Anda di halaman 1dari 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Hasil dari aktivitas pemecahan masalah adalah solusi. Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang selalu buruk adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan peraihan kesempatan ke dalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah (problem) sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan, yaitu tindakan memilih berbagai alternatif tindakan. Keputusan adalah tindakan tertentu yang dipilih. Biasanya, pemecahan satu masalah akan membutuhkan beberapa keputusan.

Tahapan-tahapan Pemecahan Masalah Menurut Herbert A. Simon, pemecah masalah akan terlibat dalam empat hal: a. Aktivitas Intelijen. Mencari kondisi-kondisi yang membutuhkan solusi di dalam lingkungan. b. Aktivitas perancangan. Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis kemungkinankemungkinan tindakan. c. Aktivitas pemilihan. Memilih satu tindakan tertentu dari berbagai tindakan yang tersedia. d. Akitivitas peninjauan. Menilai pilihan-pilihan masa lalu. Pengertian Pengambilan Keputusan Menurut Colquitt (2011), "decision making refers to the process of generating and choosing from a set of alternatives to solve a problem." (pengambilan keputusan merujuk ke proses membangkitkan dan memilih dari seperangkat alternatif untuk memecahkan persoalan).[ Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2011.Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Second Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Hlm. 259.] Ditambahkan oleh Colquitt, semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan, semakin besar pula kemungkinannya mereka akan membuat keputusan yang akurat dan mantap. Menurut Rose, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "Acts of choice between alternative courses of action designed to produce a specified result, and one made on a review of relevant information guided by explicit

criteria" (tindakan-tindakan memilih di antara alur-alur tindakan alternatif, yang dirancang untuk memunculkan hasil tertentu, dan yang dibuat berdasarkan peninjauan terhadap informasi yang relevan, yang dibimbing oleh kriteria yang eksplisit). [ Teale, Mark, et.al. 2003. Management Decision Making: Towards an Integrative Approach. Harlow: Pearson Education Limited. Hlm. 6-7.] Menurut Shull, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "A conscious and human process, involving both individual and social phenomena, based upon factual and value premises, which includes a choice of one behavioral activity from one or more alternatives with the intentional of moving towards some desired state of affairs" (sebuah proses sadar dan manusiawi, yang melibatkan fenomena individu dan sosial, berdasarkan pada premis faktual dan nilai, yang mencakup suatu pilihan aktivitas perilaku dari satu atau lebih alternatif, dengan niat bergerak ke arah sejumlah keadaan yang didambakan." Menurut Harrison, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "A moment, in an ongoing process of evaluating alternatives for meeting an objective, at which expectations about a particular course of action impel the decision-maker to select that course of action most likely to result in attaining the objective" (sebuah momen, dalam suatu proses berkesinambungan pengevaluasian alternatif-alternatif bagi pencapaian tujuan, di mana harapan-harapan tentang alur tindakan tertentu mendorong si pengambil keputusan untuk menyeleksi alur tindakan yang paling memungkinkan menghasilkan tercapainya tujuan). Menurut Mintzberg, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "A commitment to action" (sebuah komitmen bagi tindakan). Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah : 1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin. 2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif. 3. Horold dan Cyril ODonnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu

rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. 4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan. Tipe-tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making) Terlepas dari apakah pengambilan keputusan itu bertujuan untuk memanfaatkan peluang atau mengatasi masalah, terdapat dua jenis pengambilan keputusan yang mendasar, yaitu nonProgrammed Decision Making dan Programmed Decision Making. 1. Programmed Decision Seringkali situasi yang dihadapi oleh pengambil keputusan dalam sebuah organisasi merupakan situasi yang sudah pernah terjadi sebelumnya dan muncul kembali secara berulang-ulang. Untuk menghadapi situasi tersebut, organisasi menggunakan apa yang disebut Performance Program, yaitu sebuah prosedur standar dan terstruktur dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi situasi tertentu. Pengambilan keputusan seperti inilah yang disebut dengan Programmed Decision. Programmed Decision memungkinkan pengambil keputusan untuk mengambil keputusan secara cepat tanpa harus mencari informasi, mempertimbangkan alternatif, dan berbagai hal lainnya yang memakan waktu. Meski demikian, manajer harus waspada kapan saatnya menyesuaikan Performance Program karena organisasi harus dapat berespon terhadap lingkungan yang dinamis dan berubah-ubah. Performance Program yang efektif dipakai saat ini misalnya, mungkin tidak efektif lagi untuk dipakai dua tahun mendatang. Contohnya adalah penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya. 2. Non-Programmed Decision Making Pengambilan keputusan yang merespon terhadap sebuah situasi baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya disebut sebagai non-programmed decision making. Pengambilan keputusan tipe ini mengharuskan pengambil keputusan mencari informasi sebanyakbanyaknya untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik diantara alternatif-alternatif yang ada. Mengingat lingkungan bisnis masa kini yang terus berubah-ubah dengan cepat dan penuh dengan ketidakpastian, manajer akan banyak menghadapi non-Programmed Decision. Situasi non-programmed decision tertentu yang terjadi secara berulang-ulang dapat dikembangkan menjadi Programmed Decision apabila manajer cermat dan mampu membuat Performance Program yang tepat. Contohnya adalah pengalokasian sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang modern dan sebagainya Fungsi Pengambilan Keputusan a. Pangkal permulaan dari semua aktifitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.

b.Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. Tujuan Pengambilan Keputusan a. Tujuan yang bersifat tunggal; yaitu terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. b. Tujuan yang bersifat ganda; yaitu apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif. Unsur-Unsur Pengambilan Keputusan 1.Tujuan dari pengambilan keputusan. 2.Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah. 3.Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya/diluar jangkauan manusia. 4.Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.

Metode Pengambilan Keputusan Keputusan terprogram (programmed decisions) adalah keputusan yang dengan satu dan lain cara bersifat otomatis, karena bekal pengetahuan orang bersangkutan memungkinkan mereka mengenali dan mengidentifikasi sebuah situasi dan alur tindakan yang perlu diambil. Adanya pengalaman sebelumnya dan pengetahuan membuat mereka dapat melihat problem dengan lebih mudah, dan mengenali serta menerapkan solusi secara lebih cepat.[ Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2011. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Second Edition. New York: McGrawHill/Irwin. Hlm. 267.] Keputusan tak terprogram (unprogrammed decisions) adalah keputusan manakala situasi yang muncul bersifat baru, kompleks, dan tidak dikenal. Organisasi memang bersifat kompleks, ada berbagai perubahan lingkungan, dan banyak pekerja menghadapi ketidakpastian setiap hari. Dalam contoh semacam ini, para karyawan harus mengerti lingkungan kerjanya, memahami problem yang dihadapi, dan muncul dengan solusi-solusi untuk mengatasinya.[ ibid. Hlm. 270.] Sebagai aturan umum, ketika seorang karyawan semakin meningkat jabatan atau posisinya di organisasi, akan semakin besar pula persentase keputusan-keputusan mereka yang tidak terprogram. Dalam konteks semacam itu (situasi bersifat baru, kompleks, dan tidak dikenal), proses pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan beberapa cara:

Model pengambilan keputusan yang rasional (rational decision-making model) menawarkan pendekatan tahap-demi-tahap untuk membuat keputusan, yang memaksimalkan hasil dengan menguji semua alternatif yang tersedia. Model ini relevan jika orang melihat problem yang mereka hadapi tidak sama seperti yang pernah mereka tangani sebelumnya Tahapan Model Pengambilan Keputusan yang Rasional: Tahap 1. Mengidentifikasi kriteria yang penting dalam membuat keputusan, dengan memperhitungkan semua pihak yang terlibat. Tahap 2. Membuat daftar semua alternatif yang tersedia, yang mungkin bisa menjadi solusi potensial bagi problem yang dihadapi. Tahap 3. Mengevaluasi semua alternatif, berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan di tahap Tahap 4. Menyeleksi alternatif yang memberikan hasil terbaik. Tahap 5. Mengimplementasikan alternatif yang sudah dipilih tersebut. Model ini mengasumsikan, manusia sepenuhnya rasional. Namun, persoalan mulai muncul ketika kita mulai mengkaji beberapa asumsi yang dibuat model ini, tentang sang pengambil keputusan yang manusiawi. Diasumsikan, ada problem yang jelas dan pasti untuk dipecahkan, dan orang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi apa persisnya problem itu. Diasumsikan juga, si pengambil keputusan memiliki informasi yang sempurna -- bahwa mereka tahu dan mampu mengidentifikasi alternatif-alternatif yang ada, serta hasil-hasil yang diasosiasikan dengan alternatif-alternatif tersebut. Lebih jauh, model ini mengasumsikan, waktu dan uang tidak menjadi masalah ketika membuat keputusan, sehingga si pengambil keputusan selalu bisa memilih solusi yang memaksimalkan nilai, dan bahwa mereka akan berbuat untuk kepentingan terbaik organisasi. Kenyataannya, dunia tidaklah sesempurna yang diasumsikan. Walaupun sebagian besar karyawan memandang dirinya sendiri sebagai pengambil keputusan yang rasional, kenyataannya mereka semua terjebak dalam rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas (bounded rationality) adalah keadaan di mana pengambil keputusan tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk memproses semua informasi dan alternatif yang tersedia, untuk membuat sebuah keputusan yang optimal. Keterbatasan ini memunculkan dua persoalan utama bagi pembuatan keputusan: Pertama, orang harus menyaring dan menyederhanakan informasi, untuk memudahkan memahami lingkungan problem yang rumit dan sebegitu banyaknya pilihan potensial yang mereka hadapi. Penyederhanaan ini mendorong mereka untuk tidak melihat semua informasi,

ketika memandang problem, memunculkan dan mengevaluasi alternatif-alternatif, atau menilai hasil-hasilnya. Kedua, karena orang tidak mungkin mempertimbangkan setiap alternatif satu-per-satu ketika membuat keputusan, mereka cepat berpuas diri. Pemuasan terhadap hasil terjadi ketika pengambil keputusan memilih alternatif pertama yang bisa diterima, dari sekian alternatif yang dipertimbangkan. Selain itu, pengambil keputusan cenderung memilih alternatif yang bersifat langsung dan tidak terlalu berbeda dengan apa yang sudah mereka lakukan.

Fase Pengambilan Keputusan 1. Aktivitas intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak. 2. Aktifitas desain ; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan. Aktifitas desain meliputi : - menemukan cara-cara/metode - mengembangkan metode - menganalisa tindakan yang dilakukan 3. Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan. Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan keputusan adalah : a. Mengidentifikasi masalah utama b. Menyusun alternatif c. Menganalisis alternatif d. Mengambil keputusan yang terbaik Teknik Pengambilan Keputusan 1. Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan pemecahan persoalan. 2. Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis.

3. Gaming War Game ; Teori penentuan strategi. 4. Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak normal. Gaya Pengambilan Keputusan Ada empat gaya pengambilan keputusan, yaitu :

Gaya Direktif

Mempunyai toleransi yang rendah pada ambiguitas, dan berorientasi pada tugas dan masalah teknis. Cenderung lebih efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah. Berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis

Gaya Analitik

Mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas, tugas yang kuat serta orientasi teknis. Suka menganalisis situasi, mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif daripada pembuat keputusan direksi. Memerlukan waktu lama untuk mengambil keputusan dapat merespon situasi baru atau tidak menentu dengan baik, gaya kepemimpinan otokratis.

Gaya Konseptual

Mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas,orang yang kuat, dan peduli terhadap lingkungan sosial. Berpandangan luas adalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapatkan sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Berani mengambil resiko, bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah, dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.

Gaya Perilaku

Mempunyai toleransi yang rendah pada ambiguitas, orang yang kuat dan peduli terhadap lingkungan sosial. Bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Menerima saran, sportif dan bersahabat dan menyukai informasi verbal daripada tulisan, menghindari konflik dan peduli dengan kebahagiaan orang lain. Kesulitan untuk berkata tidak membuat keputusan yang tidak tegas. Implikasi Gaya Keputusan Manajer mengandalkan dua atau tiga gaya keputusan. Gaya tersebut dapat digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan pembuatan keputusan. Gaya ini membantu menjelaskan mengapa manajer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda setelah mengevaluasi

informasi yang sama. Analisis gaya pembuat keputusan berguna dalam memberikan pemikiran mengenai bagaimana menghadapi berbagai gaya pengambilan keputusan. Proses Pengambilan Keputusan Menurut G. R. Terry : 1. Merumuskan problem yang dihadapi 2. Menganalisa problem tersebut 3. Menetapkan sejumlah alternatif 4. Mengevaluasi alternatif 5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan Menurut Peter Drucer : a. Menetapkan masalah b. Manganalisa masalah c. Mengembangkan alternatif d. Mengambil keputusan yang tepat e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif Bentuk bentuk pengembilan keputusan (decision making) Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dari manajer , yang dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan, siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll, Bentuk keputusan ini bisa berupa keputusan yang di program atau tidak, bisa juga di bedakan antara keputusan yang dibuat antara kondisi kepastian , resiko dan ketidak pastian. Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. contoh: penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah masalah khusus atau tidak biasanya.contoh: pengalokasian sumber daya - sumber daya organisasi,penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern,dan lain sebagainya.

Herbert A. Simon mengemukakan teknik-teknik tradisional dan modern dalam pembuatan keputusan yang terprogram dan tidak terprogram. Teknik pembuatan keputusan tradisional dan modern

Tipe-tipe keputusan Diprogram: Keputusan-keputusan rutin dan berulangulang.organisasi mengembangkan prosesprose khusus bagi penangannya.

Tidak diprogram: Keputusan-keputusan sekali pakai,kebijaksanaaan disusun tidak sehat.ditangani dengan proses pemecahan masalah umum

Teknik-teknik pembuatan keputusan Tradisional Modern 1. Kebiasaan 1. Teknik-teknik riset 2. Kegiatan operasi:analisa rutin:prosedurmatematik modelprosedur model simulasi pengoperasian computer standar 2. Pengolahan data 3. Struktur organisasi elektronik pengharapan umum system tujuan saluran-saluran informasi yang disusun dengan baik 1. kebijaksanaan Teknik pemecahan instuisi dan masalah yang diterapkan kreatifitas pada: 2. coba-coba a. Latihan membuat 3. seleksi dan latihan keputusan para pelaksana b. Penyusunan program-program computer heutistic

Kebaikan Dan Kelemahan Pembuatan Keputsan Kelompok Kebaikan kelemahan 1. Dalam pengembangan tujuan, 1. Inplementasi suatu keputusan, kelompok memberikan jumlah apakah dibuat kelompok atuau pengetahuan yang lebih besar. tidak, harus diselesaikan oleh para 2. Dalam pengembangan alternatif manajer secara individual. Karena usaha-usaha individual para kelompok tidak diberi tanggung angota kelompok dapat jawab keputasan-keputasan memungkinkan pencarian lebih kelompok dapat menghasilkan luas dalam berbagai bidang situasi dimana tidak seorangpun fungsional organisasi. merasa bertanggung jawab dan 3. Dalam penilayan alternatife, saling melempar tanggung jawab.

kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih besar. 4. Dalam pemilihan alternatif, kelompok lebih dapat menerima resiko dibanding pembuatan keputusan individual. 5. Karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individual lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan. 6. Kreatifitas yang lebih besar dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai pandangan yang berbeda-beda.

2. Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai dari salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangat memakan biaya. 3. Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efisien bila keputusan harus dibuat secara cepat. 4. Keputusan kelompok dari berbagai kasus dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok. 5. Bila atasan terlibat atau jika salah satu anggota mempunyai kepribadian dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataanya bukan keputusan kelompok.

Dampak Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Pekerjaan Pengambilan keputusan, sebagai turunan dari fungsi pembelajaran (learning), memiliki dampak terhadap kinerja pekerjaan. Uraiannya sebagai berikut: Colquitt (2011) menyatakan, berdasarkan penelitian, pembelajaran memiliki pengaruh positif yang moderat terhadap kinerja pekerjaan. Berkat adanya pembelajaran, karyawan memperoleh lebih banyak pengetahuan dan keterampilan, dan dari sini mereka cenderung memiliki tingkatan kinerja tugas yang lebih tinggi. Menurut Colquitt, pembelajaran sangat penting karena memberi dampak signifikan terhadap pengambilan keputusan. Hal itu terjadi karena peningkatan keahlian, yang diperoleh dari tambahan pengetahuan dan keterampilan, membuat karyawan dapat mengambil keputusan secara lebih cepat, serta mampu menghadirkan alternatif-alternatif tindakan yang lebih baik. Dan pada gilirannya, hal ini juga akan berdampak pada kinerja tugas yang lebih baik. Colquitt beranggapan, kesimpulan dampak "moderat" dari pembelajaran terhadap kinerja pekerjaan --seperti yang terungkap dalam sejumlah penelitian-- mungkin merupakan penilaian yang terlalu dikecilkan. Dampak dari pembelajaran terhadap kinerja pekerjaan sebenarnya mungkin jauh lebih besar.[ Colquitt. Op cit. Hlm. 278-280.] Hal ini karena pada sebagian besar penelitian, dampak pembelajaran hanya difokuskan pada pengetahuan eksplisit, yang lebih mudah dan praktis untuk diukur. Padahal, dari pembelajaran itu juga diperoleh jenis pengetahuan lain yang tersirat (tacit knowledge), yang sulit dijabarkan, tetapi jelas relevan dan penting dalam mempengaruhi kinerja pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai