Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerahNYA Tugas Makalah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul STROKE HEMORAGIK boleh selesai. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB, selain itu dalam makalah ini dibahas mengetahui pengertian stroke hemoragik, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pemeriksaan penunjang diagnostik dan diagnosa keperawatan. Namun kami menydari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat benyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Manado, Juni 2011 Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................... Daftar Isi................................................................................................ Bab I : Pendahuluan............................................................................... Bab II : Tinjauan Teoritis....................................................................... 3-8 i ii 1-2

Bab III : Penutup..................................................................................... . 9 Daftar Pustaka ........................................................................................ . iii

BAB I PENDAHULUAN
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Haemoragik dan Stroke Non Haemoragik (Sidharta, 2000). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono, 2002). Stroke Non Haemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu (Osamulia, 1996). Stroke Non Haemoragik secara patogenesis disebabkan oleh: (1) karena trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke dalam arteri serebri media atau anterior (trombotik stroke), (2) karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke), (3) karena hipoksia yang timbul karena hipotensi dan perfusi yang kurang (Osamulia, 1996). Adapun faktor-faktor resiko yang menjadikan seseorang menjadi mudah terserang stroke, yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosisturia. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hemotokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurismia dan dislipidemia (Mansjor, 2000). Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita

pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).

Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984). Bencana peredaran darah di otak (BPDD) sering dikenal dengan nama stroke atau cerebrovascular accident,merupakan penyebab invaliditas yang paling pada golongan umur diatas 45 tahun. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Stroke dibedakan menjadi dua jenis,yaitu stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik. Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu: (1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi (2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke (3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita (4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke. Faktor resiko yang dapat dikontrol (1) Hipertensi, ( 2) Diabetes Millitus (3) Merokok (4) Hiperlipidemia dan Kolesterol (5) Obesitas, (6). Penggunaan obat obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis. Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita post stroke secara umum yaitu : a. Gangguan Motorik Gangguan motorik yang terjadi yaitu : (1) tonus abnormal, baik hipo/ hipertonus, (2) penurunan kekuatan otot, (3) gangguan gerak volunter, (4) gangguan keseimbangan, (5) gangguan koordinasi, (6) gangguan ketahanan. b. Gangguan Sensorik Gangguan sensorik yang ditimbulkan adalah : (1) gangguan propioreseptik, (2) gangguan kinestetik, (3) gangguan diskriminatif. c. Gangguan kognitif, memori dan atensi. Pada gangguan kognitif ini akan terlihat adanya gangguan pada atensi, memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abstraksi insight menurun, dan cara penyelesaian suatu masalah (Nugrahati, 1992).

d. Gangguan kemampuan fungsional Gangguan kemampuan fungsional yang ditimbulkan pada pasien stroke meliputi gangguan aktifitas mandi, makan, berpakaian, pergi ke toilet, transfer ambulasi, blader dan bowel

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Pengertian Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma,mikroaneurisma,kelainan pembuluh darah congenital) pecah atau robek.Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah .Kesadaran umumnya menurun.Mereka berada dalam keadaan somnolen, spoor, atau koma pada fase akut (www.cerminduniakedokteran.co.id). B. Klasifikasi Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah : Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak.

Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak.

C. Etiologi Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragikadalah : Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah.

Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin). Overdosis narkoba, seperti kokain.

D. Manifestasi klinis Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.Gejala stroke hemoragik bisa meliputi: Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

Kesulitan berbicara atau memahami orang lain. Kesulitan menelan. Kesulitan menulis atau membaca. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba. Kehilangan koordinasi.

Kehilangan keseimbangan. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik. Mual atau muntah. Kejang. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh. Perubahan visi (penurunan visi, atau kehilangan semua atau salah satu bagian dari visi).

E. Patofisiologi Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. F. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu G. Penatalaksanaan Medis 1. Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah: Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan Tanda-tanda vital diusahakan stabil Bed rest Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT 2. Penatalaksanaan spesifik berupa:

Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi. H. Asuhan Keperawatan NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN HASIL 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk) Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten. Kriteria hasil : a. Bunyi nafas vesikuler b. RR normal c. Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat d. Tidak ada sputum 1. Auskultasi bunyi nafas 2. Ukur tanda-tanda vital 3. Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah keperawatan lain) 4. Lakukan penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun 5. Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam 6. Kolaborasi: 2. Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral Perfusi serebral membaik Kriteria hasil : a. Tingkat kesadaran membaik (GCS meningkat) b. fungsi kognitif, memori dan motorik membaik c. TIK normal d. Tanda-tanda vital stabil e. Tidak ada tanda perburukan neurologis f. Pemberian ogsigen Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll Pemberian obat sesuai kebutuhan 1. Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral :GCS, memori, bahasa respon pupil dll 2. Observasi tanda-tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien) 3. Pantau intake-output cairan, balance tiap 24 jam 4. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala tempat tidur 15-30 derajat 5. Hindari valsava maneuver seperti batuk, mengejan dsb 6. Pertahankan ligkungan yang nyaman

7. Hindari fleksi leher untuk mengurangi resiko jugular 8. Kolaborasi: 3. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparese Pasien mendemonstrasikan mobilisasi aktif Kriteria hasil : a. tidak ada kontraktur atau foot drop b. kontraksi otot membaik c. mobilisasi bertahap Beri ogsigen sesuai indikasi Laboratorium: AGD, gula darah dll Penberian terapi sesuai advis CT scan kepala untuk diagnosa dan monitoring 1. Pantau tingkat kemampuan mobilisasi klien 2. Pantau kekuatan otot 3. Rubah posisi tiap 2 jan 4. Pasang trochanter roll pada daerah yang lemah 5. Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil 6. Libatkan keluarga memobilisasi klien 4. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara Komunikasi dengan baik Kriteria hasil : a. Klien dapat mengekspresikan perasaan b. Memahami maksud pembicaraan orang lain dan dapat berjalan dalam

7. Kolaborasi: fisioterapi 1. Evaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal 2. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang 3. dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara 4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara 5. Latih otot bicara secara optimal 6. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien 7. Kolaborasi terapi wicara dengan ahli

c. Pembicaraan pasien dapat dipahami

5.

(Risiko) gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat

Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : a. Tidak ada malnutrisi tanda-tanda

1. Kaji factor penyebab yang mempengaruhi kemampuan menerima makan/minum 2. Hitung kebutuhan nutrisi perhari 3. Observasi tanda-tanda vital 4. Catat intake makanan 5. Timbang berat badan secara berkala 6. Beri latihan menelan 7. Beri makan via NGT 8. Kolaborasi : Pemeriksaan lab(Hb, Albumin, BUN), pemasangan NGT, konsul ahli gizi

b. Berat badan dalam batas normal c. Conjungtiva ananemis d. Tonus otot baik e. Lab: albumin, Hb, BUN dalam batas normal

6 .

Perubahan persepsi-sensori b.d. perubahan transmisi saraf sensori, integrasi, perubahan psikologi

Persepsi dan kesadaran akan lingkungan dapat dipertahankan

1. Cari tahu proses patogenesis yang mendasari 2. Evaluasi adanya gangguan persepsi: penglihatan, taktil 3. Ciptakn suasana lingkungan yang nyaman 4. Evaluasi kemampuan membedakan panas-dingin, posisi dan proprioseptik 5. Catat adanya proses hilang perhatian terhadap salah satu sisi tubuh dan libatkan keluarga untuk membantu mengingatkan 6. Ingatkan untuk menggunakan sisi tubuh yang terlupakan 7. Bicara dengan tenang dan perlahan 8. Lakukan validasi terhadap persepsi klien dan lakukan orientasi kembali

7.

Kurang kemampuan merawat diri b.d.

Kemampuan meningkat Kriteria hasil :

merawat

diri

1. Pantau tingkat kemampuan klien dalam merawat diri 2. Berikan bantuan terhadap

kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi

a. mendemonstrasikan perubahan pola hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari b. Melakukan perawatan diri sesuai kemampuan c. Mengidentifikasi memanfaatkan bantuan dan sumber

kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja 3. Buat lingkungan yang memungkinkan klien untuk melakukan ADL mandiri 4. Libatkan keluarga membantu klien 5. Motivasi melakukan kemampuan klien ADL dalam untuk sesuai

6. Sediakan alat Bantu diri bila mungkin 7. Kolaborasi: pasang DC jika perlu, konsultasi dengan ahli okupasi atau fisioterapi 8. Risiko cedera b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran Klien terhindar dari cedera selama perawatan Kriteria hasil : a. Klien tidak terjatuh b. Tidak ada trauma komplikasi lain dan 1. Pantau tingkat kesadaran dan kegelisahan klien 2. Beri pengaman pada daerah yang sehat, beri bantalan lunak 3. Hindari terpaksa restrain kecuali

4. Pertahankan bedrest selama fase akut 5. Beri pengaman di samping tempat tidur 6. Libatkan perawatan keluarga dalam

7. Kolaborasi: pemberian obat sesuai indikasi (diazepam, dilantin dll) 9. Kurang pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d. kurang informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan perawatan meningkat. Kriteria hasil : a. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar b. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan, dan perubahan 1. Evaluasi derajat gangguan persepsi sensuri 2. Diskusikan proses patogenesis dan pengobatan dengan klien dan keluarga 3. Identifikasi cara dan kemampuan untuk meneruskan progranm perawatan di rumah 4. Identifikasi factor risiko

pola hidup yang diperlukan

secara individual dal lakukan perubahan pola hidup 5. Buat pulang daftar perencanaan

BAB III PENUTUP


Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah : Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak.

Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak

Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragikadalah : Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat pecah.

Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit, dan tiroid. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

Overdosis narkoba, seperti kokain. Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. Penatalaksanaan khusus stroke hemoragik adalah mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI (1992). Undang Undang RI no.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Jakarta : DepKes RI. Prasetya hudaya (2003). Patologi Umum. Politeknik Keseshatan Suarkarta Jurusan fisioterapi. Sri Mardiman, dkk 92001). Modulasi Nyeri dan mekanisme Pengurangan Nyrei dengan Modalitas Fisioterapi : Makalah Penatalaksanaan fisioterapi Komprehensif Pada Nyeri. Akademi fisioterapi surakarta DEPKES dan sasana Husada Pro fisio. Corwn elizabeth, 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Doengoes Marlyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :EGC Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2 Penerbit Jakarta: EGC http://www.scribd.com/doc/52759510/6/Etiologi-Stroke-Hemoragik http://www.espromedical.com/id/berita-dan-acara/stroke.html

Anda mungkin juga menyukai