agar kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai sasaran PMBM. 5) Pada setiap akhir tahun ajaran dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat ketercapaian (efektivitas) sasaran program PMBM yang telah ditetapkan. 6) Menyusun laporan penyelenggaraan PMBM secara lengkap untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait (Kandep, Bidang Dikdas, dan Komite Madrasah). 7) Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan PMBM kepada pihak yang berkepentingan (Kantor Departemen Agama, Komite Madrasah, dan Masyarakat).

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN BERBASIS MADRASAH (Model Alternatif Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah) Berdasarkan hasil-hasil analisis aktual sebagaimana disajikan dalam Bab IV, strategi dasar yang harus dicermati dalam rangka perumusan dan pengembangan model-model alternatif untuk peningkatan pendidikan berbasis madrasah adalah peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf TU), peningkatan mutu layanan administrasi dan manajemen untuk pengembangan strategi peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, dan peningkatan mutu dan jumlah sarana dan prasarana madrasah, termasuk sumber-sumber belajar. Program unggulan yang strategis untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember adalah yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan siswa dalam bidang-bidang pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa Inggris; memupuk jiwa dan mental kepemimpinan siswa; pengembangan kreatifitas siswa dalam bidang olahraga dan kesenian; dan peningkatan pengetahuan dan kemampuan tenaga administrasi dan perpustakaan. Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mempertahankan PMBM tersebut adalah sebagai berikut:

Peneliti selanjutnya mengungkapkan hasil analisis SWOT berdasarkan strategi dasar untuk masing-masing MTsN dalam penelitian ini, yakni, MTsN Jember II, MTsN Bangsalsari, dan MTsN Arjasa. Untuk itu, di bawah ini disajikan Matrik V-1 yang menunjukkan hasil analisis SWOT untuk masing-masing MTsN. Matrik V-1 Analisis SWOT untuk Masing-masing MTsN Nama Sekol ah MTsN Jembe r II Bidang Garapa n Sembila n faktor yang memilik i dayadukung terhadap peningk atan mutu pendidik an berbasis madrasa h Kekuatan Kelema han Rendahnya peranan legislatif untuk peningk atan mutu pendidik a -Pembinaan Pemda tidak memada i -Dukung dana kurang Manaj. kurang transpar a -Saranapra-sarana tidak Tantan gan Lingkun gan / budaya lokal sangat kental. Pesatnya perkemb angan Iptek yang dapat mengancam nilai lokal persaing an global. -Kinerja legislatif kurang kondusif (cenderu ng mengiku Peluang

baik (1 : 12). -Disiplin guru-siswa cukup baik

lengkap. -Daya dukung dana kurang memada i Lingkun gan budaya lokal kental Dukung an dana kurang Realisas i RAPBM rendah Kehadia ran siswa kurang

ti kebj. nas.). -prosen pendidik an/ pembela jar-an kurang bermutu

peran orang tua. Perlunya pemberd ayaan KM. Perlunya

-Mutu masukan (siswa) relatif baik. -Minat siswa untuk belajar relatif tinggi. -Latar blkg. Sosek siswa relatif baik. -Sarana-prasarana baik -Peran KM relatif baik

-Potensi daerah perlu diseleksi dan dikemba ngkan. Peningk at-an kebutuhan SDM. Perlunya pemberd a-yaan lemb. legislatif / birokrat Perlunya meningk atkan poten-si daerah dan

MTsN Arjasa

-Idem-

Rasio guru dan siswa relatif baik Partisipasi orang tua kondusif Disiplin guru dan siswa cukup baik

Proses pendidik an kurang kondusif . Mutu pembela jarn menurun

Perlu menggal i potensi daerah Perlu meningk atkan partisipa i masyara kat

Setelah dilakukan berbagai pendekatan analisis strategis dan melahirkan alternatif strategi, maka yang dipandang unggulan dapat dikembangkan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember adalah sebagaimana dapat dilihat pada matrik berikut

- Idem MTsN Bsl.Sa ri

-Peranan KM cukup baik. -Pendidik-an guru relatif baik -Rasio gurusiswa cukup

Matrik V-2 Analisis SWOT Kondisi-kondisi yang Ada Saat ini Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah di Kabupaten Jember Tahun 2003-2004 Peluang (O) Eksternal (E) Tantangan/Ancaman (T)

kelemahan dan peluang yang merekomendasikan pilihan investment atau divestment. Alasannya adalah, karena peluang tersedia dengan jelas, namun Pemda tidak memiliki akses yang memadai untuk menanganinya; dan kalau dipaksakan, maka diperlukan biaya yang relatif besar sehingga akan merugikan pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dirumuskan beberapa alternatif strategi berdasarkan improvisasi kondisi-kondisi yang ada, yaitu: Alternatif Strategi I: Implementasi secara sinergis daya dukung tiga faktor utama terhadap peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember, yaitu peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf), peningkatan mutu layanan administrasi/manajemen madrasah dan peningkatan jumlah dan mutu sarana-prasarana pembelajaran termasuk buku-buku sumber yang vital untuk pembelajaran. Alternatif Strategi II: Implementasi secara sinergis dan integral berdasarkan perbaikan daya dukung enam faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di Kabupaten Jember, yaitu (1) peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf), (2) mutu pelayanan administrasi/manajemen madrasah, (3) jumlah dan mutu sarana dan prasarana, (4) jumlah pembiayaan, (5) mutu implementasi kurikulum dan (6) mutu partisipasi masyarakat. Berdasarkan alternatif strategi tersebut di atas, model alternatif sebagai model strategis peningkatan mutu berbasis madrasah yang dapat diimplementasikan di Kabupaten Jember, sebagai berikut:

Internal (I) Kekuatan (S)

Rekomendasi Fungsional (SO): Pembuatan kebijakan fungsional pendidikan yang berbasis pada peningkatan akses melalui pemanfaatan peluang- peluang yang ada.

Rekomendasi Fungsional (ST): Pembuatan kebijakan fungsional pendidikan yang berbasis pada peningkatan akses dengan cara mengurangi dampak dari tantangan yang ada

Kelemahan (W)

Rekomendasi Strategis: Divestment/ Investment


Rekomendasi Fungsional (WO): Pembuatan kebijakan fungsional pendidikan melalui pemanfaatan peluang yang ada sambil membenahi kelemahankelemahan. Rekomendasi Fungsional (WT): Pembuatan kebijakan fungsional pendidikan melalui pengurangan dampak dari tantangan, dan membenahi kelemah-an-kelemahan.

Sumber: Adaptasi dari Model Kearns (1992) Kondisi pendidikan berbasis madrasah yang ada saat ini di Kabupaten Jember didominasi oleh pertemuan isu-isu strategis

Gambar V-1 Model Strategis Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah di Kabupaten Jember

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang disajikan dalam Bab V tentang strategi dasar dan model alternatif untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi dasar untuk mempertahankan mutu secara berkesinambungan di MTsN Kabupaten Jember adalah melalui peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf TU), peningkatan mutu layanan administrasi dan manajemen pendidikan, dan peningkatan jumlah dan mutu sarana dan prasarana termasuk sumber-sumber belajar. Pengembangan strategi-strategi dasar ini sekaligus mendasarii perumusan model alternatif peningkatan mutu MTsN di kabupaten Jember sebagaimana telah digambarkan dalam bagian sebelumnya. Strategi dasar ini harus didukung pembenahan pada faktor-faktor lainnya yang juga memiliki daya dukung pada peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di Kabupaten Jember. 2. Implementasi secara sinergis peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember dapat dilakukan melalui upaya peningkatan daya dukung faktor-faktor: guru dan staf TU yang profesional, peningkatan mutu administrasi dan manajemen madrasah, peningkatan mutu sarana dan prasarana, kurikulum dan pembelajaran, penggunaan biaya, dan peningkatan mutu partisipasi masyarakat. B. Implikasi Penelitian Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa implikasi penelitian untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah. Pemerintah Daerah dan pihak-pihak yang terkait dituntut untuk melakukan formulasi kebijakan kebijakan pendidikan yang mengacu pada rencana strategis daerah. Perumusan kebijakan tersebut hendaknya mengacu pada pada analisis yang cermat strategi-strategi dasar pengembangan model alternatif peningkatan mutu pendidikan pada umumnya, dan khususnya untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN. Sesuai dengan organisasi pemerintah daerah, Bappeda sebagai badan yang mewakili Pemerintah Kabupaten Jember memiliki peranan utama penggerakan kebijakan pendidikan daerah, dan DPRD memiliki

Faktor-faktor Eksternal: - Kebijakan politik pend. - Pemberdayaan sekolah - Pemberdayaan masyarakat

Visi Pendidikan
Analisis Faktorfaktor Strategis yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Guru dan Staf yang Profesional

- Dan lainlain

Sarana dan Prasarana yang Bermutu

Mutu Pendidikan

Layanan Adm./Ma naj. yang Bermutu

Hasil Pendidikan yang Bermutu (Kepuasan pelanggan) Model tersebut di atas menggambarkan pola pikir strategis dalam mempertahankan mutu secara berkesinambungan untuk pendidikan berbasis madrasah. Model alternatif tersebut mengindikasikan adanya keseimbangan pemanfaatan faktor-faktor internal dan eksternal yang memiliki daya dukung tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember.

peranan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan politik pendidikan Kabupaten Jember. A. Rekomendasi Penelitian Sesuai dengan temuan-temuan penelitian ini, strategi dasar peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah yang penting dicermati oleh pihakpihak pembuat kebijakan pendidikan adalah profesionalitas guru, manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, dan pembenahan sumber belajar. Adapun dasar kebijakan pengembangan pendidikan tersebut adalah meningkatnya aksesibilitas pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan berbasis madrasah. Berdasarkan fokus kebijakan ini, peneliti merumuskan rekomendasi sbb: 1. Perlu meningkatkan peranan pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung (stake holders) pada peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah , mulai dari penyusunan hingga implementasi dan evaluasi sasaran dan program-program peningkatan mutu pendidikan. 2. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah di MTsN Kabupaten Jember hendaknya didasarkan pada strategi dasar hasil analisis SWOT, yakni peningkatan profesionalitas guru dan staf TU, peningkatan mutu administrasi dan manajemen, dan peningkatan jumlah dan mutu sarana dan prasarana. DAFTAR PUSTAKA Abu-Dhou, I. (2003). School-Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah). Buku Serial Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan UNESCO. Terjemahan oleh Aini, Sapto, dan Jauhari. Pengantar oleh Prof. Dr. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Achmady, Z. A. (1995). Reformasi Administrasi dalam pendidikan: Beberapa Pelajaran tentang Implementasi Kebijakan. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Al-Gazali, S. M. (1996). Berdialog dengan Al-Quran: Memahami Pesan Kitab Suci dalam Kehidupan Masa Kini. Bandung: Mizan.

Al-Hamdani, D. (2003). Strategi Pengembangan Model Kepemimpinan Transforma-sional Kepala MTs: Penelitian dan Pengembangan Kepemimpinan Kepala MTsN di Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Disertasi PPs UPI Bandung. Anthony, W. P. (1996). Strategic Human Resources Management. New York: Dryden Press. Anwar, M. I. (2003). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Arikunto, S. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Baker, R. L. dan Schutz, R. E. (1972). Instructional Product Research. New York: D. van Nostrand Company. Bappeda Kabupaten Jember (2003). Kabupaten Jember dalam Angka Tahun 2003. Jember: Kerja Sama Bappeda dan BPS Kabupaten Jember. Best, J. W. dan Kahn, J. V. (1989). Research in Education (Sixth Edition). New Delhi: Prentice-Hall of India. Boast, W. M. dan Martin, B. (2002). Masters of Change. Jakarta: Gramedia. Bogdan, R. C. dan Biklen S. K. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Alih Bahasa oleh Munandir. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Depdikbud. Brannen, J. (1992). Mixing Methods: Qualitative and Quantitave Research. Adeshot, England: Avebury. Bray, M. dan Murray, T. R. (1996). Financing of Education in Indonesia. Hong Kong: ADB. Burhan, N. (1994). Perencanaan Strategik. Jakarta: LPPM dan Pustaka Binaman.

Castetter,W.B. (1996) The Human Resource Educational Administration. Englewood Jersey: Merril, an imprint of Prentice-Hall.

Function in Cliffs, New

________ (2003). Panduan Penyusunan Naskah Ujian Akhir Nasional. Surabaya: Depdikbud Wilayah Propinsi Jawa Timur. _______ (2003). Pedoman Komite Madrasah. Jakarta: Depag, Ditjen Kelembagaan Agama Islam. _______ (2003). Kumpulan Data Lembaga/Siswa pada Seksi Mapenda (RA, MI, MTs, MA) Tahun 2003/2004. Jember: Kantor Depag Kabupaten Jember. Depdiknas (2000). Perencanaan Pembangunan Pendidikan. Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas. ________ (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen Direktorat PMU. _________ (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1: Konsep Pelaksanaan. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen Direktorat PMU.

Cohen, L. dan Lawrence, M. (1997). Research Methods in Education. London dan New York: Routledge. Combs, P. H. (1968). The World Education Crisis: A System Analysis. New York: Oxford University Press. Cresswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. London: Sage Publications. Depag R.I. (1999). Pendidikan, Agama, dan Seni. Mimbar Pembangunan Agama (MPA). Surabaya: Kanwil Depag. Propinsi Jawa Timur. _________ (1998). Buku Pedoman Akreditasi Madrasah. Jakarta: Depag, Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. _________ (2003). Pedoman Akreditasi Madrasah. Jakarta: Depag, Ditjen Kelembagaan Agama Islam. _________ (2001). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ditjem Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Depag RI (2003). Instrumen Akreditasi Madrasah Tahun 2003. Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah PAI pada Sekolah Umum. Depag Kantor Kabupaten Jember (2003). Laporan Pelaksanaan Akreditasi MTs di Kabupaten Jember. Jember: Dewan Akreditasi Madrasah Kabupaten Jember. Depdikbud (1993). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud. ________ (1994). Indonesia Educational Statistic in Brief 1992/1993. Jakarta: Depdikbud.

_________ (2003). UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Restindo Mediatama. _________ (2003). Pedoman Pelaksanaan Pemberian Block Grant Pendidikan Menengah Umum Tahun Anggaran 2003. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMU. _________ (2004). Kurikulum 2004: Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Deppdiknas. _________ (2004). Kurikulum 2004: Kerangka Dasar untuk TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas Kabupaten Jember (2003/2004). Data Jumlah Siswa Sekolah SMP/MTs/SM. Jember: Depdiknas Kabupaten Jember. Dunn, W. M. (1994). Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi Kedua). Terjemahan oleh Samodra Wibawa, dkk. (Fisipol UGM). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Effendi S., T. (2004). Implementasi Perencanaan Stratejik Penyelenggaraan Pendidikan Dasar (Kontribusi Relatif Beberapa Faktor Determinan terhadap Pencapaian Kebutuhan Pendidikan Dasar di Kabupaten Subang). Disertasi PPs UPI Bandung. Fadjar, A. M. (1998). Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: LP3NI. Fanani, Zainal (2002). Profil SLTP Plus Darus Sholah. Jember: SLTP Plus Darus Sholah. Fattah, N. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: Andira. Field, J. C. (1994). Total Quality for School. Ontario: Prentice Hall Canada Inc. Fullan, M. G. & Stiegelbauer, S. (1991). The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Columbia University. Gaffar, M. F. (1995). Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di Indonesia. Bandung: IKIP. ___________. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Gaspersz Vincent.(2003).Sistem Manajemen Kenerja Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan Six Sigma

Untuk Organisasi Bisnis Gramedia Pustaka Utama.

dan

Pemerintah.

Jakarta:

Haller, E. J. dan Strike, K. E. (1986). An Introduction to Educational Administration: Social, Legal, and Ethical Perspectives. New York & London: Longman. Hersey, P. dan Blanchard, K. H. (1982). Management of Organizational Behavior. Utilizing Human Resources (Fourth Edition). Englewood Cliffs, New Jersey: PrenticeHall, Inc. Hornby, A.S. (1983). Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English. London: Oxford University Press. Hoy et al. (2000). Improving Quality in Education. Englewood Cliffs, N. J.: Prentice Hall International, Inc. Hoy, W. K. dan Miskel, C. G. (1982). Educational Administration: Theory, Research and Practice (Second Edition). New York: Random House. Jalal, F. dan Supriadi, D.(Ed.) (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Kerja sama Bappenas, Depdiknas, Adicita Karya Nusa. LAN RI (1998). Administrasi, Manajemen dan Organisasi. Bahan Diklat Prajabatan. Jakata: LAN. _______ (1998). Manajemen Pelayanan Masyarakat. Bahan Diklat Prajabatan Golongan III. Jakarta: LAN. _______ (1988). Kepemimpinan Abad XXI. Bahan Diklat Prajabatan Golongan III. Jakarta: LAN. Lewis, F dan Smith, J. (1996). Total Quality in Higher Education. New York: McGraw-Hill Book Company. MacRae, Jr., D. dan Wilde, J. A. (1985). Policy Analysis for Public Decisions. California: University Press of America.

Nasution, S. (1998). Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Sallis, E. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan Page Educational Management Series. Philadelphia, London: Koga Page. Sanusi, A. (1998). Pendidikan Alternatif. Menyentuh Arus Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan. Bandung: PPs IKIP dan Grafindo Media Pratama. Satori, Djaman. (1999). Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Administrasi Pendidikan. Bandung: IKIP. Syafiie, Ahmad. (2003). Strategi Pengembangan Model Madrasah Aliyah Keagamaan Unggulan (Studi Kasus Eksplorasi dan Pengembangan Model Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri Darussalam Kabupaten Ciamis). Disertasi PPs UPI Bandung (Tidak Diterbitkan). Bandung: PPs UPI. Tafsir, A. (1990). Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung Remaja Rosda Karya. Tuckman, B. W. (1978). Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Wahab, A. A. (1992). Beberapa Hal Pokok tentang Pengelolaan Pendidikan Dasar. Makalah disajikan pada Konvensi Nasional Pendidikan II di Medan. Zamroni (Ed.) (2003). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Jakarta: Bigraf Publishing. Zeitham, V. A. dan Bitner, M. J. (1996). Service Marketing. New York: McGraw-Hill Book Company.

BIOGRAFI PENULIS

Identitas Diri
M. Hadi Purnomo, dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 1 Desember 1965 dari Ayah Kastam Bejo (Alm) dan Ibu Mariyem (Almh); menikah dengan Dwi Harpin Soediarni, S.H., putri dari Ayah H. Buari dan Ibu Hj. Sukatri pada tanggal 22 Mei 1994 dan dikaruniai satu orang putra Bagas Rasul Nusantara (3 tahun) dan dua orang putri Lina Jelita (9 tahun) serta Puput Miranda (2 tahun); bekerja di Kantor Departemen Agama (DEPAG) Kabupaten Jember sebagai Tenaga Pendidik (Guru) yang ditempatkan di MTsN Bangsalsari, Kakubaten Jember, sejak tahun 1998, yang diangkat melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI.

I. Pendidikan
1. Sekolah Dasar di Banyuwangi, lulus tahun 1979. 2. Madrasah Tsanawiyah di Banyuwangi, lulus tahun 1982. 3. Sekolah Menengah Tingkat Atas, lulus tahun 1985. 4. Sarjana Pendidikan jurusan Fisika pada FKIP Universitas Jember, lulus tahun 1990. 5. Magister Pendidikan jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan pada IKIP Jakarta, lulus tahun 1994. II. Pekerjaan dan Jabatan 1. Tahun 1986 1989: Guru tidak tetap (GTT) di beberapa SMA dan Madrasah Aliyah. 2. Tahun 1989 1993 : Direktur Lembaga Pendidikan Banyuwangi Scientist Club. 3. Tahun 1990 Sekarang : Dosen Universitas Moch Sroeji Jember.

4. Tahun 1994 1997 : Dosen pada jurusan Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mandala Jember. 5. Tahun 1998 2002 : PNS sebagai Guru MTsN Bangsalsari Kabupaten Jember. 6. Tahun 1993 1999 : Dosen FKIP Universitas Bondowoso di Bondowoso. 7. Tahun 1999 1993 : Rektor Universitas Bondowoso di Bondowoso. 8. Tahun 2002 Sekarang : Kepala Definitif (DPK) di Madrasah Aliyah Drus Sholah Jember. 9. Tahun 2003 Sekarang : Kepala SMA Unggulan BPPT Darus Sholah Jember.

RANGKUMAN DISERTASI
STRATEGI PENINGKATAN MUTU MADRRASAH TSANAWIYAH (Penelitian Kualitatif pada Strategi Peningkatan Mutu MTsN di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur)

III.Kegiatan Profesional
1. Ketua Tim Pembina SMA Al Hikmah Banyuwangi tahun 1990 1992. 2. Ketua Tim Pembina Madrasah Aliyah Miftahul Huda Banyuwangi tahun 1990 1991. 3. Ketua Tim Pembina Madrasah Aliyah Darul Ulum Banyuwangi tahun 1990 1991. 4. Ketua Tim Penatar Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah seKabupaten Bondowoso tahun 1994. 5. Anggota Tim Penatar Guru-guru Madrasah Aliyah Swasta se-Kabupaten Jember, tahun 2001. 6. Anggota Tim Penatar para Kepala Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Balung, Jember, tahun 2002. 7. Anggota Seminar Nasional tentang Profesionalisme Tenaga Kependidikan di IKIP Yogyakarta tahun 1992.

DISERTASI Diajukan kepada Panitia UjianDisertasi Universitas Pendidikan Indonesia untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mengikuti Promosi Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Administrasi Pendidikan

Promovendus: M. HADI PURNOMO NIM: 959811

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONSIA BANDUNG 2005

Anda mungkin juga menyukai