Anda di halaman 1dari 13

Sistem Imunitas Tubuh Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.

Fungsi utamanya yaitu mencegah atau menghindari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi dan parasit. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. Imunitas dapat bersifat alami (bawaan) atau didapat (adaptif). (Levinson,2006; Baratawidjaja, 2006). Imunitas alamiah adalah resistensi yang tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen. Imunitas ini bersifat nonspesifik dan mencakup penghalang terhadap mikroorganisme penyebab infeksi misalnya kulit dan selaput mukosa, sel pembunuh alami (NK), fagositosis,radang, interferon, dan berbagai jenis faktor nonspesifik yang lain. Ini dapat berubah-ubah sesuai umur dan aktivitas hormonal atau metabolic (Jawetz, 2004). Imunitas didapat yaitu imunitas yang terjadi setelah pemaparan terhadap suatu penyebab infeksi, bersifat khusus dan diperantarai oleh antibodi atau sel limfoid. Imunitas adaptif dapat bersifat pasif atau aktif. 1. Imunitas pasif diperoleh dari antibodi yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang lain. Keuntungan utama imunisasi pasif adalah tersedianya sejumlah besar antibodi dengan cepat. Sedangkan kerugiannya adalah masa hidup antibodi yang pendek dan kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas kalau diberikan globulin dari spesies lain. 2. Imunitas aktif adalah resistensi yang diinduksi setelah kontak yang efektif dengan antigen asing (misalnya mikroorganisme, hasil-hasilnya atau sel yang dicangkokkan). Keuntungan imunitas ini antara lain ialah lamanya resistensi yang diperoleh (berdasarkan produksi antibodi) dan imunitas berperantara sel. Kerugiannya ialah resistensi diperoleh secara lambat dan dibutuhkan kontak dengan antigen dalam jangka waktu yang lama dan berkali-kali. Mekanisme sistem imun di klasifikasikan dalam dua kategori a. Respon imun non-spesifik Respon ini terjadi segera tanpa memerlukan kontak dengan zat asing sebelumnya, dengan kata lain merupakan pertahanan pertama bagi tubuh, berlaku bagi setiap patogen dan dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya pernah terpapar pada zat asing. Disebut respon imun non-spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.

Imunitas Non-Spesifik Terhadap Infeksi Mikroorganisme Intraseluler Imunitas bawaan atau yang sering disebut imunitas non-spesifik adalah lini pertama dalam sistem pertahanan tubuh melawan infeksi. Imunitas ini dapat mengeliminasi bakteri dan mekanisme efektornya sering digunakan pula dalam imunitas adaptif. Bila suatu patogen menembus kulit atau selaput lendir untuk pertama kali, maka tubuh akan mengerahkan semua komponen sistem imun non-spesifik untuk menghancurkannya.Pola dan reaksi imunologik bergantung pada jenis dan sifat mikroorganisme yang menyerangnya.Dalam menghadapi mikroorganisme intraseluler, respon yang terjadi adalah respon imun seluler. Salah satu ciri mikroorganisme intraseluler adalah kemampuannya untuk dapat hidup bahkan berkembangbiak dalam fagosit. Fagosit, diawali oleh neutrofil dan kemudian makrofag, memakan dan mencoba menghancurkan mikroorganisme ini, tetapi mikroorganisme ini resisten terhadap degradasi oleh fagosit. Makrofag berasal dari sel monosit yang bermigrasi dari peredaran darah ke tempat tujuan di berbagai jaringan yang kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag. Sel ini dapat ditemukan pada semua organ dan diberi nama khusus berdasarkan lokasinya. Makrofag peritoneal yang bebas akan berada dalam rongga peritoneum. Pada dasarnya, makrofag terlibat dalam semua stadium respon imun. Jika sel makrofag dalam respon imun alami dianggap sebagai sel efektor, maka dalam respon imun adaptif sel makrofag bertindak sebagai sel penyaji (antigen presenting cell atau APC).Makrofag melaksanakan sebagian besar fungsi efektornya hanya setelah sel itu diaktivasi oleh bakteri, sitokin, dan stimulus lain yang disebut sebagai macrophage activating factors (MAF).Mikroorganisme intraselular mengaktifkan sel-sel NK baik secara langsung maupun melalui stimulasi makrofag yang menghasilkan IL-12, sitokin kuat pengaktif sel NK. Kemudian sel NK memproduksi IFN- yang kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan pemusnahan bakteri yang difagosit. Selain IFN-, IL-3 juga dapat bertindak sebagai macrophage activating factor (MAF).Makrofag yang teraktivasi akan meningkatkan jumlah granula lisosom, lebih banyak mitokondria dan kapasitas yang lebih besar untuk memfagosit partikel yang tersaji.Penggabungan vakuola fagositik (fagosom) dengan lisosom menghasilkan fagolisosom, tempat dimana mekanisme pembunuhan mikroba dikonsentrasikan. Makrofag yang teraktivasi membunuh mikroba yang difagosit dengan memproduksi molekul pembunuh mikroba dalam fagolisosom. Aktivasi tersebut mengkonversi oksigen molekul menjadi reactive oxygen intermediate (ROI) yang merupakan agen oksidasi reaktif tinggi penghancur mikroba. Selain ROI, makrofag juga memproduksi reactiva nitrogen intermediate (RNI) terutama nitric oxide (NO). Respon imun ini terdiri dari :

Pertahanan Fisik/Mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.

Pertahanan Biokimia

Dalam sistem pertahanan biokimia, lisozim, sekresi sebaseus, asam lambung, laktoferin dan asam neuraminik, merupakan beberapa contoh pertahanan terhadap infeksi.

Pertahanan Humoral

Sistem imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal, misalnya peptida antimikroba (defensin, katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga ada faktor larut lainnya yang diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA (Protein Fase Akut). Adapun imunitas humoral yang nonspesifik antara lain : 1) Komplemen Komplemen terdiri dari seperangkat protein plasmayang merupakan perantara utama reaksi antigen-antibodi. Efek utama dari komplemen adalah melisiskan sel seperti bakteri dan sel tumor, menghasilkan perantara yang ikut dalam inflamasi dan menarik fagosit, opsonisasi organisme dan komplek imun untuk membersihkan fagositosis, peningkatan respon imun. 2) Interferon Salah satu dari protein dengan bobot molekul rendah yang diproduksi oleh sel inang yang terinfeksi untuk melindungi sel yang tak terinfeksi dari infeksi virus. interferon, yang merupakan sitokin juga mempunyai fungsi imunomodulasi. 3) C-Reactive Protein (CRP) CRP adalah zat yang dibentuk oleh tubuh pada saat infeksi. Perannya sebagai opsonin (zat yang dapat meningkatkan proses fagositosis) dan dapat mengaktifkan komplemen.

Pertahanan Selular

Sel-sel sistem imun nonspesifik ini dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan di sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil. basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Contoh sel yang dapat ditemukan di jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.

b. Respon Imun Spesifik Sistem imun ini terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Sistem imun spesifik humoral Imunitas humoral paling berperan dalam penyakit yang diinduksi oleh toksin, dalam infeksi mikroba dimana polisakarida sampai menentukan virulensi, dan dalam pencegahan beberapa infeksi virus. imunitas humoral diperankan oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi pada sumsum tulang, dan disebut sebagai limfosit B.

2. Sistem imun spesifik selular Pada sebagian besar infeksi mikroba, yang memberi resistensi dan membantu penyembuhan adalah imunitas seluler meskipun kerja sama antibodi mungkin diperlukan. Selain itu,imunitas seluler itu penting dalam pertahanan terhadap parasit,tumor dan sel asing (cangkokan). Imunitas seluler diperankan oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi dibawah pengaruh timus, sehingga disebut sebagai limfosit T (Jawetz,2004).

Mekanisme pertahanan tubuh Pertahanan diperantarai oleh sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI) sangat penting dalam mengatasi organisme intraseluler. Sel T CD4 akan berikatan dengan partikel antigen yang dipresentasikan melalui MHC II pada permukaan makrofag yang terinfeksi bakteri intraseluler. Sel T helper (Th1) ini akan mengeluarkan sitokin IFN yang akan mengaktivasi makrofag dan membunuh organisme intraseluler, terutama melalui pembentukan oksigen reaktif intermediat (ROI) dan nitrit oxide (NO). Selanjutnya makrofag tersebut akan mengeluarkan lebih banyak substansi yang berperan dalam reaksi inflamasi kronik. Selain itu juga terjadi lisis sel yang diperantarai oleh sel T CD8. Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga menimbulkan stimulasi antigen yang kronik. Keadaan ini menimbulkan pengumpulan lokal makrofag yang terkativasi yang membentuk granuloma sekeliling mikroorganisme untuk mencegah penyebaran. Hal ini dapat berlanjut pada nekrosis jaringan dan fibrosis yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi. Oleh karena itu, kerusakan jaringan terutama disebabkan oleh respons imun terhadap infeksi bakteri intraseluler.

Imunomodulator Imunomodulator berasal dari kata imuno yang berarti kekebalan dan modulator yang berarti pembawa.Imunomodulator adalah suatu agen atau zat yang dapat membawa, merangsang atau menyiapkan sistem pertahanan tubuh (Fitriani 2000).Zat tersebut dapat memiliki kemampuan memperbaiki dan merangsang sistem imun bila terganggu atau dapat menekannya bila berlebihan. Menurut Imanishi (1993) menyatakan bahwa efek imunomodulator yang dimiliki oleh suatu obat mengandung dua pengertian yaitu pertama imunomodulator positif (imunostimulan), bila obat tersebut dapat meningkatkan respon kekebalan.Kedua imunomodulator negatif (imunodepresan), bila obat tersebut dapat menurunkan respon kekebalan. Salah satu efek dari imunomodulator positif (imunostimulan) adalah peningkatan aktifitas biologis dari sel fagositik akibat akumulasi dari beberapa jenis antimikroba.Sedangkan salah satu contoh dari imunomodulator negatif (imunodepresan) adalah obat-obatan dari golongan kortikosteroid yang dapat menurunkan tanggap kebal (Gemmel 1991; Baba et al. 1998; Woo et al. 1999).

Imunomodulator bekerja menurut tiga cara, yaitu melalui imunorestorasi, imunostimulasi, dan imunosupresi. a. Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun. b. Imunostimulasi yang juga disebut imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. c. Imunosupresan merupakan tindakan untuk memperbaiki fungsi sistem pertahanan tubuh dengan cara menekan respon imun. Kegunaan di linik ternyata pada transplantasi dalam mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik.

TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis.Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain. Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi gen). Respon-respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran (termasuk reseptor-reseptor sitokin), proliferasi, dan sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin bisa beraksi pada sel-sel yang mensekresinya (aksiautokrin), pada sel-sel terdekat dari sitokin disekresi (aksiparakrin).Sitokin bisa juga beraksi secara sinergis (dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama) atau secara antagonis (sitokin menyebabkan aktivitas yang berlawanan). Sitokin yang diproduksi makrofag Beberapa sitokin yang berperan dalam fungsi efektor dan dihasilkan makrofag , antara lain adalah : a. Tumor necrosis factor (TNF) Merupakan mediator utama pada respons terhadap bakteri gram negatif dan berbagai mikroorganisme penyebab infeksi. Makrofag merupakan sumber utama TNF. TNF memiliki efek biologis sebagai berikut : 1) Pengerahan neutrofil dan monosit ketempat infeksi serta mengktifkan sel - sel tersebut untuk menyingkirkan mikroba. 2) Memacu ekspresi molekul adhesi sel vaskuler untuk leukosit

3) Merangsang makrofag mensekresi kemokin dan menginduksi kemotaksis dan pengerahan leukosit 4) Menginduksi apoptosis sel inflamasi yang sama. b. IL - 1 Fungsi utama IL-1 adalah sama dengan TNF , yaiu mediator inflamasi yang merupakan respon terhadap infeksi dan rangsangan lain .Bersama TNF berperan dalam imunitas nonspesifik.Sumber utama IL-1 juga sama dengan TNF yaitu fagosit mononuklear yang diaktifkan. c. IL - 6 IL -6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik dan spesifik. IL - 6 ini diproduksi fagosit mononuklear,sel endotel vaskuler,fibroblas dan sel lain sebagai respon terhadap mikroba dan sitokin lain. Dalam imunitas nonspesifik, IL-6 merangsang hepatosit untuk memproduksi acute phase protein (APP) dan bersama CSF merangsang progenitor di sumsum tulang untuk memproduksi neutrofil. Dalam imunitas spesifik, IL-6 merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. d. IL-12 IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini terhadap mikroba intraseluler dan merupakan induktor kunci dalam imunitas seluler spesifik terhadap mikroba. Sumber utama IL-12 adalah fagosit mononuklear dan sel dendritik yang diaktifkan. Efek biologis IL-2 adalah : 1) Menyebabkan sel NK dan sel T mensekresi IFN 2) Bertindak sebagai faktor diferensiasi sel T 3) Meningkatkan fungsi sitolitik sel NK dan sel T CD 8 teraktivasi. Sitokin yang mempengaruhi aktivasi makrofag a. IFN - IFN - merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN bekerja terhadap sel B dalam pengalihan subclass IgG yang mengaktifkan komplemen.Ledua proses ini meningkatkan fagositosis mikroba yang diopsonisasi. Fungsi utama IFN dalam hubungannya dengan fungsi makrofag adalah sebagai aktivator poten untuk fagosit mononuklear. IFN juga meningkatkan reseptor IgG (FcyRI) pada permukaan makrofag. b. IL-10 IL -10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendritik yang berperan dalam mengontrol reaksi imun non spesifik dan imun sluler. IL-10 diroduksi terutama oleh makrofag yang diaktifkan. Fungsi utama IL-10 adalah menghambat produksi beberapa sitokin (TNF,IL-

1,kemokin dan IL-12) dan menghambat fungsi makrofag dalam membantu aktivasi IL-10 adalah hambatan reaksi inflamasi nonspesifik maupun spesifik yang diperantarai sel T.

Makrofag Makrofag merupakan salah satu jenis sel yang berperan dalam fagositosis pathogen ataupun substansi asing (antigen) yang masuk kedalam tubuh organisme. Makrofag berasal dari hemopoietic stem cell di dalam sumsum tulang, akan mengalami proliferasi dan akan dilepaskan ke dalam darah sesudah mengalami fase monoblast, fase promonosit, limfosit dan makrofag. Di dalam peredaran darah, monosit mempunyai fase hidup 1-2 hari. Kemudian akan bermigrasi ke dalam jaringan selanjutnya membentuk makrofag (Bloom & Fawcett, 1975, Roitt, dkk, 1998, Efendi, 2003). Makrofag dapat melakukan replikasi secara lokal di bawah kontrol faktor pertumbuhan spesifik yang disebut colony stimulating factor (CSF), sedangkan monosit dalam sirkulasinya tidak semuanya berdiferensiasi menjadi makrofag (Roitt, 1998). Makrofag mempunyai waktu hidup yang panjang, dapat bertahan hidup beberapa bulan sampai beberapa tahun tergantung lingkungannnya. Jadi nama yang paling cocok untuk sistem ini adalah Sistem Fagosit Mononuklear atau lebih sederhana sistem makrofag. Berbeda dengan neutrofil makrofag lebih serba guna dapat mensintesa dan mensekresi secara aktif enzim baru, membuat granula lebih banyak, dapat melakukan mitosis dan membelah diri pada kondisi tertentu (Abbas, dkk, 1994, Roitt, dkk., 1998). Makrofag merupakan sel yang unik dan luar biasa bila dilihat dari kemampuannya merespon sistem imunitas alami dan adaptif. Konsep kunci mekanisme efektor antibakterial makrofag teraktivasi antara lain : memproduksi NO , ROI , pembunuhan intrafagosom , asidifikasi fagosom , fusi fagosom lisosom dan mengurangi supply Fe, sedangkan upaya penghindaran mikrooorganisme terhadap respon imun antara lain : memproduki molekul yang merusak ROI, antara lain : superoksida dismutase , catalase ROI scavenger ( phenolic glycolipid sulfatides , lipoarabinomannan ) menghindar dari fagolisosom dengan masuk kedalam sitoplasm , membentuk dinidng sel yang kuat , neutralisasi fagosom dengan komponen basa , misalnya NH4+ , menghambat fusi fagosom dengan NH4+ ,sulfatides glikolipid dan menghasilkan siderophore (mekanisme penghindaran oleh mikroba). Kemampuan makrofag tersebut antara lain: 1. Memfagositosis makro dan mikromolekul, juga terhadap jaringan yang rusak atau mati (Efendi, 2003). 2. Memproduksi sitokin yang dapat mengaktifkan neutrofil dan limfosit dan memperbaiki terjadinya luka (penyembuhan luka) (Efendi, 2003)

3. Memunculkan kembali benda asing (antigen) yang telah didegradasi (Barid, 2001). 4. Sebagai sel yang penting dalam reaksi imunitas seluler maupun humoral (Abbas, dkk., 1991, Roitt, dkk.,1998). 5. Sebagai salah satu bentuk dari sistem pertahanan tubuh, makrofag meresponnya dengan rangsangan kemotaksis seperti limfokin dan fragmen komplemen C5a yang penting dalam reaksi imflamasi kronis. Makrofag yang terekspos dengan endotoksin maka ia akan mengeluarkan sitokin yang dapat mengaktifkan makrofag itu sendiri, sehingga makrofag lain datang berkontak dengan endotoksin tersebut pada sisi terjadinya reaksi inflamasi (Celada and Nathan, 1994). 6. Disamping utuk fungsi fagositosis, makrofag juga memproduksi beberapa substansi biologis aktif seperti enzim, prostaglandin, dan sitokin (Lim, dkk., 1994 cit. Barid, 2001). Makrofag akan mengeluarkan IL-1 yaitu monokin yang diduga identik dengan pirogen leukosit yang diperlukan untuk aktivasi limfosit T helper. IL-2 diperlukan untuk proliferasi sub populasi limfosit tertentu (Bellanti, 1993, Seymour, 1995). Substansi biologis aktif tersebut akan sangat membantu makrofag dalam fungsinya (Bloom & Fawcett, 1994). Mekanisme makrofag sebagai fagosit dalam membunuh kuman : a. Proses oksidatif (oxygen dependent mechanisms) Proses oksidatif yang terjadi berupa peningkatan penggunaan oksigen , peningkatan proses hexose monophosphate shunt (HMPS) , peningkatan produksi hydrogen perokxide (H2O2) dan produksi beberapa senyawa seperti superoxide anion , hydroxyl radicals, singlet oxygen myloperoxidase yang dapat berinteraksi sehingga menghasilakn metabolit oksigen yang toksik sehingga dapat digunakan untuk membunuh kuman. b. Proses non oksiatif (oxygen independent mechanism) proses non oksidatif berlangsung dengan bantuan berbagai protein seperti hydrolytic enzyme , defesins(cationic protein) , lysozyme , lactoferrin dan nitric oxid synthase (NOS) . Pada aktivitas nitric oxide synthase (NOS) diperluan bantuan IFN - dan TNF - tipe I yang dapat menigkatkan produksi NO dari makrofag di organ li Makrofag teraktifasi Proses pengaktifan makrofag bukanlah proses tunggal. Untuk melihat apakah makrofag teraktifasi maka dilakukan pengukuran tertentu misalnya kemampuan killing terhadap mikroba. Pengukuran lain misalnya adalah kemampuan killing terhadap sel tumor. Aktifasi makrofag diakibatkan adanya peningkatan transkripsi gen-gen. Karena adanya peningkatan ekspresi gen-gen tersebut maka makrofag dapat melakukan fungsi yang tidak dapat dilakukan oleh

sel yang sama dalam keadaan istirahat. Fungsi tersebut antara lain adalah killing bakteria yang sudah difagositosis. Sitokin aktifator makrofag yang poten adalah IFN-. IFN- bukanlah satu-satunya sitokin yang mengaktifasi makrofag, tetapi makrofag juga diaktifkan oleh kontak dengan limfosit T melalui CD 40. Beberapa ciri yang menunjukkan makrofag teraktifasi diuraikan sebagai berikut: 1. Makrofag teraktifasi akan meningkat kemampuan Killing-nya terhadap mikroorganisme. Killing terhadap bakteria menyangkut proses fagosistosis dan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS). Sitokin seperti IFN- akan meningkatkan baik endositosis maupun fagositosis oleh monosit. Fagositosis terhadap partikel tertentu dapat ditingkatkan dengan opsonisasi bakteria yaitu dengan melapisi bakteria dengan molekul IgG atau komplemen. IFN- menyebabkan ekspresi reseptor dengan ikatan kuat terhadap bagian Fc dari IgG pada makrofag meningkat. Setelah bakteria masuk ke dalam fagolisosom sel maka makrofag akan melakukan pembunuhan dengan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) melalui jalur Reactive Oxygen Intermediates (ROI). Proses killing terhadap bakteri dibedakan menjadi 2 yaitu untuk bakteri ekstraseluler dan intraseluler. Pada bakteri ekstraseluler, setelah dicerna di dalam fagolisosom dengan menggunakan ROS termasuk NO sebagai zat toksik yang berperan dalam pembunuhan bakteri. Prosesnya makrofag ini akan mengenali antigen bakteri tersebut dan mengekspresikannya kepermukaan sel makrofag bersama dengan MHC II, yang selanjutnya akan dikenali oleh sel T-Helper CD4 yang akan mensekresikan IFN-, IFN- ini akan mengaktifasi proses pencernaan dalam fagolisosom makrofag. Sedangkan pada bakteri intraseluler, setelah masuk di dalam fagolisosom bakteri ini akan masuk kesitoplasma makrofag dan survive di dalam sel APC tersebut, Bakteri ini akan mempengaruhi sel host untuk mensintesa protein-protein tertentu, yang merupakan antigen yang akan dipresentasikan kepermukaan makrofag bersama MHC I, MHC I ini akan dikenali oleh CTL CD8 yang selanjutnya akan dilakukan proses killing. 2. Makrofag teraktifasi akan memacui nflamasi akut dengan mengeluarkan mediator-mediator inflamasi. Beberapa mediator seperti Platelet Activating Factor (PAF), prostaglandin dan leukotrien adalah lipid. Beberapa disintesa oleh makrofag sendiri dan yang lainnya dihasilkan dari molekul-molekul plasma sebagai tanggapan atas enzym dan molekul-molekul terkait yang dihasilkan oleh makrofag. Sebagai contoh makrofag dapat menghasilkan tissue factor yang dapat menginisiasi clotting cascade ekstrinsik. Trombin sebagai protease darah yang terkativasi selama clotting cascade akan menyebabkan netrofil dan sel endotel mensintesa PAF. Pemberian IFN- akan meningkatkan kapasitas biosintesis makrofag untuk membentuk mediator semacan tissue factor. Akibat mediator mediator yang dilepaskan maka terjadilah inflamasi lokal.

FAGOSITOSIS OLEH MAKROFAG Fagositosis merupakan suatu istilah yang secara harafiah berarti sel makan, dapat dipersamakan dengan pinositosis yang berarti sel minum. Fagositosis merupakan suatu proses atau cara untuk memakan bakteri atau benda asing yang dilakukan dimana setelah benda asing atau bakteri melekat pada permukaan makrofag maka makrofag membentuk tonjolan sitoplasma dan melekuk kedalam membungkus bakteri atau benda tersebut. Fagositosis merupakan bagian dari sistem imun non spesifik yang berperan penting pada pengenalan respon atau benda asing. Bila benda asing masuk dalam sistem dalam sistem sirkulasi darah, maka tubuh akan bereaksi dengan mekanisme fagositosis. Sel yang mampu memfagositosis meliputi neutrofil, eosinofil, monosit dan makrofag. Dalam proses fagositosis tersebut hal penting yang harus diperhatikan adalah keadaan fisik permukaan benda asing tersebut. Benda asing harus hidrofobik dari sel fagositnya agar mudah ditelan. Makrofag merupakan jenis sel yang dikhususkan untuk ingesti (penelanan) dan digesti (pencernaan/penghancuran) benda asing dengan cara endositosis. Proses fagositosis dapat dipercepat dengan adanya antibodi, karena partikel yang diselimuti antibodi dapat ditelan lebih efisien, proses ini disebut opsonisasi. Fase - fase proses fagositosis makrofag 1. Kemotaksis adalah gerakan fagoit ketempat infeksi sebagai respon terhadap berbagai faktor seperti produk bakteri dan faktor biokimia yang lepas pada aktivasi komplemen. 2. Adhesi ( partikel diselimuti opsonin) adhesi merupakan proses pelekatan membran plasma fagosit engan permukaan mikroorganisme atau benda asing lainnya Makrofag bisa dengan mudah memfagosit bakteri jika mereka dilapisi terlebih dahulu dengan protein plasma tertentu yang mendukung adhesi.Proses pelapisan ini disebut opsonisasi dan proteinnya disebut opsonin yang berupa beberapa komponen sistem komplemen dan molekul antibodi. 3.Ingesti ( penelanan ) Proses penelanaa bakteri terjadi karena fagosit membentuk tonjolan pseudopodi pada membran plasmanya , kemudian membentuk kantung yang mengelilingi bakteri pada saat dimakan. Bakteri kemudian akan terkurung dalam kantung yang disebut fagosom (vakuola fagositik).Dinding fagosom dengan demikian terdiri dari dinding bagian luar fagosit. 4. Degranulasi Pada saat fagosom masuk ke sitoplasma , maka akan mengalami fusi dengan lisosom dan membentuk fagolisosom , sehingga terjadi pembunuhan oleh ROS dan NO. Dalam beberapa detik setelah terjadinya fusi akan berlangsung degranulasi dan pembunuhan (killing) NADPH oksidase mengubah NADPH menjadi NADP. Oksidasi ini membangkitkan H2O2. H2O2 kurang kuat dalam membunuh mikroba dan membutuhkan enzim

myeloperoksidase (MPO) yang terdapat pada azyraphilic granule dari neutrofil yang mengubah H2O2 menjadi hipoklorit (HOCL). Hipoklorit merupakan zat antimikroba yang kuat yang merusak mikroba dengan halogenasi atau dengan oksidasi protein dan lipid peroksidase. (diambil dari Abba AK, Lichman AH,Pober JS. Celluler and Moleculer Immunology . Philadelphia :WB Saunders Co.1997

Peran makrofag dalam respon antitumor. Makrofag juga berperan dalam pertahanan melawan sel tumor baik bertindak sebagai APC dalam mengolah dan mempresentasikan antigen tumor kepada sel T helper, maupun bertindak langsung sebagai efektor dengan melisiskan sel tumor. Makrofag yang berperan dalam mekanisme tersebut adalah makrofag aktif yaitu makrofag yang telah diaktifasi oleh Macrofag Activating Factors (MAF), suatu sitokin yang dihasilkan limfosit T yang distimulasi antigen. Makrofag yang tidak aktif telah dibuktikan tidak memiliki kemampuan melisis sel tumor.Seperti juga pada sel NK, mekanisme pengenalan sel tumor sasaran oleh makrofag juga belum jelas. Sedangkan kemampuan untuk berikatan dengan sel tumor terjadi karena selmakrofag juga memiliki reseptor Fc dari IgG, sehingga dapat bekerjasama dengan IgG dalam melisiskan sel tumor. Penyebab terjadinya lisis sel tumor disebabkan oleh pengaruh enzim lisosomal, metabolit yang reaktif terhadap oksigen dan NO. Makrofag aktif juga mensekresi sitokin antara lain IL- 12 dan Tumor Necrosis Factor (TNF). IL-12 berperan memacu proliferasi dan aktifasisel T CD4+, sel T CD8+ serta sel NK. TNF, sesuai namanya mampu melisis sel tumor melalui cara : 1) TNF berikatan dengan reseptor permukaan dari sel tumor dan secara langsung melisis sel tumor, 2) TNF dapat menyebabkan apoptosis dari sel tumor dengan cara memobilisasi berbagai respon imun tubuh. Nitric Oxide Pembentukan Nitric Oxide Nitric Oxide adalah produk yang di hasilkan oleh makrofag teraktivasi untuk pembunuhan patogen intrasel melaui jalur RNI. NO merupakan suatu radikal bebas yang di sintesis oleh enzim NOS melalui reaksi yang kompleks.Proses produksi nitric oxide diawali dari terpajan makrofag oleh lipopolisakarida (LPS) dari bakteri sehingga jalur produksi reactive nitrogen intermediate (RNI) terinduksi. Jalur produksi RNI dimulai dari proses perubahan L - arginin menjadi L-citrulin yang membutuhkan flavin adenin dinucleotidase (FAD) , flavin mononucleotidase (FMN), NADP yang terinduksi ( NADPH) dan bentuk tereduksi dari bioprotein (BH4) dengan bantuan enzim nitric oxide synthase (NOS). Proses ini menghasilkan molekul NO yang dapat teroksidasi menjadi senyawa RNI seperti dinitrogentrioxide (N2O3) dan dinitrogentetraoxide (N2O4). RNI akan berperan pada fase awal

dan berikutnya pada aktifitas antibakteri makrofag. Nitric oxide,nitrit dan nitrat termasuk dalam kelompok RNI. Makrofag mencit yang teraktifasi oleh sitokin IFN,TNF,IL-1,IL-2 dan lipid A dari lipopolisakarida (LPS) bakteri dengan bantuan iNOS akan terinduksi untuk membentuk NO dari prekursor L-arginin. NADPH oksidase dan iNOS dapat bersinergi membentuk molekul antimikroba yang potemsial. NO dan O2- dapat bereaksi membentuk ONOO- (peroksinitrit), suatu oksidan yang dapat meningkatkan daya bunuh terhadap salmonella. NADPH oksidase mengkatalisis molekul O2 manjadi O2- (superoksida) yang dapat dimetabolisir menjadi ROI seperti H202 yang sangat toksik, iNOS mengkatalisis L-arginin menjadi sitrulin dan NO yang selanjutnya dapat dimetabolisir menjadi reactive nitrogen intermediates (RNI). NOS terdiri dari 3 bentuk isoform yang dibedakan atas pola ekspresi dan kebutuhan kalsium yaitu : neural nitric oxide synthase (nNOS),endothelial nitric oxid synthase (eNOS) dan inducible nitric oxide synthase (iNOS). nNOS dan eNOS diatur oleh suatu kompleks kalsium , sedangkan iNOS merupakan suatu enzym Ca2+ independents. Bentuk isoform utama yang diekspresikan dalam makrofag adalah NOS2, dikenal sebagai iNOS yang menginduksi ekspresi NO, isoform tersebut mengaktifkan kalsium pada resting cell dan mengontrol produksi NO, sedangkan ekspresi iNOS diatur oleh kalium dan sintesi NO makrofag. NOS akan berikatan dengan molekul kofaktor tetrahidrobiopterin dan dengan bantuan O2, ikatan NOS dan kofaktor ini akan mengubah L-arginin menjadi sitrulin dan NO. NO mempunyai antimikroba yang penting terhadap salmonella. Respon imun ThI yang didominasi oleh IFN, TNF dan IL-12 bersama NO merupakan efektor terhadap salmonella typhimurium. Hail autooksidasi NO seperti NO2, N2O2 dan s-nitrosotiol juga akan meningkatkan sitotoksisitas. Selain reaksi tersebut diatas, sinergi ROI dengan RNI dapat membentuk spesies antimikroba yang lebih toksik, misalnya NO bereaksi dengan singlet oxygen membentuk peroksinitri (ONOO-) suatu oksidan yang dapat merusak lipid, protein dan DNA bakteri. Peroksinitrit ini dapat meningkatkan daya bunuh makrofag terhadap salmonella.

Reactive Oxygen Intermediate (ROI)


ROI merupakan radikal superoksida, hydrogen peroksida , radikal hidroksil dan singlet oksigen, bersifat sangat reaktif dan terjadi beberapa saat setelah fagositosisdan dikenal sebagai respiratory burst (percepatan respirasi) yang terjadi karena stimulasi jalur metabolik. Respiratory burst dimulai dengan adanya perubahan O2 menjadi O2- dengan bantuan NADPH oksidase, kemudian dalam reaksi yang dikatalisis oleh superoksida dismutase (SOD), dimana dua molekul yaitu masing - masing H+ dan O- membentuk H2O2 , dengan adanya Fe2+ maka O2- dan H2O2 akan bereaksi membentuk OH dan O2- (singlet oksigen yang sangat reaktif) Dilain pihak iNOS akan mengkatalisis L - arginin menjadi sitrulin dan membentuk NO yang selanjutnya dapat dimetabolisir menjadi Reactive Nitrogen Intermediate (RNI), yang dapat meningktkan killing dari makrofag. Makrofag juga dapat di picu oleh substansi seperti opsonin dan aktivator dari protein kinase C untuk sekresi ROI. Substansi ini

merupakan mediator kunci inflamasi, mikrobisidal dan aktivitas tumorisidal dari makrofag. Makrofag yang teraktivasi dikarakteristikan dengan peningkatan sekresi ROI. Reaksi kunci yang di katalisis oleh oksidase NADPH yang memulai terbentuknya ROI adalah sebagai berikut : NADPH + O2 NADP + + O2 ( anion superoksida )

Anda mungkin juga menyukai