STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. S Umur : 35 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Pacitan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Tanggal Masuk RS : 18 Januari 2013 Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2013
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Keluhan lain yang dirasakan yaitu pasien mengeluh demam yang sering naik turun 1 minggu tapi tidak sampai menggigil dan tidak tentu kapan terasa demam lebih tinggi. Pasien juga mengaku sebelumnya dirasakan sulit dan sakit untuk menelan, namun ketika dilakukan anamnesis pasien sudah tidak sulit dan sakit lagi untuk menelan. Saat bangun tidur pasien juga merasa gemetaran. Mual (+), muntah (+) dirasakan sudah 1 bulan dan kumat-kumatan, muntah terkadang berupa cairan berwarna kuning, darah (-) atau terkadang berupa makanan, cairan berwarna kuning, darah (-). Muntah dikeluhkan saat pasien sedang makan. Lemas (+), pusing (+) kadangkadang, sering sariawan (+), BAK seperti teh tapi saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan BAK sudah tidak seperti teh lagi, BAB dalam batas normal.
Riwayat Opname
Riwayat trauma
RIWAYAT PRIBADI
Merokok Minum alkohol : disangkal : disangkal
Minum jamu
linu) Minum obat analgesik
RIWAYAT KELUARGA
Riwayat hipertensi
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
TD N RR S : 90/70 mmHg (berbaring,pada lengan kiri) : 76 x/ mnt, reguler,kuat : 20 x/ mnt : 37,1C( aksiler)
Mata cowong (+/+) Konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+) reflek cahaya (+/+), nafas cuping hidung (-)
Leher simetris, deviasi trakea (-), JVP R0, pembesaran kelenjar limfe (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Paru-Paru
Inspeksi : gerakan pernafasan
Fremitus Depan:
Belakang:
Perkusi
sonor
sonor
Auskultasi
Inspeksi
Ictus cordis tak tampak Ictus cordis kuat angkat Dalam batas normal
Palpasi
perkusi
Auskultasi
inspeksi
simetris, lebih rendah dari dinding dada, caput medusa (-), venektasi (-), distended (-)
auskultasi
Perkusi
Palpasi
supel, defans musculer (-), lien tidak teraba, hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba.
Edema extremitas inferior (+/+) clubbing finger tidak ditemukan, akral hangat (+) hematoma di kedua kaki dan tangan bekas suntik (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan EKG
18 Januari 2013
Frekuensi:
96 x/menit Ritme: reguler Jenis irama: sinus Zona transisi: V2-V3 Aksis: normal (Lead I (+), aVF (+))
18-01-2013 5 103/L 1,1 103/L 0,1 103/uL 3,8 103/uL 21,1 % 3,8 % 75,1 % 8,6 g/dL
22-01-2013 4,8 103/L 1,2 103/L 0,2 103/uL 3,4 103/uL 25,7 % 5,1 % 69,2 % 10,7 g/dL
27-01-2013 4,7 103/L 0,8 103/L 0,2 103/L 3,7 103/L 18 % 3,7 % 78,3 % 10,4 g/dL
30-01-2013 6,8 103/L 1,0 103/L 0,7 103/L 5,1 103/L 14,3 % 10,3 % 75,4 % 9,5 g/dL
Normal (4,010,0 10/L) ( 0,8 4,0 10/L) (0,1-0,9) (2,0-7,0) (20,0 - 40,0) (3,0 9,0) (50-70) (11 16 gr/dL)
RBC Hct
MCV MCH MCHC RDW-CV RDW-SD PLT MPV PDW PCT
Kimia Darah
(18 Januari 2013)
DBIL TBIL SGOT SGPT ALP GamaGT TP Alb Glob Urea Creat UA Chol TG HDL LDL
: 0,15 mg/dl : 0,53 mg/dl : 70,2 U/l : 51 U/l : 269 U/l : 51,1 mg/dl : 0,2 g/dl : 2,6 g/dl : 5,6 g/dl : 21,72 mg/dl : 1,09 mg/dl : 3,1 mg/dl : 79 mg/dl : 151 mg/dl : 14 mg/dl : 34 mg/dl
(0-0,35 mg/dl) (0,2-1,2 mg/dl) (0-31 U/l) (0-31 U/l) (98-279 U/l) (8-34 mg/dl) (6,6-8,3 g/dl) (3,5-5,5 g/dl) (2-3,9 g/dl) (10-50mg/dl) (0,7-1,2mg/dl) (2,4-5,7 mg/dl) (140-200 mg/dl) (36-165 mg/dl) (45-150 mg/dl) (0-190 mg/dl)
Pemeriksaan lainnya:
Tanggal 18 Januari 2013 HIV : non-reaktif (non-reaktif grayzone = 5-10IU/mL) HbsAg (RPHA) : negatif (negatif) HVC (MEIA) : negatif (negatif) Tanggal 22 Januari 2013 (negatif)
Sel
LE
: negatif
ANAMNESIS
Bengkak pada kedua kaki Tidak bisa berjalan Tidak bisa jongkok Kaku pada persendian siku dan jari-jari tangan Timbul bercak-bercak kebiruan pada kedua kaki setelah adanya bengkak Demam 1 minggu naik turun tapi tidak sampai menggigil Mual dan muntah terkadang saat sedang makan Gemetaran saat bangun tidur Lemas Terkadang pusing Sering sariawan Sebelumnya BAK seperti teh, tapi saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan, BAK normal Minum jamu Minum obat analgesik
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign TD : 90/70 mmHg Kepala Leher CA (+/+) Mata cowong (+/+)
Ekstremitas Edema pada ekstremitas inferior Hematoma pada kedua ekstremitas inferior dan bekas suntikan atau infus pada extremitas superior
Darah Lengkap:
Mid% Gran% Hb RBC Hct MCV MCH MCHC RDW-CV PLT MPV PCT
: 10,3 % : 75,1% 78,3% 75,4% :8,6 10,7 10,4 9,5 gr/dL : 3,43 106L : 25,8 31,3 29,8 30,7 % : 75,5 72,3 71,9 78,7 fl : 25 24,6 25 24,2 pg : 30,9 g/dL : 16,7 16,4 16,4 17 % : 26 21 35 75 103/L : 12,4 11,6 fL : 0,032 0,024 0,032 0,075 %
Kimia Darah:
SGOT
: 70,2 U/l SGPT : 51 U/l GamaGT : 51,1 mg/dl TP : 0,2 g/dl Alb : 2,6 2,6 3,4 g/dl Glob : 5,6 g/dl Chol : 79 mg/dl HDL : 14 mg/dl
Suspect SLE
POMR
Daftar Masalah Kaku pada persendian siku dan jari-jari tangan Demam 1 minggu naik turun tapi tidak sampai menggigil Lemas Mual dan muntah terkadang saat sedang makan Penurunan BB TD: 90/70 CA (+/+), mata cowong (+/+) Penurunan Hb, MCV, MCH, MCHC, dan PLT Bengkak pada kedua kaki Peningkatan SGOT, SGPT dan Gama GT Alb, Globulin terbalik Problem Atralgia Demam Dispepsia Anemia hipokromik mikrositer Trombositopenia Assessment Suspect SLE DD: ITP Planning Diagnosis Sel ANA Apusan darah tepi UL Benzidin test Coomb test Planning Terapi Inf. PZ 24 tpm Inj. Metocloperamid 2x1 amp Lansoprazol caps 1x1 Transfusi PRC 2 kolf Inj. Dexamethasone 3x1 amp Paracetamol tab 3x1 (prn) Planning Monitoring Klinis Vital sign DL
Edema ekstremitas inferior Hipoalbuminemia Gangguan LFT Rasio Alb, Glob terbalik
Tes HbsAg
Diet protein dan kalori Klinis Cek Inf. Albumin Albumin, Globulin Kimia Darah
PEMBAHASAN
Hipoalbuminemia
penurunan tekanan osmotik penimbunan cairan edema pada extremitas inferior sulit berjalan
Atralgia
Lutut sulit untuk berjalan maupun jongkok di siku kedua tangan, antar jari-jari tangan dan pada pergelangan tangan sulit menggenggam
lemas juga demam tapi tanpa disertai tanda-tanda adanya infeksi seperti leukositosis.
penurunan BB akhir-akhir ini dikarenakan menurunnya nafsu makan serta didapatkan keluhan gastrointestinal lainnya seperti disphagia, odinophagia, mual dan muntah.
Gejala konstitusional
Lemas, pucat, dan penurunan berat badan pada pasien bisa juga disebabkan karena adanya anemia. anemia et causa penyakit kronis sehingga tubuh pasien sudah terbiasa atau terkompen dan timbulnya manifestasi lemas, pucat, atau gampang lelah sering dirasakan pasien sebelumnya
Anemia hipokromik mikrositer dan Trombositopenia
Manifestasi klinis: sistem muskuloskeletal, gastrointestinal, gejala konstitusional, dan gangguan hematologi
Walaupun belum memenuhi kriteria ACR (the American College of Rheumatology) revisi tahun 1997
kriteria: wanita muda dengan keterlibatan 2 organ atau lebih, adanya gejala konstitusional (demam tanpa bukti infeksi, penurunan BB), gejala muskuloskeletal (atralgia), gejala gastrointestinal (mual dan muntah), dan adanya gangguan hematologi (anemia dan trombositopenia),
TINJAUAN PUSTAKA
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
A. Definisi
Adalah penyakit autoimun sistemik kronis
B. Epidemiologi
SLE digambarkan oleh Cazenave dan Clausit
pertama kali tahun 1852 Pertama kali menemukan sel LE tahun 1948 Hargreaves
30 tahun terakhir, LES telah menjadi salah satu penyakit reumatik utama di dunia
Sangat tinngi Amerika, Afrika, dan Hispanik, bila dibandingkan suku Caucasian. di Asia: suku Cina, Jepang, dan Filipina lebih tinggi Prevalensi dibanding suku India dan Pakistan
Insidensi
Terbanyak usia 15-40 tahun (masa reproduksi). wanita :pria = (5,5-9):1 disebabkan obat (drug induced LE) 3:2
C. Etiologi
Hingga kini penyebab SLE belum diketahui dengan jelas.
D. Patogenesis
faktor pemicu tenaga pendorong abnormal terhadap sel T CD4+ hilangnya toleransi sel T terhadap self antigen
Gagalnya supresi terhadap sel B salah satu faktor penyebab berlangsungnya penyakit (Clearance) dari kompleks imun oleh sistem fagosit-makrofag juga mengalami gangguan
Meningkatnya apoptosis meningkatnya kebocoran Ag intraseluler merangsang respon autoimun dan berpartisipasi pembentukan kompleks imun
terjadinya autoantibodi pada SLE akibat 2 perubahan mayor: IL-10 stimulasi kuat proliferasi dan diferensiasi sel B & mediator yang penting dari aktivasi sel B poliklonal pada SLE
meningkatnya apoptosis limfosit dan monosit dalam sirkulasi, & kesalahan pengenalan autoantigen yang dilepaskan selama apoptosis.
E. Manifestasi Klinis
Gejala umum
Muskuloskeletal
Artritis atau atralgia (53-95%) poliartritis simetris, non-erosif, tanpa deformitas bukan kontraktur/ ankilosis dapat disertai lemah dan edema Mungkin terdapat nyeri otot dan miositis. Paling sering interfalangeal proksimal (PIP), metakarpofalangeal, pergelangan tangan, siku dan lutut.
Butterfly rash eritema pada hidung dan kedua pipi (55-90%). Bisa ec hipersentivitas matahari
Urtikaria
Mukokutan
Lesi diskoid bercak eritematosus meninggi, tertutup sisik keratin lama terbentuk sikatriks
Alopesia
Ginjal
Saraf
Paling umum Disfungsi mental ringan seizure, psikosis, organic brain syndrome, dan sakit kepala. irritabilitas, kecemasan, depresi, serta gangguan ingatan dan konsentrasi ringan
Kardiovaskular
Perikarditis ringan sampai berat (efusi perikard), iskemia miokard dan endokarditis verukosa (Libman Sacks).
Efusi pleura, dan pleuritis Pneumonitis lupus takipnea, batuk, dan demam
45% Nausea, kehilangan berat badan, nyeri abdomen ringan, dan diare.
Cotton-wool-like spots pada retina. 5% kebutaan sementara Konjungtivitis, edema periorbital, perdarahan subkonjungtival, uveitis dan adanya badan sitoid di retina
F. Diagnosis
Neuropsikiatri
Retikuloendotel
Kulit
Jantun g Paruparu
GIT
Ginjal
Gangguan neurologi
Gangguan hematologik
Gangguan imunologik
Bila
dijumpai 4 atau lebih kriteria diatas, diagnosis SLE memiliki sensitifiitas 85% dan spesifiisitas 95%. Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA positif, maka sangat mungkin SLE
G. Pemeriksaan Penunjang
Faal hati Kadar CRP
Urin Lengkap
Komplemen C3 dan C4
Darah Lengkap
Lab
Serologi
awal diagnosis
H. Diagnosis Banding
Undifferentiated
connective tissue disease Sindroma Sjgren Sindroma antibodi antifosfolipid (APS) Fibromialgia (ANA positif) Purpura trombositopenik idiopatik Lupus imbas obat Artritis reumatoid dini Vaskulitis
I. Penatalaksanaan
1.
Penjelasan
tentang LES Masalah yang terkait dengan fisik Pengenalan masalah aspek psikologis Pemakaian obat adakah kelompok pendukung, yayasan yang bergerak dalam pemasyarakatan SLE dan sebagainya. Edukasi keluarga .
2. Program rehabilitasi
Istirahat
Terapi
3. Pengobatan medikamentosa
Pengobatan SLE Ringan Analgesik: paracetamol 3 x 500 mg (prn) Anti inflamasi non steroidal (OAINS) Glukokortikoid topikal untuk mengatasi ruam (gunakan preparat dengan potensi ringan) Klorokuin basa 3,5-4,0 mg/kg BB/hari (150-300 mg/hari) (1 tablet klorokuin 250 mg mengandung 150 mg klorokuin basa) periksa mata pada saat awal akan pemberian dan dilanjutkan setiap 3 bulan, sementara hidroksiklorokuin dosis 5- 6,5 mg/kg BB/ hari (200-400 mg/hari) dan periksa mata setiap 6-12 bulan. Kortikosteroid dosis rendah seperti prednison < 10 mg / hari atau yang setara. Tabir surya topikal dengan SPF minimal15
Pengobatan SLE Berat atau Mengancam Nyawa Glukokortikoid Dosis Tinggi: Lupus nefritis, serebritis atau trombositopenia: 40 60 mg/hari (1 mg/kgBB) prednison atau yang setara selama 4-6 minggu tapering off didahului pemberian metilprednisolon iv 500 mg sampai 1 g/hari selama 3 hari bertutut-turut. Obat Imunosupresan atau Sitotoksik: azatioprin, siklofosfamid, metotreksat, siklosporin, mikofenolat mofetil.
Trombosis
Komplikasi
Infeksi Sekunder Nefritis Lupus Lupus serebral
K. Prognosis
Morbiditas dan mortalitas SLE masih cukup tinggi.
(survival) SLE untuk 1-5, 5-10, 10-15, 15-20, dan 20 tahun 93-97%, 84-95%,7085%64-80%, dan 53-64%.
Daftar Pustaka
Chalid, Maisuri T. 2004. Sistemik Lupus Eritematosus Dalam Kehamilan. Artikel. Bagian Fetomaternal Makassar. www.med.unhas.ac.id diakses 29 Januari 2012. Isbagio, Harry dkk. 2007. Lupus Eritematosus Sistemik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 12214-21. PB PAPDI. 2006. Lupus Eritematosus Sistemik dalam PANDUAN PELAYANAN MEDIK PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 127-8. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2011. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indoonesia. pp 1-46. Purwanto, Ibnu. 2009. Purpura Trombositopenia Imun dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. pp: 1165-73. RSUD dr. Soetomo. 2008. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI BAG/SMF ILMU PENYAKIT DALAM EDISI III. Surabaya. pp: 169-73, 320-33. Yuliasih; Soeroso, Joewono. 2007. Sistemik Lupus Eritematosus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press. pp: 235-41. Yuriawantini; Suryana, Kerut. 2007. Aspek Imunologi SLE. Bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah, Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam, Volume 8. pp: 232-9.
Terima kasih