Anda di halaman 1dari 13

DRAF RUU KAMNAS KOMENTAR/PERMASALAHAN USULAN Judul: Rancangan Undang- Kamnas tidak merujuk pada UUD 1945 bab

Apabila konsep kemanan nasional akan undang RI nomor tahun XII Pertahanan dan Keamanan Negara, Pasal dijadikan undang-undang perlu dicarikan tentang keamanan nasional 30 ayat 5 landasan konstitusi yang kuat, khususnya merujuk dari bab XII, psl 30 UUD 1945 yang secara jelas menyebut Pertahanan Negara dan Keamanan Negara Dalam naskah akademis RUU Kamnas dan pada penjelasan UU 17/2011 Keamanan Nasional dinyatakan sebagai pengembangan konsep keamanan yang didasarkan pada Konsep Kamnas cukup dijadikan pedoman pemahaman tentang adanya ancaman yang dlm pembuatan UU organic yang terkait multidimensional dan harus dilihat secara dengan masalah keamanan komprehensif. Konsep semacam ini mungkin dapat dijadikan pedoman, namun tidak mempunyai dasar hukum untuk dijadikan undang-undang dan dalam UUD 1945 tidak tersebut istilah keamanan nasional.

Masalah keamanan sudah terwadahi dalam berbagai undang-undang organic, sehingga tidak perlu dibuat undang-undang yang obyeknya khusus keamanan. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden RI Menimbang:
a. Bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

b.

adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan nasioanal, pemerintah Indonesia pada dasarnya mengelola keamanan dan kesejahteraan nasional secara bertahap dan berlanjut.

c.

Bahwa keamanan nasional merupakan syarat mutlak untuk keberlangsungan eksistensi bangsa dan negara Indonesia Bahwa sejak berdiriya Negara Kesatuan REpublik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, negara dan bangsa Indonesia menghadapi berbagai ancaman yang dapat membahayakan kepentingan nasional.

d.

Untuk mewujudkan tujuan nasional bukan mengedepankan pengelolaan keamanan dan kesejahteraan nasional, tetapi dengan melaksanakan pembangunan nasional yang menggunakan pendekatan keamanan dan kesejahteraan. referensi Kamnas seperti yang dirumuskan dalam draf RUU tidak memiliki landasan hukum yang jelas, hanya berupa kerangka pemikiran tentang keamanan. Pada era demokratisasi dan meningkatnya perlindungan HAM, mengedepankan ancaman untuk pertimbangan pembuatan undang-undang menjadi kurang tepat dan pernyataan ini menjadi kurang relevan untuk dipakai sebagai konsideran menimbang

Pernyataan ini perlu dikaji kembali

Perumusan Kamnas masih perlu dikaji dan mendapat kesepakatan.

Butir d dihapus.

e.

Bahwa letak dan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan serta kemajemukan bangsa Indonesia yang tersebar diseluruh

Konsep tentang spectrum ancaman menjadi sangat luas dan cenderung otoriter, sehingga mudah disalhgunakan oleh penguasa. Rumusan tersebut terlalu umum, hendaknya Rumusan ini perlu penajaman. mampu diungkapkan karekteristik kekuatan dan kelemahan yang khas dari letak dan

wilayah republic Indonesia dihadapkan kepada lingkungan strategis dan arus globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan transportasi yang dapat berdampak positif dan negative terhadap kepentingan nasional.

kondisi geografis tersebut yang perlu dijadikan dasar untuk dihubungkan dengan ancaman terhadap kepentingan nasional.

f.

Bahwa dalam mewujudkan stabilitas keamanan nasional pengelolaan keamanan nasional harus dilaksanakan oleh seluruh perangkat negara dan komponen masyarakat melalui suatu pola penanggulangan ancaman secara terpadu, cepat, tepat, tuntas, dan terkoordinasi.

Karakteristik yang khas tersebut diperlukan untuk penguat instrument per UU-an melalui revisi dan pembuatan undang-undang organic yang mendasari amanat konstitusi, untuk mendukung kekuatan dan mengeliminir kelemahan. Suatu pola penanggulangan ancaman secara terpadu, cepat, tepat, tuntas dan terkoordinasi memang sulit diwujudkan dengan beragai keterbatasannya lebih-lebih manakala rumusan ancaman itu sendiri belum disepakati dan dipahami bersama.

Rumusan perlu dikaji kembali, tidak perlu membuat pola baru, karena regulasinya sudah ada pada undang-undang organic beserta peraturan pelaksanaannya dengan catatan: yang belum ada peraturan pelaksanaan, segera dibuat.

Penetapan ancaman dapat menjadi masalah, melihat dalam pemolaan ancaman cenderung kembali ke pola otoritarian, padahal manejemen negara modern sdh mengarah ke deferensiasi dan spesifikasi.

Perumusan secara komprehensif yang terkait dengan jenis, sifat, dan bentuk ancaman serta otoritas penetapan masih bermasalah.

bisa saja terjadi pemegang otoritas tertentu menetapkan sesuatu sebagai ancaman, sementara pihak lain menganggapnya bukan ancaman terutama bila berkaitan dengan prinsip penegakan hukum, proses demokrasi serta perlindungan HAM.

g.

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,b,c,d,e, dan f perlu membentuk undang-undang tentang keamanan nasional

Undang-undang organic yang terkait dengan pengelolaan keamanan tetap harus dipedomani dan diberdayakan. Keterpaduan, cepat, tepat, tuntas dan terkoordinasi dalam penanggulangan ancaman dilakukan sesuai kebutuhan, dalam arti tidak selalu suatu ancaman harus ditangani oleh semua unsur. Bahwa pertimbangan tersebut tidak patut Rumusan dalam menimbang perlu dikaji atau tidak layak untuk dijadikan dasar kembali dengan mengedepankan perlunya pembentukan UU Kamnas menata system keamanan dan bukan ancaman

Latar belakang lahirnya undang-undang tsb harus tergambar dengan konsideran, disamping itu pembuatan RUU Kamnas tidak memenuhi azas pembuatan peraturan perundang-undangan sesuai UU 12/2011 pasal 5, yaitu jika diperhatikan dengan seksama, RUU Kamnas tidak memenuhi criteria tersebut.

Pernyataan yang dipakai dalam konsideran menimbang tidak menunjukan hal khusus dan sangat penting untuk segera dibuat undangundang.

Rumusan dalam konsideran menimbang seharusnya dapat dinyatakan hubungan antara yang akan diatur dengan pembukaan UUD 1945 yang memuat masalah perlunya keamanan.

Karena dicantumkan dalam dictum menimbang maka seharusnya dipedomani dan tidak bertentangan dengan pasal-pasal yang dirumuskan. MENGINGAT:
1. Pasal 5 ayat (1), pasal 1, pasal 12, pasal 20, pasal 25 A, pasal 27 dan pasal 30 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945

Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang belum UU yang diamanahkan secara khusus oleh ditindaklanjuti amanahnya dengan pasal 25 A tersebut, justru harus pembuatan undang-undang, misalnya pasal diprioritaskan pembentukannya. 25 A tentang batas-batas wilayah NKRI, perlu dikaji kembali apakah bias dipakai sebagai konsideren.

Walaupun undang-undang keamanan negara tidak secara khusus/tertulis diamanahkan

untuk dibuat, namun undang-undang organic yang terkait dengan keamanan sudah banyak dibuat.
2. UU no 2 tahun 2002 tentang Polri Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 nomer 2, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomer 4168) UU no 3 TAhun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 nomer 3, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomr 416). UU no 34 tahun 2004 tentang TNI (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 nomer 127, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomer 4439)

3.

4.

Rumusan 1-4 hanya mencantumkan 3 UU saja, seolah ketiga fungsi tersebut saja sebagai penyelenggara Kamnas/pengelola keamanan, jadi mengingkari keikutsertaan fungsi lain. Disini terlihat adanya kecenderungan membendung supremasi sipil, keberlangsungan demokrasi dan penegakan HAM. Seolah-olah masalah kompetensi keamanan hanya ada pada TNI, POLRI, dan Kemmenham.

Dengan adanya UU no 2/2002 tentang Polri, UU no 3/2002 tentang Pertahanan Negara,

UU no 34/2004 tentang TNI, maka perlu dibuat analisa UU mana yang dibuat sesuai amanat pasal 30 UUD 1945.

UU yang mengatur tentang tugas, fungsi dan wewnang penyelenggara UU Otda, UU Keadaan Bahaya, UU Intel, UU Anti Teror, dan UU organic lainnya, diperkuat dan lebih diberdayakan untuk mengelola keamanan dalam negeri.

Pernyataan ini tidak sejalan dengan landasan hukum yang tercantum dalam naskah akademis.

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA DPR DAN PRESIDEN RI MEMUTUSKAN: MENETAPKAN UU TENTANG KAMNAS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam UU ini yang dimaksud Definisi kamnas sudah tersurat dalam dengan: penjelasan undang-undang no 17/2011 1. Keamanan Nasional merupakan tentang intelijen negara yaitu: merupakan kondisi dunamis bangsa dan negara kesatuan republic Indonesia yang kondisi dinamis bangsa dan negara dst

Penyelenggaraan pengelolaan keamanan pedomani undang-undang organik yang sudah ada dan revisi pada UU no. 23/prp/1959.

menjamin keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan warga negara, masyarakat, dan bangsa, terlindungi kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan pembangunan nasional dari segala ancaman.

Istilah keamanan nasional yang mendasari pada teori perkembangan keamanan multidimensional yang diyakini system penyelenggaraan akan dapat menciptakan keamanan nasional. Keyakinan akan kebenaran suatu teori dapat mengarah menjadi sebuah doktrin yang dijadikan sebagai pedoman tata laku yang mendasar dalam pengelolaan keamanan secara nasional.

Batasan Keamanan Nasional sdh ada di UU 17/2011 tentang intelijen negara.

Konsep keamanan nasional dapat dijadikan doktrin saja.

Perubahan definisi kamnas yang tanpa perubahan naskah akademis, menunjukan bahwa konsep tidak memiliki kekuatan akademis.

2.

Ancaman adalah setiap upaya pekerjaan, kegiatan, dan tindakan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, yang dinilai dan / atau dibuktikan dapat membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kepentingan nasional diberbagai aspek baik ideology, politik, ekonomi, social

Ada rumusan tentang ancaman dari UU 3/2002 tentang pertahanan negara, UU 34/2002 tentang TNI dan UU 17/2011 tentang intelejen negara. Khususnya rumusan di UU intelejen, lebih terfokus, jelas kriterianya dan ternilai untuk ditetapkan sebagai ancaman.

Perubahan ini, sebenarnya akan membawa akibat berubahnya pasal-pasal lain yang seharusnya menjawab persoalan dari pengertian tersebut. RUU tentang KUHP didorong untuk diselesaikan, sehingga dapat lebih diwaspadai jenis/bentuk kejahatan baru yang merupakan implikasi dari ancaman yang multidimensional.

budaya, maupun keamanan.

pertahanan

Ancaman pada dasarnya masih bersifat sesuatu yang potensial dan ditetapkan berdasarkan pada penilaian. Apabila sudah berbentuk gangguan, maka harus dibuktikan untuk proses hukumnya.

Ketentuan tentang gangguan keamanan yang termasuk pelanggaran hukum, terhadap individu warga negara, kelompok masyarakat dan negara telah tersedian perangkat hukum untuk menanganinya.

3.

System keamanan nasional adalah tatanan segenap komponen bangsa dalam menyelenggarakan dan mendayagunakan sumber daya nasional secara terpadu dan terarah bagi terciptanya keamanan nasional.

Agar juga terpedomani, bahwa dewasa ini terjadi perubahan pemahaman tentang keamanan yang semula lebih diarahkan untuk nasional security, diubah dengan penekanan pada people security yang pencapaiannya melalui human development, dari keamanan teritorian kea rah food, employment, dan environmental security. Rumusan ini multitafsir, kalu yang dimaksud Perumusan ini perlu dikaji kembali untuk ditata adalah komponen bangsa dibidang pertahanan, maka diatur dalam UU no 3 thn 2002 (lihat pasal 8 ayat 1,2,3) mengatur tentang komponen cadangan dan komponen pendukung, walaupun masih diamanahkan untuk pengaturan lebih lanjut

engan membentuk UU.

4.

Keamanan insani adalah kondisi dinamis yang menjamin ter[enuhinya hak-hak dasar seetiap individu warga negara untuk mendapatkan perlindungan dari berbagai ancaman dalam rangka terciptanya keamanan nasional

5.

Keamanan public adalah kondisi dinamis yang menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat, terselenggaranya pelayanan, pengayoman masyarakat dan penegakan hukum dalam rangka keamanan nasional.

Kalau yang dimaksud dengan tatanan dalam penyelenggaraan, juga sudah ada undangundang organic dibidang keamanan Ini istilah baru, ancaman yang dialami oleh individu dalam mendapatkan hak-hak dasarnya dapat masuk dalam ranah hukum. Sedangkan apabila individu tidak mendapatkan hak-hak dasaarnya bukan karena ancaman, adalah masuk dalam ranah privat/pribadi, sehingga tidak masuk ke ranah keamanan nasional. Mirip dengan rumusan tugas polri dalam pasal 13 UU no 2 tahun 2002 tentang Polri. Kalau memang merujuk tugas Polri supaya ditambahkan kata perlindungan, jadi lengkapnya terselenggara perlindungan, pengayom dan pelayan masyarakat.

Rumusan tentang hak-hak dasar pribadi, sudah tercakup dalam undang-undang tentang KUHP dan HAM

Rumusan ini perlu dikaji kembali bila dimasukan dalam ranah keamanan nasional, karena duplikasi.

6.

Rumusan ini menjadi duplikasi dengan undang-undang no 2/2002 tentang Polri, sehingga tidak perlu dirumuskan kembali dan juga agar tidak ditafsirkan sebagai perluasan tindakan polisionil dari pihak yang berwenang dibidang hukum serta dapat mengarah pada pelanggaran HAM. Keamanan ke dalam adalah Dalam rumusan inl muncul kata " ancaman Dinyatakan

sebagai

Keamanan

Negara

kondisi dinamis yang menjamin tetap tegaknya kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dan penegakan hukum NKRI dari ancaman dalam negeri dalam rangka terciptanya Kamnas

dalam negeri " yang tidakjelas batasannya

sesuai dengan pasal 30 UUD 1945.

Rumusan ini menggambarkan kondisi Kamdagri yang menjadi tujuan Polri seperti dirumuskan dalam pasal 4 UU No 2 Tahun 2002 dan gambaran dari bagian Keamanan Negara.

7.

Keamanan ke luar adalah kondisi dinamis yang menjamin tetap tegaknya kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman luar negeri dalam rangka terciptanya Kamnas

Apabila dihubungkan dengan penye lenggaraannya, Rumusan ini akan da pat memperluas kewenangan polisional bagi lembaga diluar kepolisian. Keamanan ke luar adalah kondisi dinamis UU tentang batas negara segera dibuat dan yang menjamin tetap tegaknya kedaulatan, masalah ini sdh diatur oleh undang-undang keutuhan wilayah dan keselamatan segenap no3/2002. bangsa dari ancaman luar negeri dalam rangka terciptanya Kamnas.

Dalam rumusan ini muncul kata " ancaman luar negeri " yang tidak jelas batasannya Mirip dengan yang dimaksud dalam UU 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, sehingga dapat menimbulkan distorsi pemahaman pada undang-undang yang sudah ada.

8.

Intelijen adalah

Intelejen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan ya ng terkait perumusan kebijakan, strategi nasional dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional. 9. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis 10. Ancaman Militer adaiah dari ancaman dari kekuatan meliter Negara asing yang mengganggu keutuhan wilayah, kedaulatan Negara dan keselamatan bangsa. 11. Ancaman Bersenjata adalah setiap upaya, pekerjaan, kegiatan dan tindakan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kepentingan nasional diberbagai aspek, baik ideology, politik, ekonomi, social budaya

Rumusan ini sudah didefinisikan dalam UU Ikuti perumusan dan UU 17 tahun 2011 17/2011 tentang intelijen negara, pada bab I tentang Intelijen Negara pasal 1 angka (1), dalam satu uraian yang menyangkut masalah intelijen sebagai aktivitas, sebagai organisasi dan sebagai pengetahuan.

Rumusan ini berbeda dengan rumusan tentang ancaman militer yang dijelaskan da/am UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara, pasal 7 ayat (2). Rumusan ini tidak sinkron dengan rumusan yang ada pada UU 3/2002 dan UU 34/2004. Terlalu luas, karena yang mencakup acaman bersenjata /menggunakan senjata dari individu dan/kelompok terhadap individu dan/atau kelompok lain adalah masuk dalam koridor hokum pidana dan tidak selalu merupakan ancaman terhadap kedaulatan Negara, keutuhan wilayah dan keselamatan

maupun pertahanan keamanan 12. Ancaman tidak bersenjata adalah ancaman selain ancaman militer dan ancaman bersenjata yang membahayakan keselamatan individu dan/ataukelompok, kedaulatan Negara, keutiihan wilayah Negara, dan keselamatan

bangsa serta kepentingan nasional Rumusan ini terlalu luas, sehingga sulit dikenali tentang sumber, bentuk, sifat dan akibat yang ditimbulkan dari ancaman ini.

Pengelompokan ancaman bendaknya Perumusan ancaman, perlu dikaji kembali, konsisten dengan rumusan ancaman yang mengingat tidak sinkron dengan rumusan ada pada undang-undang yang lain ancaman yg sdh ada pada undang-undang lain.
13. Kementerian adalah Kementerian Negara yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan sebagaimana diatur dalam undangundang tentang Kementerian Negara. 14. Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disingkat dengan DPR, adalah dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 15. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaiman dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Anda mungkin juga menyukai