Anda di halaman 1dari 19

CHAPTER REPORT (CHAPTER 23)

MIXED-METHODS RESEARCH (How to Design and Evaluate Research in Education Karya Jack R. Fraenkel, Norman E. Wallen dan Hyun)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Metodologi Penelitian
Dosen Pembina Prof. Dr. Asari Djohar, M.Pd.

Oleh: Asep Wibowo NIM: 1201105

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM S-2 SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada kita semua. Saya berbahagia sekali dapat melaporkan hasil kajian saya berupa Chapter Report dari buku How to Design and Evaluate Research in Education, karya Jack R. Fraenkel, Norman E. Wallen dan Hyun. Hasil kajian dalam buku ini hanya terbatas pada Chapter 23 yang membahas mengenai topik Mixed-Methods Research. Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelsaian tugas ini, khususnya pembimbing mata kuliah Metodologi Penelitian Bapak Prof. Dr. Asari Djohar, M.Pd. yang telah membimbing saya, semoga semua yang beliau berikan kepada saya dicatat sebagai amal jariyah oleh Allah Swt. Saya menyadari bahwa hasil kajian ini belum dapat memenuhi harapan para pembaca yang budiman, untuk itu atas segala kekurangan dalam chapter report ini, saya mohon maaf serta kritik ataupun saran demi perbaikan selanjutnya. Semoga apapun yang kita lakukan senantiasa mendapat ridla dan bimbingan Allah Swt. Amiin.

Bandung, Desember 2012 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Pembatasan Kajian Masalah ..................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 BAB II ISI CHAPTER 23............................................................................................. 3 A. Pengertian Mixed-Methods Research ....................................................... 3 B. Kelebihan-Kelebihan Mixed-Methods Research ....................................... 4 C. Kelemahan-Kelemahan Mixed-Methods Research ................................... 5 D. Jenis-Jenis Desain Mixed-Methods Research .......................................... 6 E. Isu-Isu Mixed-Methods Design Lainnya ................................................... 10 F. Langkah-Langkah dalam Melakukan Mixed-Methods Research .............. 11 G. Etika dalam Mixed-Methods Research...................................................... 14 BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................................... 15 A. Kesimpulan .............................................................................................. 15 B. Rekomendasi ............................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... iii

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mr. Ochoa, seorang pengawas pada sebuah distrik sekolah di Amerika Serikat, diberitahu oleh beberapa kepala sekolah bahwa penggunaan narkoba oleh siswa sekolah dasar dan menengah telah meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Khawatir, dia bertanya Alfonso Martinez, seorang profesor di sebuah universitas setempat, untuk menyelidiki masalah tersebut. Martinez memutuskan untuk memulai penelitian dengan melihat ke dalam situasi di sebuah sekolah menengah terdekat di mana penggunaan narkoba dilaporkan sangat tinggi. Dia mulai dengan meminta izin dari kepala sekolah untuk menyelidiki masalah dan dengan meminta persetujuan dari para siswa dan orang tua mereka untuk berpartisipasi dalam proyek penelitiannya. Martinez memutuskan untuk melakukan mixed-methods research dengan terlebih dahulu mengumpulkan beberapa data dengan menggunakan instrumen survei kuantitatif dan kemudian menindaklanjuti dengan kuesioner serta mewawancarai sampel dari siswa yang berpartisipasi dalam survei. Dia berharap wawancara akan memberikan rincian lebih lanjut tentang respon siswa terhadap kuesioner dan dengan demikian menunjukkan beberapa cara untuk memerangi masalah narkoba. Masalah di atas adalah paragraf pembuka bab 23 buku How to Design and Evaluate Research in Education, karya Jack R. Fraenkel, Norman E. Wallen dan Hyun. Pada bab 23 ini, topik yang dibahas adalah mengenai Mixed-Methods Research. Materi yang dibahas pada bab 23 ini antara lain: pengertian mixedmethods research, kelebihan-kelebihan mixed-methods research, kelemahankelemahan mixed-methods research, jenis-jenis mixed-methods research, serta langkah-langkah dalam melakukan mixed-methods research. B. Pembatasan Kajian Masalah Meskipun buku ini menyajikan analisis yang komprehensif mengenai penelitian dalam pendidikan pada suluruh bab, namun sesuai dengan tugas yang

diberikan oleh dosen pembina, penulis hanya akan membahas salah satu topik pada bab 23 mengenai mixed-methods research. Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apakah pengertian mixed-methods research? 2. Apa saja kelebihan-kelebihan mixed-methods research? 3. Apa saja kelemahan-kelemahan mixed-methods research? 4. Apa saja jenis-jenis mixed-methods research? 5. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan mixed-methods research? C. Tujuan Penulisan Tujaun penulisan Chapter Report ini terkait erat dengan pembatasan kajian masalah yang diajukan, yaitu untuk menjelaskan mengenai: 1. Pengertian mixed-methods research; 2. Beberapa kelebihan mixed-methods research; 3. Beberapa kelemahan mixed-methods research; 4. Jenis-jenis mixed-methods research; serta 5. Langkah-langkah dalam melakukan mixed-methods research.

BAB II ISI CHAPTER 23

Seperti yang telah diuraikan pada Bab I, materi dari Chapter 23 buku How to Design and Evaluate Research in Education ini adalah membahas mengenai Mixed-Methods Resesearch. A. Pengertian Mixed- Methods Research Mixed-methods research adalah penelitian yang menggunakan dua metode sekaligus dalam satu penelitian, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Para peneliti yang terlibat dalam mixed-methods research berpendapat bahwa penggunaan kedua metode tersebut memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang masalah penelitian daripada penggunaan satu pendekatan saja. Meskipun penggunaan mixed-methods research dianggap ketinggalan jaman karena kembali ke era tahun 1950-an, namun belakangan ini banyak muncul penelitian/jurnal pendidikan yang menggunakan metode ini, terutama sejak tahun 2005. Fitur penting dalam mixed-methods research adalah menggabungkan metode pengumpulan data dan analisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Banyak orang yang tidak puas dengan hanya disajikan data numerik dan analisis statistik, mereka menginginkan informasi yang lebih mendalam, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat holistik dari fenomena yang sedang diteliti. Perlu dicatat bahwa jenis instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tidak terdapat perbedaan besar antara metode kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan dan wawancara, instrumen utama yang digunakan dalam penelitian kualitatif, juga sering ditemukan dalam penelitian kuantitatif. Namun cara, konteks, dan kadang-kadang maksudnya berbeda. Beberapa contoh mixed-methods research yang telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Combining Qualitative and Quantitative Methodologies in Research on Teachers Lives, Work, and Effectiveness 3

2. Emotions and Change During Professional Development for Teachers: A Mixed Methods Study 3. The Complexities of Teachers Commitment to Environmental Education: A Mixed Methods Approach B. Kelebihan-Kelebihan Mixed-Methods Research Mixed-methods research memiliki beberapa kelebihan. Pertama, mixedmethods research dapat membantu untuk mengklarifikasi dan menjelaskan hubungan antara variabel yang ditemukan. Sebagai contoh, data korelasional dapat menunjukkan sedikit hubungan negatif antara lama siswa menggunakan komputer di rumah dengan nilai/prestasi yang merosot. Muncul pertanyaan, mengapa seperti ada hubungan antara dua variabel tersebut? Wawancara dengan siswa mungkin menunjukkan bahwa siswa terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu: (1) sebagian besar siswa yang menggunakan komputer terutama untuk interaksi sosial (misalnya: jejaring sosial, e-mail dan instant messaging) nilainya merosot, dan (2) sebagian kecil siswa yang menggunakan komputer untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan sekolah (misalnya: melalui penggunaan mesin pencari) memperoleh nilai yang relatif tinggi. Ketika kedua kelompok awalnya digabungkan akan menghasilkan hubungan negatif, karena sebagian besar siswa yang menggunakan komputer di rumah memperoleh nilai yang buruk. Namun, hasil wawancara berikutnya menunjukkan bahwa hubungan itu agak keliru/palsu, karena yang mempengaruhi nilai adalah lebih disebabkan untuk apa siswa menggunakan komputer mereka, bukan lamanya penggunaan komputer di rumah. Kedua, mixed-methods research memungkinkan kita untuk

mengeksplorasi hubungan antara variabel secara mendalam. Dalam hal ini, metode kualitatif dapat digunakan untuk mengidentifikasi variabel penting di daerah yang menarik. Variabel ini kemudian dapat diukur dalam instrumen (misalnya kuesioner) yang kemudian diberikan kepada sejumlah besar individu. Variabel kemudian dapat dikorelasikan dengan variabel lainnya. Misalnya, wawancara dengan siswa akan mengungkapkan bahwa masalah dalam belajar

dapat dikategorikan menjadi tiga bidang: (1) terlalu sedikit waktu yang dihabiskan untuk belajar, (2) adanya gangguan dalam lingkungan belajar, seperti televisi dan radio, dan (3) kurangnya bantuan memadai yang diberikan oleh orang tua atau saudara kandung. Masalah-masalah ini bisa diteliti lebih lanjut dengan membangun kuesioner sebanyak 12 item, dengan masing-masing empat pertanyaan dari tiga bidang studi masalah. Setelah pemberian kuesioner ini kepada 300 mahasiswa, peneliti dapat mengkorelasikan skor masalah dalam belajar dengan variabel lain, seperti nilai siswa, hasil tes standar, tingkat sosial ekonomi, dan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler, untuk melihat apa dan bagaimana keterkaitan antar variabel, khususnya dengan masalah belajar. Ketiga, mixed-methods research dapat membantu untuk mengkonfirmasi atau memvalidasi silang hubungan antar variabel yang ditemukan. Ketika metode kuantitatif dan kualitatif dibandingkan, bisa untuk melihat apakah kedua metode tersebut memberikan penafsiran yang sama dari sebuah fenomena. Jika tidak sama, alasan kurangnya konvergensi dapat diselidiki. Misalnya, seorang profesor yang mengkhususkan diri dalam penelitian mixed-methods research diminta untuk menyelidiki kepuasan siswa sekolah menengah terhadap penilaian guru mereka. Dia mempersiapkan kuesioner yang dirancang untuk menentukan sikap siswa dan kemudian melakukan focus group dengan sampel berbagai siswa. Jika tanggapan survei umumnya mengungkapkan kepuasan dengan penilaian guru, namun terdapat peserta focus group yang menunjukkan ketidakpuasan karena siswa merasa bahwa guru mereka akan melihat tanggapan terhadap survei (dan dengan demikian mereka enggan untuk menjadi kritis). Sedangkan dalam focus group tanpa guru atau orang dewasa lain yang hadir, mereka bisa merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan mereka yang sebenarnya. Dengan demikian, jelas kurangnya konvergensi dalam hal ini dapat dijelaskan oleh variabel ketiga: apakah guru akan memiliki akses ke hasil survei. C. Kelemahan-Kelemahan Mixed-Methods Research Selain beberapa kelebihan yang disebutkan di atas, mixed-methods research juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain: pertama, mixed-

methods research seringkali sangat memakan waktu lama dan mahal dalam pelaksanaannya. Kedua, banyak peneliti hanya berpengalaman dalam satu metode penelitian saja. Memang, sumber daya, waktu, dan energi yang dibutuhkan untuk melakukan mixed-methods research dapat menjadi penghalang bagi seorang peneliti tunggal dalam melakukan penelitian. Kelemahan ini dapat dihindari jika terdapat banyak peneliti dengan bidang keahlian yang berbeda, bekerja sebagai sebuah tim. Namun, jika seorang peneliti tunggal tidak memiliki cukup waktu, sumber daya, dan keterampilan, ia mungkin akan lebih baik melakukan penelitian murni kuantitatif atau kualitatif dan melakukannya dengan baik. Namun demikian, mixed-methods research tetap layak menjadi pilihan untuk dipertimbangkan. Peningkatan jumlah mixed-methods research yang sedang dilakukan, dan jenis penelitian harus dipahami oleh semua orang yang tertarik dalam melakukan dan merancang penelitian. D. Jenis-Jenis Desain Mixed-Methods Research Terdapat tiga jenis desain dalam mixed-methods research, yaitu: exploratory design, explanatory design, dan triangulation design. Masing-masing melibatkan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif. 1. Exploratory design Dalam desain ini, pertama-tama peneliti menggunakan metode kualitatif untuk menemukan informasi dan variabel penting pada suatu fenomena yang menarik, kemudian metode kuantitatif.

Qualitative study (higher priority)

Quantitative study (lower priority)

Combine and interpret results

time

Gambar 2.1 Exploratory Design

Dalam desain eksplorasi, hasil dari fase kualitatif memberikan arahan kepada metode kuantitatif, dan hasil kuantitatif digunakan untuk memvalidasi atau mengembangkan temuan kualitatif. Analisis data dalam desain eksplorasi terpisah, yaitu tahap kualitatif baru kemudian tahap kuantitatif. Alasan yang mendasari desain eksplorasi adalah untuk mengeksplorasi fenomena atau untuk mengidentifikasi tema yang penting. Selain itu, hal ini sangat berguna untuk mengembangkan dan menguji suatu jenis instrumen. Contoh desain eksplorasi: seorang mahasiswa ingin mengidentifikasi alasan siswa bergabung dengan geng sekolah tinggi dan melihat bagaimana keanggotaan geng mempengaruhi mereka. Ia menggunakan metode kualitatif (etnografi) yang melibatkan analisis isi wawancara mendalam dan mungkin cerita-cerita lainnya (seperti esai). Selanjutnya, ia akan menggunakan desain kausal-komparatif untuk membandingkan subkelompok siswa yang memiliki alasan yang berbeda untuk bergabung ketika mereka mahasiswa baru. Untuk melakukan hal ini, ia harus memilah subkelompok, menggunakan data etnografinya. Dia kemudian akan mengumpulkan data dari mereka untuk melihat bagaimana kelompok-kelompok berbeda berdasarkan data etnografi tersebut. Ini akan membutuhkan pengumpulan data tambahan di mana preferensi akan informasi kuantitatif yang mungkin memerlukan

pengembangan instrumen. 2. Explanatory design Kadang-kadang seorang peneliti akan melakukan studi kuantitatif, tetapi memerlukan informasi tambahan untuk menyempurnakan hasilnya. Ini adalah tujuan di balik explanatory design. Dalam desain ini, peneliti terlebih dahulu melakukan metode kuantitatif dan kemudian menggunakan metode kualitatif untuk menindaklanjuti dan memperbaiki temuan kuantitatif. Dua jenis data yang dianalisis secara terpisah, dengan hasil analisis kualitatif digunakan oleh peneliti untuk memperluas hasil penelitian kuantitatif.

Quantitative study (higher priority)

Qualitative study (lower priority)

Combine and interpret results

time

Gambar 2.2 Explanatory Design

Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian di mana empat guru kelas V masingmasing mengajar matematika dengan menggunakan pengelompokan dan nonpengelompokan kemampuan siswa dalam eksperimen. Temuan utama adalah bahwa seorang guru memperoleh hasil yang jauh lebih tinggi pada nonpengelompokan kemampuan, sedangkan tiga lainnya memperoleh hasil lebih baik dengan pengelompokan kemampuan siswa. Sebuah studi lanjutan menggunakan metode kualitatif dengan cara wawancara, deskripsi narasi dan observasi pada kegiatan kelas menunjukkan bahwa seorang guru lebih mahir mengajar secara individual, sedangkan tiga guru lainnya lebih banyak dengan pengelompokan. 3. Triangulation design Dalam desain triangulasi, peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mempelajari fenomena yang sama untuk menentukan apakah keduanya bertemu pada pemahaman yang sama dari masalah penelitian sedang diselidiki. Jika tidak, maka peneliti harus mengeksplorasi mengapa dua metode memberikan hasil yang berbeda. Metode kuantitatif dan kualitatif diberikan prioritas yang sama, dan semua data dikumpulkan secara bersamaan. Data dapat dianalisis bersama-sama atau secara terpisah. Jika dianalisis bersama-sama, data dari studi kualitatif mungkin harus diubah menjadi data kuantitatif (misalnya, memberikan kode-kode numerik dalam suatu proses yang disebut quantitizing) atau data kuantitatif mungkin harus diubah menjadi data kualitatif (misalnya, memberikan narasi dalam suatu proses yang disebut qualitizing). Jika data yang dianalisis secara terpisah, konvergensi atau divergensi dari hasil kemudian akan dibahas. Alasan yang mendasari penggunaan desain triangulasi adalah bahwa kekuatan dari dua metode akan

saling melengkapi dan saling mengimbangi kelemahan masing-masing metode.


Quantitative study (equal priority) Combine and interpret results Qualitative study (equal priority)

time

Gambar 2.3 Triangulation Design Sebagai contoh, Fraenkel menggunakan desain triangulasi untuk mempelajari empat guru IPS di sebuah SMA yang diidentifikasi oleh rekan-rekannya sebagai guru yang luar biasa. Dia berusaha untuk menggambarkan apa yang terjadi setiap hari di ruang kelas mereka dan untuk mengidentifikasi teknik yang efektif dan perilaku dalam mengajar. Untuk tujuan ini, ia menggunakan teknik kualitatif berupa observasi kelas menggunakan log harian serta melakukan wawancara dengan siswa dan guru. Ia juga menggunakan sejumlah instrumen kuantitatif berupa cheklist kinerja, skala rating, dan diagram alur. Dia mendeskripsikan secara rinci mengenai perilaku masing-masing guru, gaya dan teknik mengajar kemudian dibandingkan dengan para guru lainnya untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Triangulasi dicapai tidak hanya dengan membandingkan wawancara guru, wawancara siswa dan observasi, tetapi juga dengan membandingkannya dengan ukuran kuantitatif dari interaksi dan prestasi kelas. Salah satu temuan ilustratif adalah bahwa keempat guru menekankan sebuah kelompok kerja kecil, seperti yang terungkap dalam observasi, wawancara guru, dan peringkat siswa. Secara keseluruhan, temuan penelitian ini didukung strategi pengajaran yang sering direkomendasikan, tetapi juga menyarankan beberapa strategi lain yang belum banyak mendapat perhatian dalam literatur. Ini termasuk keterlibatan pribadi yang luas dalam kehidupan siswa,

10

mempromosikan interaksi sosial baik di dalam maupun di luar kelas, dan secara sadar memperhatikan isyarat nonverbal. E. Isu-Isu Mixed-Methods Design Lainnya 1. Advocacy Lens Faktor yang dapat dapat digunakan untuk mengkategorikan mixed-methods design adalah ada atau tidak adanya advocacy lens. Advocacy lens ada ketika peneliti menunjukkan atau menyiratkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kondisi populasi peserta. Secara eksplisit, desain penelitian dapat didekati dengan advocacy lens. Misalnya, seorang peneliti tertarik dengan metode triangulasi untuk mengetahui kinerja akademik siswa di sekolah dasar dengan membandingkan kinerja di sekolah yang didominasi kulit putih dengan kulit hitam. Tujuan dari penelitian ini mungkin untuk memperbaiki kondisi dan kinerja akademik, terutama pada sekolah yang didominasi kulit hitam. 2. Sampling Sampling pada mixed-methods study sama pentingnya seperti pada jenis penelitian lainnya. Peneliti kualitatif biasanya menggunakan purposive sampling, dimana peneliti sengaja memilih peserta yang memiliki pengalaman dengan konsep utama yang sedang diselidiki. Biasanya sampel kecil, namun dapat memberikan informasi yang banyak, rinci, dan mendalam. Peneliti kuantitatif biasanya ingin memilih sampel individu yang lebih besar yang bisa mewakili populasi, sehingga hasilnya bisa digeneralisasi untuk populasi tersebut. Biasanya ada beberapa sampel dalam mixed-methods study. Sebagai contoh, seorang peneliti secara acak memilih dua SMA untuk mixed-methods study pada penggunaan narkoba di sekolah-sekolah pinggiran. Pertama kali, dia melakukan survei terhadap 800 alumni dari dua sekolah tersebut, kemudian membuat enam focus group menggunakan sampel purposive siswa, dan menyimpulkan dengan cara memilih 40 siswa untuk diwawancara.

11

Teddlie dan Yu (2007) menjelaskan bahwa sampling pada mixed-methods menempati bagian tengah kontinum, dengan teknik sampling kuantitatif pada salah satu ujung dan sampling kualitatif di sisi lain. Mereka berpendapat bahwa peneliti mixed-methods harus menggunakan kombinasi strategi random dan purposive sampling untuk menjawab pertanyaan penelitian. Salah satu karakteristik mixed-methods research adalah kemampuan peneliti untuk secara kreatif menggabungkan teknik dalam menjawab pertanyaan penelitian. 3. Mixed-model study Tashakkori dan Teddlie (1998) mendefinisikan mixed-model study sebagai "menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam fase yang berbeda dari proses penelitian." Dalam sebuah studi tunggal, ini mungkin melibatkan studi eksperimental, diikuti dengan pengumpulan data kualitatif, diikuti dengan analisis kuantitatif setelah data dikonversi ke angka. Dalam mixed-model study, pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk penelitian dapat diatasi dengan masing-masing tiga tahap: (1) proses menentukan jenis penyelidikan (konfirmatori [biasanya kuantitatif] vs eksplorasi [biasanya kualitatif]); (2) pengumpulan data dan operasi kuantitatif vs pengumpulan data dan analisis operasi kualitatif; (3) analisis dan inferensi statistik vs analisis dan inferensi kualitatif. F. Langkah-Langkah dalam Melakukan Mixed-Methods Study 1. Mengembangkan alasan yang jelas untuk melakukan mixed-methods study Seorang peneliti harus bertanya pada dirinya sendiri mengapa diperlukan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menyelidiki masalah yang dihadapi. Jika penalaran ini tidak jelas, sebuah mixed-methods study mungkin tidak sesuai. 2. Mengembangkan pertanyaan penelitian untuk kedua metode kualitatif dan kuantitatif Seperti dalam semua penelitian, sifat pertanyaan penelitian akan menentukan jenis desain yang akan digunakan. Banyak pertanyaan penelitian dapat diatasi

12

dengan menggunakan salah satu atau teknik penelitian kuantitatif dan kualitatif. Misalnya, seorang peneliti mengajukan pertanyaan ini: "Mengapa mahasiswa Asia-Amerika tidak memanfaatkan pusat konseling kuliah secara maksimal?" Dia bisa memulai dengan mewawancarai sampel dari mahasiswa Asia-Amerika mengenai persepsi mereka terhadap jenis mahasiswa yang menggunakan pusat konseling. Kemudian dia melengkapi wawancara ini dengan informasi survei yang disediakan oleh pusat konseling mengenai proporsi mahasiswa dari kelompok etnis yang berbeda yang menggunakan pusat konseling. Data survei mungkin menunjukkan tingkat pemanfaatan pusat konseling, sedangkan data wawancara menunjukkan persepsi siswa mengapa memanfaatkan pusat konseling. Dalam banyak kasus pembentukan pertanyaan umum dalam penelitian dapat mengarah pada pengembangan dari beberapa hipotesis penelitian, baik melalui pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pada contoh sebelumnya, salah satu hipotesis bahwa mahasiswa Asia-Amerika kurang memanfaatkan layanan pusat konseling. Jika hasil survei menunjukkan bahwa mahasiswa AsiaAmerika memanfaatkan pusat konseling tersebut kurang sering daripada mahasiswa dari kelompok etnis lain, alasannya dapat diketahui melalui wawancara. Kita tahu bahwa pada penelitian kualitatif, biasanya hipotesis muncul pada saat penelitian berlangsung. 3. Menentukan apakah mixed-methods study layak Mixed-methods study memerlukan peneliti atau tim peneliti yang mampu menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Sangat jarang bahwa seorang individu akan memiliki semua keterampilan yang diperlukan yang diperlukan untuk melakukan penelitian mixed-methods. Pertanyaan kunci dalam melaksanakan mixed-methods research: Apakah seseorang memiliki waktu, energi, dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan penelitian? Jika tidak, ia bisa berkolaborasi dengan orang lain yang memiliki keterampilan dan keahlian yang tidak milikinya. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan atau sumber daya, memang mungkin lebih baik untuk kembali konsep penelitian kuantitatif atau kualitatif saja.

13

4. Menentukan mixed-methods design yang paling tepat Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada dasarnya ada tiga mixedmethods design yang dapat dipilh oleh peneliti. Desain triangulasi tepat ketika peneliti melihat bahwa metode kuantitatif dan kualitatif menghasilkan pemahaman yang relatif sama atas fenomena. Desain explanatory tepat jika peneliti berniat untuk menggunakan data kualitatif untuk memperluas temuan sebuah studi kuantitatif. Desain eksplorasi tepat ketika peneliti mencoba untuk pertama mengidentifikasi variabel yang relevan mendasari fenomena dan kemudian mempelajari hubungan antarvariabel, atau ketika informasi yang telah diperoleh digunakan untuk merancang instrumentasi kuantitatif. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data Pengumpulan data dan analisis prosedur tergantung pada metode yang digunakan. Perbedaannya adalah bahwa dua jenis data yang dikumpulkan dan dianalisis, kadang-kadang dianalisis secara berurutan (desain exploratory dan explanatory) dan kadang-kadang bersamaan (desain triangulasi). Desain triangulasi juga dapat melibatkan konversi dari satu jenis data ke jenis lainnya. Konversi data kualitatif menjadi data kuantitatif disebut sebagai quantitizing, sedangkan konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif disebut sebagai qualitizing. 6. Menulis hasil penelitian secara konsisten dengan desain yang digunakan Dalam penulisan hasil mixed-methods research, cara-cara di mana data dikumpulkan dan dianalisis biasanya terintegrasi dalam desain triangulasi, sedangkan untuk desain eksplorasi dan eksplanatori dilakukan secara terpisah. 7. Mengevaluasi mixed-methods study Evaluasi diperlukan untuk semua penelitian, tetapi mengingat bahwa mixedmethods study melibatkan perbandingan metode yang berbeda, maka evaluasi sangat penting pada metode ini. Karena mixed-methods study sering melibatkan data kuantitatif dan kualitatif dalam dua fase yang berbeda,

14

evaluasi studi tersebut seringkali sulit. Namun demikian, setiap metode harus dievaluasi sesuai dengan kriteria dan karakteristiknya. Evaluasi dilakukan dengan cara berikut: pertama, apakah data kualitatif dan kuantitatif memainkan peran dalam kesimpulan yang dicapai. Dalam mixedmethods research yang baik, kedua metode harus saling melengkapi satu sama lain. Kadang-kadang seorang peneliti akan mengumpulkan data kuantitatif atau kualitatif, tetapi tidak akan memainkan peran dalam menjawab salah satu pertanyaan penelitian yang penting. Dalam kasus ini, data hanya sebuah addon, dan penelitian ini tidak benar-benar pendekatan mixed-methods. Kedua, apakah penelitian mengandung ancaman terhadap validitas internal (pada kuantitatif) atau kredibilitas (pada kualitatif). Apakah ada penjelasan alternatif untuk temuan, di luar yang diberikan oleh penulis? Langkah-langkah apa yang telah diambil untuk memastikan bahwa desain yang ketat dan tingkat validitas internal dan kredibilitas tinggi telah dicapai? Ketiga, bagaimana dengan generalisasi hasil (pada kuantitatif) atau transfer hasil (pada kualitatif). Apakah hasil yang ditemukan dalam domain penelitian ini dapat dipelajari untuk konteks lain dan oleh orang lain? Apakah deskripsi hasil kualitatif akan berguna bagi peneliti lain dalam situasi yang lain? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini penting karena penelitian tanpa generalisasi hasil atau transfer hasil adalah kurang penting untuk orang lain selain penulis studi itu sendiri. G. Etika dalam Mixed-Methods Research Seperti halnya dalam penelitian lainnya, etika-etika dalam mixed-methods research juga harus menjadi perhatian. Tiga hal yang paling penting adalah melindungi identitas peserta/responden, memperlakukan peserta dengan hormat, dan melindungi peserta dari bahaya baik secara fisik dan psikologis. Materi mengenai etika dalam penelitian ini dibahas lebih mendalam pada Bab 4 dan Bab 18 buku How to Design and Evaluate Research in Education ini.

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan pada Bab I dan Bab II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Mixed-methods research adalah penelitian yang menggunakan dua metode sekaligus dalam satu penelitian, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. 2. Kelebihan dari mixed-methods research ini adalah temuannya saling melengkapi serta menutupi kelemahan metode lainnya. 3. Kelemahan dari mixed-methods research ini adalah peneliti harus mempunyai energi, sumber daya, dan waktu yang cukup. Selain itu, peneliti harus terampil dalam metode kuantitatif dan kualitatif, atau harus bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki keterampilan dalam bidangnya masing-masing. 4. Terdapat tiga jenis desain dalam mixed-methods research, yaitu: exploratory design, explanatory design, dan triangulation design. 5. Terdapat beberapa langkah dalam mixed-methods study, antara lain: mengembangkan alasan yang jelas; mengembangkan pertanyaan penelitian; menentukan apakah mixed-methods study layak; menentukan desain yang paling tepat; mengumpulkan dan menganalisis data; menulis hasil penelitian; serta mengevaluasi mixed-methods study. 6. Etika dalam mixed-methods research harus tetap diperhatikan, antara lain dengan melindungi identitas responden, menghormati responden, dan melindungi peserta dari bahaya baik secara fisik dan psikologis. B. Rekomendasi 1. Bagi mahasiswa yang ingin lebih memahami mengenai mixed-methods research dapat mencari referensi lainnya agar memperoleh pemahaman yang komprehensif. 2. Bagi mahasiswa yang ingin melakukan mixed-methods research agar mempersiapkan, sumber daya, biaya dan waktu yang memadai.

15

DAFTAR PUSTAKA

Fraenkel, Jack R., Norman E. Wallen & Helen H. Hyun. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

iii

Anda mungkin juga menyukai