Anda di halaman 1dari 44

TATA LAKSANA GIZI PENYAKIT KARDIOVASKULER

BAMBANG WIRJATMADI
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2013

PENYAKIT JANTUNG (CARDIOVASCULAR DISEASE)


Penyakit jantung adalah penyakit yang meliputi hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung, congenital heart defects, dan stroke. Penyakit jantung merupakan penyakit yang menyebabkan 700.000 kematian setiap tahunnya. Dan dalam kurun waktu 30 tahun telah dilaporkan menurunnya angka kematian akibat penyakit jantung, namun di Amerika Serikat penyakit ini masih merupakan penyebab kematian dan kecacatan hidup utama di Amerika Serikat. (Jonnalagadda, 2005 and Shaw et al., 2006)

Penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian 50% dari semua kematian yang terjadi di negara industri, namun sebenarnya sebanyak 70% diantaranya dapat dicegah atau ditunda timbulnya, apabila melakukan diet yang tepat dan benar, serta melaksanakan pola hidup yang sehat.

Pencegahan primer pada penyakit jantung ini sangat bermanfaat bagi mereka yang mempunyai faktor risiko yang sifatnya multipel. Sedangkan pencegahan sekunder sangat berguna bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi atau rendah untuk mendapatkan penyakit jantung tersebut.
Tingginya kadar kolesterol darah merupakan faktor yang memegang peranan penting penyebab terjadinya penyakit jantung serta menentukan besarnya risiko untuk mendapatkan penyakit tersebut.

HUBUNGAN TINGGINYA SERUM KOLESTEROL DENGAN INSIDENS TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER

SUMBER BAHAYA KIMIA RACUN NON ALAMI

Cemaran bahan kimia Cairan pembersih Pestisida Cat Komponen kimia dari peralatan/kemasan yang lepas & masuk kedalam pangan Bahan Tambahan Pangan dari bahan kimia

SUMBER KIMIA DALAM MAKANAN

Molekul Terdegradasi
DNA (modifikasi) Protein (inaktivasi protein) Depolarisasi proteoglikan

Akibat
Penuaan, dan Kanker Infeksi Reumatoid, Poliartritis

Oksidasi asam lemak dan Aterosklerosis, dan Penyakit kolesterol. Pembentukan radikal Kardiovaskuler bebas lipidik

PENYAKIT LAINNYA : Penyakit Ginjal Akut maupun Kronis (lipid peroksidase), Penyakit Diabetes Melitus (radikal bebas oksigen), dll.

ANGINA PECTORIS

Angina pectoris ditandai dengan gejala nyeri dada, biasanya pada wilayah dada kiri yang disebabkan karena menurunnya suplai oksigen akibat manurunnya aliran darah ke otot jantung. Faktor risiko yang mendasari timbulnya nyeri dada tersebut antara lain adalah merokok, hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, sedentary lifestyle, dan diet atherogenik. Angina pectoris dapat juga terjadi pada penderita dengan anemia, hipertiroid, aorta stenosis, dan vasospasme.

MYOCARDIAL INFARCTION
Myocardial Infarction adalah penyakit jantung yang ditandai dengan nekrosis atau kerusakan otot jantung yang disebabkan karena tersumbatnya aliran darah dan mengakibatkan suplai zat gizi dan oksigen ke otot jantung menjadi berkurang atau terhenti. Penutupan arteri koroner terjadi sebagai akibat penumpukan lemak pada dinding arteri atau bekuan darah. Gejala klinik yang timbul berupa rasa nyeri yang hebat pada punggung atau tempat lain di dada, mual, muntah-muntah, kecemasan, dan nampak lemah. Faktor risiko yang mendasari terjadinya penyakit adalah kadar lemak yang tinggi, merokok, diabetes mellitus, obesitas sentral, faktor psikologis, konsumsi alkohol yang berlebihan, rendahnya konsumsi buah dan sayuran, dan rendahnya aktifitas fisik.

CATATAN

Obesity, particularly intra-abdominal (visceral) obesity is a leading cause of cardiovascular disease (CVD), insulin resistance, Type 2 diabetes, dyslipidemia, inflammation and thrombosis Male pattern (android) fat distribution has greater health risks than female (gynoid) obesity (Vague, 1947, 1956) A useful indicator for visceral fat is waist circumference, which is associated with all-cause mortality. Pro-inflammatory adipokines play a causal role in the development of pathologies associated with insulin resistance, type 2 diabetes and CVD.

GAGAL JANTUNG

Gagal jantung adalah kondisi umum yang menyerang 1 sampai 2% populasi (dan sangat umum di alami lansia, dan menyerang lebih dari 10% orang yang berusia lebih dari 85 tahun). Gagal jantung dianggap sebagai sindroma klinis, dan pasien mengalami gejala dan tanda gagal jantung disertai tanda obyektif ke abnormalan struktur dan fungsi saat beristirahat.

PENILAIAN STATUS GIZI


1. ANAMNESA
1.1. Identitas Pasien 1.2. Riwayat Penyakit Umum 1.3. Riwayat Gizi - Riwayat asupan gizi sehari-hari sebelum sakit - Kebiasaan makan - Pantangan - Keadaan penyakit dan faktor yang mempengaruhi status gizi

2. PEMERIKSAAN FISIK
2.1. Keadaan Umum 2.2. Tanda Vital 2.3. Pemeriksaan Fisik Lain

Lanjutan
3. ANTROPOMETRI
3.1. Tinggi Badan 3.2. Berat Badan 3.3. Indeks Massa Tubuh (IMT) 3.4. Lingkar Perut 3.5. Lingkar Lengan Atas 3.6. Tebal Lemak Dibawah Kulit 3.7. Lemak Tubuh Total / Visceral Fat

4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
4.1. Test Biokimia Fungsional (kadar albumin, kadar transferin, jumlah limphosit, status gula, status lemak, dll.

Lanjutan
5. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL
(kekuatan genggam, kemampuan meniup, fungsi otot skeletal, test adaptasi gelap)

6. ANALISIS ASUPAN
6.1. Dietary Assesment (24-h recalls, weighed food records, dietary history, food frequency questionnaire) 6.2. Toleransi makanan 6.3. Analisis penggunaan energi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1 Radiologi

Lanjutan
8. DIAGNOSA KERJA
8.1. Status Gizi Antropometri (misal obesitas, pre-obesitas, marasmus, kwashiorkor, marasmic kwashiorkor, dll.) 8.2. Status Metabolik (misal dislipidemia, sindroma metabolik, diabetes melitus, hiperurisemia, sindroma uremia, koma hepatikum, dll.) 8.3. Status Gastrointestinal (jika terdapat suatu tindakan atau terdapat gangguan yang melibatkan traktus gastrointestinal. Misalnya jenis operasi, lokasi dan panjang reseksi, adanya distensi)

PENATA LAKSANAAN TERAPI NUTRISI


1. KOMPOSISI NUTRISI 1.1. Kebutuhan air per hari (25 40 mL/BB/hari) 1.2. Kebutuhan Energi Kondisi stabil 20-25 kkal/kg BB/hari Kondisi akut 25-35 kkal/kg BB/hari Fase pemulihan 35-50 kkal/kg BB/hari 1.3. Kebutuhan Protein (1-2 mg/kg BB/hari) 1.4. Kebutuhan Lemak (sisanya atau tergantung penyakitnya) 1.5. Kebutuhan Mikronutrien (tergantung dari penyakitnya)

METODE PEMBERIAN NUTRISI

1. NUTRISI ORAL 2. NUTRISI ENTERAL 3. NUTRISI PARENTERAL

BENTUK MAKANAN

1. MAKANAN PADAT 2. MAKANAN LUNAK 3. MAKANAN CAIR (FORMULA KOMERSIAL / BLENDERIZED)

MONITORING

1. JALUR NUTRISI ENTERAL


a. Penilaian residu cairan lambung b. Tanda vital c. Berat badan

2. JALUR NUTRISI PARENTERAL


a. Berdasarkan fungsi metabolik (laboratorium, pengukuran Berat Badan, untuk melihat kelebihan cairan) b. Untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan kalori dan protein (perubahan Berat Badan, melihat perubahan status protein ---- albumin, transferin, RBP) c. Berat Badan

EVALUASI

1. PENILAIAN KEADAAN UMUM


(pemeriksaan fisik umum, gejala defisiensi, berat badan, status dehidrasi, test fungsional tubuh)

2. ANALISIS ASUPAN 3. PENILAIAN STATUS GIZI


(pakai SGA = Subjektif Global Assesment)

4. PENILAIAN STATUS METABOLIK


(gula darah, BUN, serum kreatinin, albumin, transferin, status lemak, hemoglobin, dll.)

5. PENILAIAN STATUS GASTROINTESTINAL


(penilaian toleransi, dll.)

6. PENILAIAN KEMAMPUAN TRANSISI METODE PEMBERIAN NUTRISI

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

PENDAHULUAN - Penata laksanaan awal lebih ditekankan pada stabilisasi Hemodinamik - Setelah kondisi pasien stabil baru diberikan intervensi nutrisi

TUJUAN PENATALAKSANAAN
- Mengurangi beban kerja jantung dengan menghindari makan makanan yang merangsang dan berat - Mencegah konstipasi dan kembung - Memberikan makanan yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh - Mengendalikan faktor risiko

S (SUBJEKTIF)
1. Anamnese 1.1. Identitas Pasien 1.2. Riwayat penyakit umum - Keluhan - Penyakit penyerta 1.3. Riwayat Gizi - Faktor risiko (hipertensi, DM, dislipidemia, perokok, stres alkohol, umur, obesitas, dll.)

O (OBJEKTIF)
2. Pemeriksaan Fisik 2.1 Keadaan Umum - Kondisi penyakit (ringan, sedang, berat, panik) - Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, respiratory rate)

3. Antropometri 3.1. Berat Badan 3.2. Tinggi Badan 3.3. Lingkar Lengan Atas 4. Laboratorium 4.1. Disesuaikan dengan faktor risiko (darah rutin, status gula darah, status lemak, elektrolit, C reaktif protein, dll.) 5. Pemeriksaan Fungsional 6. Analisis Asupan (Dietary Assesment) 7. Pemeriksaan penunjang (sesuaikan dengan kondisi pasien)

A (ASSESMENT)
8. Diagnosa Kerja 8.1. Status Gizi Antropometri 8.2. Status Metabolik

(P) PLANNING
9. Penatalaksanaan Terapi Nutrisi Pada fase akut (syok) belum diberi nutrisi. Setelah kondisi pasien stabil, baru diberi nutrisi 9.1. Komposisi Nutrisi 9.1.1. Cairan (Koordinasi dengan dokter PJP) 9.1.2. Energi Sesuai dengan kebutuhan pasien 9.1.3. Makronutrien Lemak 15%-30%, Protein sesuaikan dengan kebutuhan pasien (1-2 porsi / minggu) Konsumsi buah dan sayur sesuaikan dengan kebutuhan pasien (400 500 g/hari 9.1.4. Mikronutrien Garam (5 g/hari), pemberian vitamin B6, B12, asam folat dan vitamin C sesuaikan dengan kondisi pasien

9.1.5. Nutrien spesifik Pemberian asam lemak omega 3 9.1.6. Non nutrien Flavonoid 9.2. Metode Pemberian Nutrisi 9.2.1. Cara Pemberian - Bila fungsi usus baik, di berikan secara oral / enteral - Setelah kondisi stabil ------ di tingkatkan secara bertahap, di mulai dari 80% kebutuhan basal. Dalam waktu 5 10 hari kebutuhan kalori total harus sudah terpenuhi 9.2.2. Tehnik Pemberian Sesuaikan dengan kondisi pasien 9.3. Bentuk nutrisi 9.3.1. Bentuk makanan per oral adalah makanan semi solid

10. Monitoring dan Evaluasi 10.1. Monitoring Nutritional goal, komplikasi metabolik, infeksi, dll. 10.2. Evaluasi 10.2.1. Penilaian Keadaan Umum 10.2.2. Analisis Asupan - Pola Makan - Toleransi 10.2.3. Penilaian Status Gizi - Berat Badan / Lingkar Lengan Atas 10.2.4. Penilaian Status Metabolik Kadar lemak, gula darah, ureum, kreatinin, dll. 11. Edukasi - Kendalikan faktor risiko, dan perbaiki pola makan

PENYAKIT JANTUNG KONGESTIF

TUJUAN PENATA LAKSANAAN 1. Mengurangi beban kerja jantung atau elevasi diafragma dengan menghindari makanan yang berlebihan 2. Menghilangkan oedema 3. Mempertahankan Berat Badan Normal 4. Mencegah terjadinya kardiak kakeksia 5. Mengoreksi defisit nutrient

S (SUBJEKTIF)
1. Anamnesa 1.1. Identitas Pasien 1.2. Riwayat Penyakit Umum - Faktor risiko (hipertensi, DM, dislipidemia, perokok, stres, alkohol, umur, aktifitas, obesitas - Penyakit penyerta (gagal ginjal) - Keluhan : sesak napas, gangguan saluran cerna 1.3. Riwayat Gizi - Riwayat nutrisi

O (OBJEKTIF)
2. Pemeriksaan Fisik 2.1. Keadaan Umum - Keadaan Umum penderita : sakit ringan, sedang, berat oedema, sesak 2.2. Pemeriksaan vital sign : tensi, nadi, suhu, RR

3. Antropometri 3.1. Berat Badan 3.2. Tinggi Badan 3.3. Lingkar Lengan Atas 4. Laboratorium 4.1. Sesuaikan dengan faktor risiko - Darah rutin, Elektrolit, Albumin, Test fungsi hati (SGOT, SGPT), Test fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat) 5. Pemeriksaan Fungsional 6. Analisis Asupan 6.1. Dietary assesment Dietary history 7. Pemeriksaan Penunjang ECG, Photo Thoraks

A (ASSESMENT)
8. Diagnosa Kerja 8.1. Status Gizi Antropometri Obesitas / Normal / Malnutrisi ringan / sedang / berat 8.2. Status Metabolik Hiperglikemia, gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal, asidosis / alkalosis

P (PLANNING)
9. Penatalaksanaan Terapi Nutrisi Diberikan setelah kondisi pasien stabil 9.1. Komposisi Nutrisi 9.1.1. Cairan Bila ada refrakter oedema hanya diberikan 0,5 ml/kkal (75% didapat dari makanan, sisanya dari obat dan minum)

9.1.2. Energi 9.1.3. Makronutrien Lemak 15 30 %, Protein sesuaikan dengan kondisi pasien (ikan 1 2 porsi/minggu, konsumsi buah dan sayuran 400 500 g/hari 9.1.4. Mikronutrien Garam 5 g/hari, tambahan vitamin B6, B12, asam folat, dan vitamin C tergantung kondisi pasien, kalsium, magnesium dan kalium secukupnya 9.2. Metode Pemberian Nutrisi 9.2.1. Cara Pemberian - Bila fungsi usus baik di berikan oral / enteral - Diberikan dalam porsi kecil dan sering 9.3. Bentuk Nutrisi 9.3.1. Bentuk makanan per oral Makanan semi solid dengan lauk cincang atau blender

10. Monitoring dan Evaluasi 10.1. Monitoring Jalur pemberian nutrisi dan kondisi pasien 10.2. Evaluasi 10.2.1. Penilaian Keadaan Umum Oedema, sesak 10.2.2. Analisis Asupan Pola makan (24-h recalls), toleransi 10.2.3. Penilaian Status Gizi Perubahan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas 10.2.4. Penilaian Status Metabolik Laboratorium : Gula darah, albumin, globulin, kadar elektrolit, ureum, kreatinin 10.2.5. Penilaian Status Gastrointestinal Anoreksia 11. Edukasi Kendalikan faktor risiko, perbaiki pola makan, nasehat gizi hindari makanan yang diawetkan

EDUKASI
1. Mengkonsumsi banyak serat, yang berasal dari sayuran dan buah

2. Mengurangi konsumsi asam lemak jenuh dan kolesterol, juga garam tergantung kondisi pasien / penderita

3. Kurangi konsumsi kopi, dan hindari merokok

4. Kontrol obesitas

BENTUK EXERCISE

MEDITERRANEAN DIET

terima kasih atas perhatiannya

Dipresentasikan di PPDS Gizi Klinik UNDIP Rumah Sakit dr. Karjadi, Semarang Pada tanggal 19 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai