Dr dr Made Setiawan Sp A
Di buat oleh: Selviani A Nicarcorlise M
Untuk melindungi diri dari ancaman terhadap jati dirinya, tubuh manusia telah mengembangkan reaksi pertahanan selular yang disebut respon imun Untuk melindungi dirinya, tubuh memerlukan mekanisme yg dapat membedakan sel2 sendiri (self) dari agen2 penginvasi (nonself) Mekanisme2 ini dpt disebut sebagai imunitas tubuh, yaitu suatu keadaan perlindungan (terutama terhadap infeksi) yang ditandai dengan daya ingat dan spesifitas
Daya ingat kemampuan suatu organisme untuk berespons terhadap suatu antigen (suatu sel/molekul yang memicu respons imun, juga dikenal sbg imunogen) karena pernah terpajan antigen tersebut Spesifitas sifat yang diperlihatkan oleh sel2 sistem imun sebagai kemampuan untuk bereaksi terhadap hanya satu determinan antigen
Imunitas mempunyai 3 fungsi utama: Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi seperti mikroorganisme Perannya dalam surveilans adalah mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma Perannya dalam homeostatis adalah membersihkan sisa2 sel dan zat2 buangan sehingga tipe2 sel tetap seragam dan tidak berubah
Kunci penting bagi kemampuan tubuh untuk membedakan diri sendiri dari asing adalah kompleks histokompatibilitas mayor (MHC), suatu kelompok gen di lengan pendek kromosom keenam Kelompok gen MHC mengendalikan produksi satu rangkaian molekul khusus yang berfungsi sebagai antigen sel, petanda diri untuk menunjukkan bahwa semua sel milik satu organisme tertentu
Antigen2 permukaan ini diwariskan dan khas untuk setiap orang, dan berfungsi sebagai label sel; pengenalan antigen MHC oleh sistem imun tubuh menyebabkan terbentuknya toleransi diri (kemampuan sistem imun menahan diri untuk tidak menyerang sel2 tubuh sendiri) Pada manusia, antigen2 MHC sering disebut antigen leukosit manusia (HLA) karena pertama kali ditemukan di sel2 darah putih
Molekul2 MHC ditemukan di permukaan hampir semua sel berinti dan dibagi menjadi 3 kelas Molekul MHC kelas I, yang ditemukan dipermukaan semua sel berinti dan trombosit (kec. Spermatozoa dan ovum), berinteraksi dengan sel2 yang terinfeksi oleh virus. Apabila suatu sel terinfeksi oleh virus, maka molekul kelas I berinteraksi dengan mikroorganisme yang bereplikasi di dalam sel dan membantu menimbulkan destruksi pada sel yang terinfeksi
Molekul MHC kelas II berperan dalam tipe2 reaksi selular yang berasal dari patogen yang bereplikasi di luar sel, seperti bakteri. Molekul MHC kelas II ditemukan di monosit, makrofag dan sistem imun lainnya dan aktif selama proses fagositosis. Antigen MHC kelas III sebenarnya adalah bagian dari jenjang C (C2 dan C4) dan berperan dalam jalur klasik dan alternatif sistem C. Dua mediator, TNF dan limfotoksin, serta beberapa zat yang tampaknya tidak berkaitan, juga dikode oleh regio MHC kelas III.
Sistem penentuan diri sendiri versus asing pada tubuh manusia melibatkan banyak mekanisme, yang sebagian diantaranya dilaksanakan oleh sistem limfoid Sistem limfoid mempertahankan tubuh dari agen penginvasi melalui dua lengan: imunitas selular dan imunitas humoral Imunitas selular respon imun yang terutama dilaksanakan oleh limfosit T, atau sel T. Saat tubuh terpajan ke suatu patogen, maka sel2 T
berproliferasi, dan terjadi interaksi selular langsung yang spesifik terhadap antigen yang memicu respon tersebut. Suatu epitop (determinan antigen) suatu gugus kimia kecil, biasanya terdiri dari 5 asam amino atau gula, pada antigen yang memicu pembentukan dan bereaksi dengan imunoglobulin (antibodi) Imunitas yang diperantarai oleh antibodi adalah imunitas spesifik yang diperantarai oleh produksi imunoglobulin oleh limfosit B sebagai respon terhadap suatu epitop.
Antigen suatu molekul atau sel yang bereaksi dengan antibodi (juga dikenal sebagai imunoglobulin yaitu glikoprotein plasma yang disekresikan oleh limfosit B aktif). Imunoglobulin mampu berikatan dengan antibodi spesifik yang memicu pembentukannya Imunogen molekul atau sel yang menginduksi respons imun Hapten sebuah antigen yang bukan imunogen kecuali apabila berikatan dengan molekul pembawa yang lebih besar. Hapten tidak memicu respon imunologik sendirian.
Beberapa ciri yang terdapat pada suatu molekul yang menetukan kemampuan molekul tersebut memicu respon imun: Sifat asing molekul Ukuran imunogen2 kuat adalah protein dengan BM > 100.000 dalton. Molekul dengan BM rendah (< 10.000 dalton) bersifat imunogenik lemah dan molekul yang sangat kecil seperti hapten memerlukan suatu protein pembawa untuk menjadi imunogenik
Kompleksitas kimiawi molekul2 kompleks seperti polimer lebih imunogenik dari pada gula sederhana Konsentrasi konsentrasi imunogen harus memadai untuk memicu respon imun Epitop satu gugus kecil pada imunogen yang memicu respon imun dan dapat bereaksi dengan suatu imunoglobulin.
Sistem limfoid tubuh manusia bekerja sama dengan sistem monosit-makrofag untuk membedakan diri sendiri dari asing Sistem limfoid mempertahankan tubuh dari agen penginvasi melalui dua respon imun : imunitas selular dan imunitas humoral (Respon) Imunitas selular respons imun yang dilaksanakan oleh limfosit T. Saat tubuh terpajan ke suatu imunogen, sel2 T berproliferasi dan mengarahkan interaksi selular dan subselular penjamu untuk bereaksi terhadap epitop spesifik.
Imunitas humoral (respon imun yang diperantarai antibodi) imunitas spesifik yang diperantarai oleh produksi imunoglobulin (antibodi) oleh limfosit B yang terstimulasi, atau sel plasma, sebagai respons terhadap suatu epitop. Imunitas humoral juga dibantu oleh sistem komplemen suatu sistem amplikasi yang melengkapi kerja imunoglobulin untuk mematikan imunogen asing dan menyebabkan lisis patogen tertentu dan sel.
Sel T Sel bakal Timus KGB (daerah parakorteks) Limpa (pulpa putih), GALT, atau bercak Peyer, BALT
Sel B Sel bakal ? Sumsum tulang KGB (korteks), Limpa (pulpa putih dan merah), GALT, BALT
65 80
20 30
5 15
Selular
Humoral
Non spesifik
Karakteristik Subpopulasi
Produk
Limfokin : IL-2, Imunoglobulin, IL-3, IL-4, IL-5, Limfokin : IL-6 IL-6, IL-9, IL-10 Interferon gamma, Faktor perangsang koloni, TNF
Sel T Virus (intrasel) Fungus Parasit Sel tumor Alograf (jaringan transplantasi)
Karakteristik lain Reseptor imunogen di permukaan Daya ingat Protein CD di permukaan Imunoglobulin di permukaan
Ya
Ya
Tidak
Ya Tidak Ya
IMUNITAS SELULAR
Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama: fungsi regulator dan fungsi efektor Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (juga dikenal sebagai sel CD4 karena petanda cluster of differentiation di permukaan sel diberi nomor 4) Sel2 CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel2 sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya.
Sitokin2 dari sel CD4 mengendalikan proses2 imun spt pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain, & pengaktivan makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (dahulu dikenal sebagai sel T pembunuh, tetapi jangan dikacaukan dengan sel NK; saat ini dikenal sebagai sel CD8 karena cluster of differentiation diberi nomor 8) Sel2 CD8 mampu mematikan sel yg terinfeksi oleh virus, sel tumor, jaringan transplantasi dgn menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran asing.
1.
2.
Fungsi utama imunitas selular: Sel T CD 8 memiliki fungsi sitotoksik. Sel CD8 menyebabkan kematian secara langsung sel sasaran seperti sel yang terinfeksi virus atau sel tumor. Sel CD8 melakukan fungsi ini dengan mengikat sel yang terinfeksi virus atau sel tumor dan mengeluarkan perforin yang mematikan sel sasaran. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan.
3.
Limfokin tidak saja mempengaruhi jaringan secara langsung, tetapi juga mengaktivkan sel lain seperti APC Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat. Sel T pengingat memungkinkan akselerasi respons imun apabila tubuh terpajan untuk kedua kalinya dengan imunogen yang sama walaupun dalam interval yang lama dari pajanan.
4.
Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian. Sel CD4 dan CD8 meningkatkan atau menekan (atau keduanya) respons imun selular dan humoral.
IMUNITAS HUMORAL
Sel B memiliki dua fungsi esensial: berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin merupakan salah satu kelompok APC Pada masa janin, prekusor sel B pertama kali ditemukan di hati kemudian bermigrasi ke dalam sumsum tulang. Sel B mengalami pematangan dalam dua tahap tetapi, tidak seperti selT, tidak matang di timus.
IMUNOGLOBULIN
1.
Imunoglobulin (antibodi), yang membentuk sekitar 20% dari semua protein plasma darah, adalah produk utama sel plasma Selain di plasma darah, imunoglobulin juga ditemukan di dalam air mata; air liur; sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih kelamin; serta kolostrum Imunoglobulin mempunyai 5 fungsi efektor: Imunoglobulin menyebabkan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yang dependen antibodi (ADCC)
2.
3.
4.
5.
Imunoglobulin memungkinkan terjadinya imunisasi pasif (timbulnya imunitas karena menerima imunoglobulin yang sudah terbentuk) Imunoglobulin menigkatkan opsonisasi (pengendapan komplomen pada suatu antigen sehingga kontak lekat dengan sel fagositik menjadi lebih stabil) Imunoglobulin mengaktifkan komplemen (kumpulan glikoprotein serum) Imunoglobulin juga dapat menyebabkan anafilaksis.
Klasifikasi Imunoglobulin
Kelas Presentase dalam serum; Konsentrasi serum 5 10%; 80 170 mg/dl Lokasi Penjelasan Fungsi
IgM
Ig paling primitif dan paling besar dengan waktu paruh singkat. Beredar sebagai suatu pentamer (kelompok lima). Yang pertama kali terbentuk sebagai respons terhadap infeksi bakteri atau virus. g yang pertama dibentuk oleh janin
Berperan dalam respons primer. Ig paling efisien dalm aglutinasi dan fiksasi komplemen. Berikatan dengan imunogen di permukaan sel B. Ig yang terbentuk terhadap imunogen pada sel darah asing (reaksi transfusi)
Kelas
Lokasi
Penjelasan
Fungsi
IgG
Ig yang paling banyak di dalam darah. Satu-satunya Ig yang menembus plasenta. Memiliki empat subklas
Berperan dalam respons sekunder. Menghasilkan imunitas pasif bagi bayi baru lahir. Penting pada opsonisasi, presipitasi, dan aglutinadi. Memfiksasi komponen
Kelas
Lokasi
Penjelasan
Fungsi
IgA
Ig utama dalam sekresi; kolostrum, air liur, air mata, dan sekresi saluran nafas, GI, dan GU Serum
Monomer dalam serum (Y tunggal) tetapi berbentuk dimer (ganda) atau trimer (tripel) dalam sekresi. Berkaitan dengan secretory piece dari sel epitel untuk dapat lewat di antara sel2 epitel dan masuk ke dalam cairan serosa. Disintesis oleh jaringan limfoid di dekat selaput lendir
Menetralisasikan toksin dalam darah. Pertahanan primer terhadap invasi di selaput lendir; mencegah melekatnya bakteri dan virus ke mukosa. Berikatan dengan polipeptida untuk dapat melewati permukaan mukosa.
Kelas
Lokasi
Penjelasan
Fungsi
IgD
Ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah dalam darah Mampu berikatan dengan reseptor di sel mast dan basofil
Fungsi tidak jelas; mungkin berfungsi sebagai reseptor imunogen atau dalam diferensiasi sel B Bekerja sebagai reseptor untuk alergen saat tubuh melakukan respons alergi; memicu pelepasan histamin dan mediator lain selama respons alergi. Terlibat dalam hipersensitivitas tipe I. Pertahanan terhadap infeksi parasit
IgE
1.
2.
Pada manusia, sistem komplemen (C) terdiri dari sekitar 20 protein yang terdapat di serum dan cairan jaringan. Sebagian besar protein komplemen dihasilkan oleh hati. Sistem C memiliki tiga peran biologik utama: Menyebabkan lisis imunogen seperti bakteri, alograf, dan sel tumor Menghasilkan mediator atau fragmen protein yang memodulasi respons imun dan inflamasi tubuh
3.
Menyebabkan opsonisasi, yang bersifat memperkuat efek yang dihasilkan oleh imunoglobulin. Peran keseluruhan sistem C adalah sebagai penguat (amplifier) dari semua reaksi imun yang terjadi sebagai respons terhadap invasi benda asing Sistem C dapat diaktifkan melalui dua cara. Pengaktivan dapat terjadi karena terbentuknya kompleks imunogen-imunoglobulin IgG atau IgM (jalur klasik) atau karena berbagai molekul (jalur alternatif)
Jalur alternatif lebih penting bagi pertahanan penjamu saat pertama kali seseorang terinfeksi karena imunoglobulin yang diperlukan untuk memicu jalur klasik belum terbentuk.
Perbedaan penting terakhir pada respons imun adalah sudah berapa kali tubuh bertemu dengan imunogen. Saat tubuh pertama kali bertemu dengan suatu imunogen, terjadi proses imunologik yang disebut respons primer. Munculnya antibodi spesifik biasanya terjadi dalam 7 sampai 10 hari, yang mencerminkan produksi oleh suatu klona sel B dan sel plasma untuk imunogen tertentu tersebut.
Kadar imunoglobulin spesifik dalam serum terus meningkat selama sekitar 4 minggu dan kemudian menurun secara bertahap. Imunoglobulin yang pertama kali muncul adalah IgM, diikuti oleh IgG dan IgA. Beberapa bulan atau bahkan tahun setelah individu terpajan ke imunogen, apabila terjadi pajanan kedua, individu yang bersangkutan mengalami respons sekunder
Respons sekunder berlangsung lebih cepat daripada respons primer karena adanya sel2 pengingat dari kontak pertama dengan imunogen Sel2 pengingat berproliferasi untuk membentuk klona sel dalam jumlah besar yang mampu menghasilkan IgM seperti pada respons primer.
Namun, produksi IgG jauh lebih banyak daripada yang terjadi pada respons primer, dan kadar imunoglobulin ini cenderung bertahan lebih lama daripada saat pertama kali berkontak dengan imunogen. Selain itu, imunoglobulin cenderung secara lebih kuat mengikat imunogen dan lebih efektif menginaktifkan atau membersihkannya dari tubuh dibandingkan dengan saat kontak pertama.
TIPE IMUNITAS
Sepanjang hidup seseorang terdapat beberapa tipe imunitas yang bergantung pada usia dan penanganan penyakit. Imunitas alami (native immunity, resistensi bawaan) potensi untuk menolak agen asing tanpa pernah berkontak. Imunitas alami dianggap nonspesifik karena dipertahankan oleh sel NK, jenjang C, interferon, serta kulit dan selaput lendir tanpa bergantung pada mekanisme imun spesifik.
Proses2 di dalam tubuh seperti fagositosis dan peradangan juga berperan menghasilkan imunitas alami. Imunitas dependen-spesies juga merupakan salah satu aspek imunitas alami. Imunitas didapat terjadi setelah tubuh terpajan ke suatu imunogen setelah lahir. Imunitas didapat dapat bersifat aktif atau pasif
Imunitas aktif resistensi terhadap suatu imunogen yang terjadi akibat kontak dengan imunogen asing. Kontak dapat terjadi dalam bentuk infeksi, imunisasi dengan imunogen hidup atau yang sudah dimatikan, pajanan ke produk bakteri misalnya endotoksin atau eksotoksin, atau transplantasi sel atau organ asing. Pada imunitas aktif, individu secara aktif menghasilkan imunoglobulin atau limfosit peka atau keduanya sebagai respons terhadap imunogen spesifik.
Keunggulan utama imunitas aktif resistensi bersifat jangka panjang; kekurangannya utamanya bahwa imunitas aktif memiliki awitan yang relatif lambat Imunitas pasif resistensi relatif yang bergantung pada produksi imunoglobulin oleh orang atau pejamu lain. Imunitas pasif dapat terjadi secara alamiah saat IgG ibu masuk ke janin atau neonatus menerima IgA dari kolostrum.
Imunitas pasif juga dapat diinduksi secara buatan dengan serum imun untuk mencegah atau mengobati infeksi (misal: cacar, rabies, campak) atau untuk menetralkan toksin (misal:difteria, tetanus, botulisme, bisa ular). Keunggulan utama imunitas pasif dapat segera ditimbulkan dengan memberikan sejumlah besar imunoglobulin; kekurangannya utamanya bahwa imunitas pasif memiliki umur yang singkat dan dapat menimbulkan reaksi alergi; terutama apabila berasal dari sumber2 bukan manusia.
Tipe
Mekanisme
Contoh
Penyatuan antigen dan antibodi membentuk suatu kompleks yang mengaktifkan komplemen, menarik leukosit, dan menyebabkan kerusakan jaringan oleh produk2 leukosit
Reaksi limfosit T dengan antigen menyebabkan pelepasan limfokin, sitotoksisitas langsung, dan pengerahan sel2 reaktif
Serum sickness Beberapa bentuk glomerulonefritis Lesi pada Lupus eritematosus sistemik
12 16 20 UMUR KEHAMILAN
22
TIMUS SUMSUM TL
DARAH PERIFER 4 8 12
16 UMUR KEHAMILAN
MUCOSAL ELEMENT
FUNCTION
1. Mucus coat
FUNCTION Receptor sites for replication of infectious agents Sites for binding of enterotoxins Antigen uptake for MALT penetration site for intectious Not known Not known
MUCOSAL ELEMENT
3. Organized lymphoid follicles * B cells
FUNCTION
* Macrophage
Antibody production locally and in distant mucosal sites Local cellular immunity regulation of immune response Not known, ? Antigen processing, ? Regulation of immune responsel
MUCOSAL ELEMENT 4. Lamina propria * Lamina propria lymphocytes * plasma cells 5. Immunoglobulin (SIgA) min external secretions
FUNCTION Not known Antibody production Reduce antigen uptake 2. nhibit attachment of bacteria and bacterial toxins 3. Neutralize viruses 4. Increase mucin production
1.
MUCOSAL ELEMENT
6. Regional lymph nodes
FUNCTION
Maturation and traffic of sensitized precursor cells antigen elemination
1.
2.
3.
Transfer of SIgA from blood stream into intestine Selective removal of microorganisms and immunogenic aggregates Regulation of immune response
DEFESIENSI IMUNITAS MUKOSA PADA NEONATUS Kurang efektifnya barier epitel mukosa. Dalam masa neonatal dini epitel mukosa masih belum matang defisiensi enzim dalam brush border kurangnya produksi mucin rendahnya pergerakan peristaltik usus serta muskular bronchial 2. Imaturitas dalam fungsi memproses antigen (fagositosis) 3. Terlambatnya pengalaman untuk mengadakan respon imunologik
1.
2.
3.
4.
Circulating phagocytes : PMN Tissue phagocytes (RES) : Macrophage Fagosit matang, fagositosis normal, opsonosasi (-) Gangguan clearance mikroorganisme oleh RES, sepsis gram (+) dan sepsis gram (-)
SISTIM COMPLEMENT Sintesa C3 (sedikit) umur janin 12 minggu Sintesa C3, C4 umur janin 15 minggu Kadar C1 darah tali pusat < kadar ibu Kadar C3 serum neonatus rendah, oponisasi/bakterisidal rendah Defisiensi opsonisasi : kurangnya kadar IgM, IgG, C3, C5
2.
SISTIM PROPERDIN Aktivasi sistim complement alternatif, melalui faktor B Faktor B pada neonatus rendah Sistim properdin pada neonatus tidak berfungsi
3.
INTERFERON Menghambat multiplikasi virus Diproduksi oleh sel limfosit dan sel lainnya Kemampuan produksi interferon oleh limfosit janin, neonatus dan dewasa sama
4.
LISOZYM Aktivitas bakterisidal Diproduksi sejak kehamilan muda dan kadar naik sesuai umur kehamilan Terdapat dalam bermacam sel dan cairan tubuh Kadar pada serum neonatus lebih tinggi dari kadar serum ibu
C3
MICROORGANISM
C3a
C3b
C5 C9 Terminal sequence
COMPLEMENT
Bacteria
Phagocytes
Bacteria
1. LYSIS
2. CHEMOTAXIS
3. OPONIZATION
Newborn
1 3 months 4 6 months 7 9 months 10 18 months 2 years 3 years 4 5 years 6 8 years 14 years Adult
600 1670
218 610 228 636 292 816 383 1070 423 1184 477 1334 540 1500 571 1700 570 1570 635 1775
05
20 53 27 73 27 73 27 169 35 222 40 251 48 336 52 535 86 544 106 668
6 15
11 51 25 60 12 124 28 113 32 131 28 113 20 106 28 112 33 135 37 154
2.
3.
4.
Imunitas seluler sepenuhnya berasal dari limfosit janin Pertumbuhan klonal limfosit T dan B mulai pada trimester I kehamilan Pada pertengahan kehamilan sistem seluler telah berkembang dengan baik Pembentukan sel sitotoksik dimulai pada pertengahan kehamilan
5.
6.
7.
Sel limfosit supresor dominan pada masa neonatus Sel limfosit T pada neonatus adalah virgin (nave) limfosit T Untuk menjadi imune limfosit diperlukan waktu 5 10 hari, rentan terhadap infeksi virus (CMV, herpes simpex)
IMUNITAS NEONATUS
IMUNITAS NEONATUS
1.
2.
3.
4. 5.
6.
Barier mukosa rendah Fagositosis normal, oponisasi kurang Kadar complement rendah, sistem properdin (-) T supresor dominan Lyzozyme normal Interferon normal
7.
8. 9.
IgG maternal terutama pada trimester III kehamilan IgM tali pusat berarti infeksi kongenital Infeksi kuman pada neonatus berlainan dengan bayi, anak besar dan dewasa
10.
ORGAN IMUNOLOGIK DAN KOMPONEN SELULERNYA TELAH MATANG UNTUK PEMATANGAN FUNGSI DIPERLUKAN RANGSANGAN/PEMAPARAN ANTIGEN DARI LUAR (POST NATAL)
PERANAN ASI
Colostrum dan ASI mempunyai banyak persamaan sifat seperti cairan tubuh eksternal lainnya yang melapisi dan melindungi mukosa saluran pencernaan dan pernafasan Komponen dalam colostrum dan ASI yang berperan dalam pertahanan tubuh terdiri dari: Berbentuk humoral Berbentuk seluler
Komponen Humoral I. Imunoglobulin 1. Imunoglobulin yang paling banyak terdapat dalam colostrum dan ASI ialah SIgA sedangkan IgA, IgG dan IgM dalam konsentrasi yang lebih rendah 2. IgA dalam colostrum dan ASI bersifat spesific terhadap mikroorganisme infeksius yang endemik atau patogen terhadap saluran pencernaan dan pernafasan
3.
4.
5.
Produksi SIgA berlangsung meskipun tidak ada IgA sejenis dalam darah ibu Diperkirakan bayi yang menyusui mendapat 1 g IgA perhari dan jumlah ini menurun sejalan dengan bertambahnya umur Sebagian besar SIgA ini (70 75%) dikeluarkan lagi dalam tinja. Hal ini menunjukkan bahwa SIgA sebagian besar tidak diabsorbsi dalam saluran cerna dan berfungsi melapisi mukosa usus.
6.
7.
8.
Pengamatan klinik menunjukkan adanya perlindungan ASI terhadap infeksi mukosa usus Disamping itu ASI membantu dalam proses homostasis gastrointestinal dan terbentuknya flora usus yang normal. Kejadian penyakit alergik dan atopik menurun pada bayi yang menyusu. Hal ini mungkin karena dengan menyusui ingesi protein asing berkurang dan/atau diikatnya protein asing oleh antibodi spesifik sehingga absorbsi dicegah.
9.
Data epidemiologik juga menunjukkan adanya penurunan kejadian penyakit infeksi saluran nafas oleh bakteri dan virus
II.
COMPLEMENT Colostrum dan ASI mengandung semua komponen sistem complemen. Produksi C3 dilaporkan pada percobaan biakan sel ASI.
III.
1.
2.
3.
FAKTOR LAIN ASI dan colostrum mengandung pula interferon, MIF dan alpha fetoprotein Lactoferin dan iron binding protein lainnya yang ada dalam ASI bersifat bakteriostatik terhadap E.Coli dan Candida albicans. Daya bakterisidal ini bertambah dengan adanya IgA Lyzozym (enzym yang berkasiat merusak dinding sel bakteri dan faktor bifidus ikut berperan dalam inhibisi pertumbuhan kuman patogen usus dan kulit.
4.
5.
Colostrum dan ASI mengandung pula antivirus terhadap Influenza virua A dan B, virus herpes simplex, rubella dan rotavirus Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa ASI mengandung substansi yang memacu pertumbuhan dan pematangan jaringan epitelial interstitial
VIRUS
Rotavirus Poliovirus type 1, 2, 3 Echovirus Coxsackievirus A & B RSV Cytomegalovirus H. Influenza type A H. Influenza type B Herpes simpex Arbovirus Dengue Japanese B
LAIN-LAIN
Candida albicans Giardia lambia Protein makanan
Komponen Seluler 1. Colostrum dan ASI mengandung sel limfosit T dan B serta faktor lain meliputi sel makrofag, leukosit PMN dan sel epitel 2. Colostrum mengandung banyak sel dengan konsentrasi 1 3 x 100 juta/ml kadar ini makin lama makin berkurang dan pada akhir minggu pertama ASI hanya mengandung 100.000 sel/ml.
3.
Walaupun demikian karena jumlahb ASI yang diminum makin banyak maka bayi memperoleh rata-rata 100 jita sel/hari dalam ASI. Sebagian besar (90 95%) terdiri dari sel makrofag Makrofag Sel makrofag dalam ASI berbeda dengan monosit yang beredar dalam darah yaitu kurangnya peroksidase, kurangnya kadar lyzoym dan banyak IgA dalam sitoplasmanya.
Fungsi sebenarnya dari makrofag ASI belum diketahui diduga berperan dalam: Transport IgA Aktivitas fagositosis terhadap S. Aureus, E. Coli dan Candida albicans, mungkin juga disertai kemampuan cytocidal terhadap S.Aureus dan E. Coli Berperan dalam antibody mediated cytoxicity
Berperan aktif dalam biosintesa dan * Lactoferin * Lyzozym * Komponen komplemen * Faktor B properdin * Epithelial growth factor * T lymphocyte supresor factor * IgA B-cell helper factor
ekskresi:
4.
Sel limfosit T Kadar limfosit dalam ASI sangat bervariasi dan berjumlah 10 20% dari seluruh sel. Fungsi dari Limfosit T ASI belum diketahui, diduga berperan dalam transfer systemic cellular reactivity dari ibu ke bayi melalui menyusu
Makrofag
Neutrophil
Sel epithel
Produksi interferon Fagositosis Penimbunan IgA Pertumbuhan sel epitel Regulasi imunologi Khemotaktik Fagositosis Pelepasan mediator Tidak diketahui
SEL Limfosit T
FUNGSI CMI (Cell Mediated Imunity) Reaksi sitotoksik Delayed hypersensitivity Reaksi transplantasi Interferon
2.
3.
Pada malnutrisi ibu kadar antibodi sekretorik pada mukosa dan cairan tubuh lain akan tetapi kadar antibodi sekretorik dan aktivitas antibodi lainnya pada ASI tidak . Pada BBL prematur, dalam usia 12 minggu pertama kelahiran kadar lactoferin, lizozim dan SIgA dalam ASI prematur lebih tinggi dari kadar ASI cukup bulan Pada usia 2 minggu kadar sel limfosit dan makrofag ASI prematur lebih rendah dari kadar ASI cukup bulan akan tetapi pada usia 12 minggu kadar tersebut lebih tinggi pada ASI prematur