Anda di halaman 1dari 6

Blok 18 UP 5 *Rachitis

Unit Pembelajaran 5 Learning Objectives: 1. Mengetahui tentang rachitis meliputi etiologi, mekanisme terjadinya rachitis, gejala klinis, diagnosa, penanganan, dan pencegahannya. 2. Mengetahui ransum yang baik untuk puppies. 3. Mengetahui metabolisme vitamin D. Pembahasan Learning Objectives: I. RACHITIS A. Etiologi Rachitis adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan kegagalan mineralisasi tulang atau jaringan osteoid yang sedang tumbuh (Nelson, 2003). Penyakit yang bersifat kronis yang terjadi pada hewan muda yang sedang mengalami masa pertumbuhan, dicirikan dengan kalsifikasi tidak sempurna dari tulang yang tumbuh yang menyebabkan abnormalitas tulang dan gangguan kesehatan secara umum. Lesi esensialnya adalah kegagalan kalsifikasi sementara dengan hypertrophic kartilogo secara persisten dan pembersaran epiphysis (Bhat, 2008). Faktor predisposisi terjadinya rachitis menurut Heddhamar (2009) : 1. Ukuran tubuh yang besar Penyakit skeletas banyak terjadi pada anjing dengan ukuran tubuh yang besar terkait dengankurangnya asupan pakan yang mengandung vitamin D, Ca dan P untuk skeletal pada masa pertumbuhan. Anjing dengan ukuran tubuh besar membutuhan asupan ketiganya dalam jumlah yanglebih besar, namun banyak pada kasus di lapangan mereka hanya mengonsumsinya sedikit. Umur Perkembangan penyakit skeletal rakhitis biasanya terjadi pada hewan yang sedang mengalamipertumbuhan. Breed Biasanya yang menderita rakhitis adalah anjing dengan Giant-size breed seperti Rottweiler, GreatDane. Sex Biasanya yang sering terkena skeletal disease adalah anjing jantan, namun pada beberapa ras hipdisplace lebih tinggi kejadiannya pada yang betina. Pertumbuhan yang cepat Untuk bertumbuh dengn cepat, maka membutuhkan nutrisis yang lebih banyak, factor pentingnyaadalah jumlah energy yang cukup. Nutrisi Ricktes terjadi karena defisiensi vitamin D , Ca. Nutritional Secondary Hyperparathyroidism dapatterlihat pada puppies yang diberi pakan hanay daging yang mengandung P tinggi dan rendah Ca. Exercise Exercise tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kejadian skeletal disorder. Denganexercise, dapat membantu pertumbuhan tulang, namun jika exercise diberi secara berlebihan danterlalu berat maka dapat menimbulkan kerusakan ligament, osteoarthritis

2.

3.

4.

5.

6. 7.

8.

B. Mekanisme Terjadinya Rachitis Skema terjadinya rachitis menurut Holick (2006):

Kekurangan vitamin D/defisiensi Ca pada pakan akan peningkatan absorbs Ca di intestinum lalu terjadi hipokalsemia dan hiperparathiroidisme sehingga mobilisasi Ca dari tulang, peningkatan reabsorpsi phosphor dari ginjal menjadi phosphaturia lalu Ca dan P tidak seimbang lagi mengakibatkan gangguan metabolisme tulang dan mineralisasi sehingga tulang menjadi keropos, lemah (Lopez, 2007). Gangguan osifikasi endochondrial pada lempeng epifisial tulang panjang ketika pembentukan matriks dan proliferasi sel kartilago berproses normal, kapiler menyebar dari metafisis menuju ke daerah epifisis membentuk jaringan osteiod dengan menggunakan protein sebagai penyusunnya dimana deposisi Ca dan P terhambat/gagal terjadi akumulasi osteiod dan kartilago secara besar-besaran berakibat radiolusensi garis epifisis menjadi tidak teratur dan terjadi pembesaran, terlihat kebengkakan pada tulang extremitas mengakibatkan lapisan tebal dari osteiod menuju metafisis dan epifisis terjadi pembesaran pada haversiancanal lalu adanya pembesaran globular terbentuk pada daerah tertentu seperti daerah costocondral padacostae, sumsum tulang menunjukan derajat vascular dan fibrosis yang rendah sehingga tulang menjadi lemah dan tipis, digunakan untuk menyangga berat tubuh terjadi perubahan bentuk tulang dan kegagalan pertumbuhan tubuh (Nelson, 2003). Pada hewan yang sedang mengalami pertumbuhan, endochondral ossifikasi terjadi ketika kartilago berproliferasi, dewasa menjadi hipertrofi dan akhirnya degenerasi dan menjadi mineralisasi membentuk anyaman tulang. Pada kasus rakhitis, kondrosit berproliferasi namun tidak mengalamipendewasaan/pematangan dan berdegenerasi dengan baik, sehingga kartilago tertahan dan terakumulasi ditulang (Lopez, 2007). C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gejala Klinis Pertumbuhan terhambat Pembengkakan/ pembesaran endi terutama bagian radius ulna bagian distal Pembengkokan tulang (pada tulang panjang) Nodule pada costochondral Kekakuan sendi, hewan lemas, sering berbaring Kelemahan otot

7. Kelainan pelvis yang dapt menyebabkan distokia 8. Gigi tidak tumbuh secara sempurna 9. Kondisi umum buruk D. Diagnosa Diagnosis Rachitis didasarkan pada: 1. Anamnesa dengan klien untuk mengetahui sejarah penyakit. Meliputi: pakan yang diberikan, exercise, anjing sering dibawa keluar rumah atau tidak (berkait dengan penyinaran matahari). 2. Gejala klinis yang didapatkan dari pemeriksaan fisik. 3. Pemeriksaan serum darah. Terjadi peningkatan Serum Alkaline Phosphate, Phosphor, sedangkan kandungan Ca menurun (Merck, 2005). Kadar Alkaline Phospatase normal pada anjing: 20-155 U/L,kadar Phosphor normal pada anjing: 2,8-6,1 mg/dl, dan kadar Ca normal pada anjing: 9,8-11,7 mg/dl. 4. Analisis radiologi gambaran tulang. Densitas berkurang, pembesaran epiphyseal plate dan ephiphyseal line (Merck, 2005), penebalan kartilago artikular dan metaphyses tulang kaki (Kaplan, 2002). E. Penanganan dan Pencegahan Penanganan 1. Pergantian pakan dengan komposisi seimbang yang mengandung vitamin D 2. Vitamin D dengan pemberian 10-12 kali, kebutuhan sehari-hari pada hari pengganti selama seminngu (kebutuhan sehari-hari 700 IU) 3. 4. 5. 6. Suplemen Ca melalui pakan oral (tulang, limestone powder, campuran mineral) dan melalui injeksi Diberi sinar matahari yang memadahi Diberi pakan organic seperti hati, jantung, cod liver oil (kaya vitamin D), (Bhat, 2008). Injeksi vitamin D sebaiknya tidak diberikan jika sudah diterapi dengan pakan yang kaya vitamin

Dkarena justru dapat menyebabkan kelebihan vitamin D. 7. Jika dibutuhkan tindakan operatif, ditunda sampai terjadi mineralisasi sempurna, (Nelson, 2003). Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan melalui pemberian pakan yang mengandung kalsium, phosphor, dan vitamin D yang berimbang. Hak ini dapat dilakukan dengan pemberian dog food komersial khusus puppies karena kandungan nutrisi di dalamnya sudah disesuaikan dengan usia pertumbuhan anjing muda. Selain itu, pemberian daging murni terus menerus dapat diantisipasi dengan penambahan sedikit mentega ataupun minyak ikan cod yang didalamnya mengandung vitamin D yang dapat mencukupi kebutuhan sehingga resiko penyakit rachitis dapat diantisipasi (NRC, 2006). II. RANSUM YANG BAIK UNTUK PUPPIES Jumlah energi yang dibutuhkan sehari-hari untuk anak anjing anjing disapih dan remaja adalah (per 1 ekor, kJ):

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Kebutuhan Puppies dan anjing remaja (per 1 kg berat badan): Protein - 9 g Lemak - 2,6 g Pati dan gula - 14 g Selulosa - 1,5 g Kalsium - 528 mg Fosfor - 440 mg Vitamin A - 0,2 mg Vitamin D - 0,020 mg (Kaporva, 2009)

9. Vitamin E - 2,2 mg

III. METABOLISME VITAMIN D Studi telah menunjukkan bahwa Vitamin D diproduksi oleh hormon steroid, 1,25-DHCC. Ada dua bentuk dari Vitamin D. Tanaman menghasilkan ergosterol, yang telah disintesis ke ergocalciferol, Vitamin D2, yang digunakan sebagai suplemen pakan ternak. Cholecalciferol, atau D3 Vitamin, diciptakan oleh sintesis 7-dehydrocholesterol di kulit dengan radiasi ultraviolet (UV B). Cholecalciferol terikat dengan protein serum dan diangkut ke hati (di mana ia berubah menjadi 25hydroxycholecalciferol (25-HCC). Hal ini pada gilirannya terikat pada serum protein dan diangkut ke ginjal, di mana ia berubah menjadi 1,25-dihydroxycholecalciferol (1,25-DHCC) (Kaplan, 2002).

(Holick, 2006)

Daftar Pustaka S.A. (2008). Canine Rickets. http://www.slideshare.net/fsearch/slideshow?q=Canine+ Rickets&searchfrom=header. Diakses pada 28 Juni 2012, Yogyakarta. Heddhamar, A. (2009). Preventive Measures in Canine Orthopaedic Medicine.http://www.vin.com/proceedings/Proceedings.plx?CID=WSAVA2003&PID=6834&O=Gene ric. Diakses pada 28 Juni 2012. Holick, M.F. (2006). Resurrection of Vitamin D Deficiency and Rickets. J. Clin. Invest.116:20622072, USA. Kaplan, M. (2002). Calcium Metabolism and Metabolic Bone Disease. http://www.anapsid.org/mbd.html. Diakses pada 28 Juni 2012. Kaporva, T. (2009). Feeding The Babies. http://www.lowchensaustralia.com/health/. Diakses pada 28 Juni 2012. Lopez, A. (2007). Metabolic Bone Disease. University of Prince Edward Island, Canada. Merck. (2005). The Merck Veterinary Manual, Ninth Edition. National Publishing, Inc: Philadelphia. National Research Council. (2006). Nutrient Requirements of Dogs and Cats. National Academic Press : Washington D.C. Nelson, R.W. and C.G. Couto. (2003). Small Animal Internal Medicine. Mosby Co: Philadelphia. Bhat,

Anda mungkin juga menyukai