Anda di halaman 1dari 17

CASE PASIEN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

Nama Mahasiswa NIM

: Cendri Diana : 030.05.056

Tanda Tangan:

Dokter Pembimbing : dr. Thomas, Sp.A I. IDENTITAS Data Nama Tanggal Lahir / Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Pasien An. N 10 tahun Laki laki Ayah Tn. T 35 tahun Laki-laki Ibu Ny. S 32 tahun Perempuan

Jl.Wijaya Kusuma no 32 RT 07 RW 18.Bekasi Islam Betawi SD Pelajar Hubungan dg Islam Betawi SLTP Buruh Islam Betawi SLTP Ibu Rumah Tangga -

Keterangan

orangtua anak kandung

II. RIWAYAT PENYAKIT Anamnesis : Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis pada tanggal

8 Februari 2013 jam 10.00 WIB Keluhan Utama Keluhan Tambahan : Timbul bintik-bintik kemerahan di tubuh sejak 2 hari SMRS. : Demam, batuk, pusing, gatal

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli RSUD kota Bekasi dibawa ibunya dengan keluhan timbul bintik-bintik kemerahan berisi air di tubuh sejak 2 hari SMRS. Keluhan baru pertama kali dialami pasien, timbul mendadak, awalnya muncul bintik kemerahan di mana beberapa jam kemudian berubah menjadi gelembung berisi air. Ini juga terdapat pada bagian tubuh yang lain, ada yang dalam bentuk bintik kemerahan, gelembung berisi air bahkan ada yang sudah pecah akibat digaruk pasien karena gatal. Mula-mula keluhan muncul di daerah perut & dada lalu menyebar ke kepala, wajah, punggung, kedua tangan dan kaki. 3 hari SMRS, pasien juga mengeluh demam dan nyeri kepala sebelum timbulnya bintik kemerahan pada tubuh, mendadak, ibu pasien sempat mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer dan didapatkan suhu 38C. Riwayat kejang saat demam dan menggigil, mual, muntah, nyeri tenggorokan, mencret disangkal. 4 hari SMRS, pasien mengeluh batuk, tidak berdahak, pegal pegal, lemas dan nafsu makan menurun. BAK dan BAB pasien tidak ada keluhan. Pasien hanya diberikan paracetamol oleh ibunya di rumah namun keluhan masih belum membaik. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit Alergi Cacingan Demam Berdarah Demam Thypoid Otitis Umur 7 tahun Penyakit Difteria Diare Umur Penyakit Jantung Ginjal Umur -

Kejang

Darah

Kecelakaan

Radang paru

Morbili

Tuberkulosis

Parotitis Kesan :

Operasi

Lainnya

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat alergi, batuk lama, asma, kejang, operasi, trauma serta berpergian ke luar kota dalam beberapa bulan terakhir disangkal pasien. Riwayat Penyakit Pada Anggota Keluarga Lain / Orang Lain Serumah Anggota keluarga pasien baik yang tinggal satu rumah tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, alergi, asma, batuk lama, kejang disangkal. III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ada Sering periksa ke dokter tiap bulan, vaksin TT(+) Rumah bersalin Dokter Spontan/normal 38 minggu Berat lahir : 3200 gram Panjang lahir : tidak ingat Lingkar kepala : tidak tahu Keadaan bayi Langsung menangis (+) Kulit kemerahan Kelainan bawaan (-)

Perawatan antenatal

KELAHIRAN

Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi

Nilai APGAR tidak tahu

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan tidak ada kelainan IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG Pertumbuhan gigi I : tidak ingat Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri Berjalan Bicara Baca dan tulis : tidak ingat : tidak ingat : tidak ingat : tidak ingat : tidak ingat : 7 tahun (Normal: 3-4 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 13 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 5-9 bulan)

Kesan : Ibu pasien lupa namun menurutnya riwayat tumbuh kembang pasien tidak ada kelainan ( sesuai usia) V. RIWAYAT MAKANAN Umur (bulan) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-10 10-12 ASI / PASI ASI ASI ASI + PASI ASI + PASI ASI + PASI ASI + PASI Buah/ biskuit + + Bubur susu + + + Nasi Tim +

Umur di atas 1 tahun Jenis makanan nasi / pengganti sayur frekuensi dan jumlah 3x/hari, 1 piring 2x/hari, 1 mangkuk / kali

daging 2x/minggu, 1 potong/ kali telur 1 butir, setiap hari ikan 2x/ minggu Tahu 2 potong, setiap hari Tempe 2 potong, setiap hari susu ( merk/ takaran) susu 2x/hari lain lain --Kesan : riwayat makanan pasien baik

VI.

RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin 1 2 3

BCG DPT Polio Hepatitis B Campak

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap VII. RIWAYAT KELUARGA Corak Reproduksi No Tanggal lahir (umur) 1. 10tahun (pasien) 2. 3. 7 tahun 3 tahun Perempuan Perempuan + + Sehat Sehat Jenis kelamin Laki laki + Hidup Lahir Mati Abortus Mati (sebab) Keterangan kesehatan Sakit

VIII. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI LINGKUNGAN Pasien tinggal bersama orang tua dan dua adiknya. Terdapat dua kamar, satu kamar mandi dan dapur. Lingkungan rumahnya padat penduduk. Ventilasi baik, sinar matahari dapat masuk kedalam rumah, rumah bersih dan teratur dengan saluran got yang cukup lancar. Air minum dan mandi berasal dari air tanah. Menurut ibu pasien ada tetangga dan teman sekolah pasien yang sedang menderita cacar air.
Kesan : kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien tidak baik di mana dapat menjadi faktor resiko penyakit yang diderita pasien

IX.

PEMERIKSAN FISIK Dilakukan pada tanggal 8 Februari 2013 Keadaan Umum Kesadaran Tanda Vital Nadi Pernafasan Suhu Tubuh Tekanan darah Data Antropometri Berat Badan : 32 kg Tinggi Badan : 140 cm Kepala Bentuk Muka Rambut Mata Telinga Hidung Mulut : Normocephali : tampak papula dan vesikel yang tersebar tidak merata, : 80 x/menit : 20x / menit : 37,7oC : tidak diukur : tampak sakit sedang : compos mentis

ukuran bervariasi dari 0,2-0,5 cm, pucat (-), ikterik (-) : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata. : Pupil isokor, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, oedem palpebra -/: Normotia, membran timpani intake, serumen -/-, darah -/: Bentuk normal,deviasi septum (-), sekret(-), nafas cuping hidung -/: Bibir merah muda, kering(-), sianosis (-), trismus (-),

coated tongue (-), Tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher Thoraks Inspeksi

: KGB tidak teraba membesar : : pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), di dada dan

punggung tampak papula, vesikel, krusta tersebar tidak merata dengan ukuran bervariasi dari 0,2 0,5 cm. Palpasi Perkusi Auskultasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris : Sonor di kedua lapang paru : Pulmo Cor Abdomen : : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/: BJ I & II normal, murmur -, gallop

Inspeksi : datar, tampak papula, vesikel dan krusta yang tersebar tidak merata dengan ukuran bervariasi dari 0,2 0,5 cm Auskultasi Palpasi Perkusi : Bising usus (+) 3 kali /menit : Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-), turgor baik : timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-)

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik, pitting oedem(-), tampak papula dan vesikel tersebar tidak merata, ukuran bervariasi dari 0,2 0,5 cm

X.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan

XI.

RESUME Pasien laki laki, 10 tahun datang ke Poli RSUD kota Bekasi dibawa ibunya dengan keluhan timbul bintik-bintik kemerahan berisi air di tubuh sejak 2 hari SMRS. Keluhan baru pertama kali, mendadak, awalnya muncul bintik kemerahan lalu beberapa jam kemudian menjadi gelembung air. Mula-mula di daerah perut & dada lalu ke kepala, wajah, punggung, kedua tangan dan kaki. Ada dalam bentuk bintik kemerahan, gelembung air bahkan ada yang sudah pecah akibat digaruk pasien karena gatal.

3 hari SMRS, pasien mengeluh demam mendadak, ibu pasien sempat mengukur dengan termometer dan didapatkan 38 C. 4 hari SMRS, pasien mengeluh batuk, tidak berdahak, nyeri kepala, pegal pegal, lemas dan nafsu makan menurun. Pasien hanya diberikan paracetamol oleh ibunya di rumah namun keluhan masih belum membaik. Pasien mempunyai riwayat demam berdarah saat berusia 7 tahun dan tetangga serta teman sekolah yang sedang menderita cacar air. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan tampak sakit sedang, suhu 37,7oC, tampak papula, vesikel dan krusta yang tersebar tidak merata di daerah muka, dada, punggung, abdomen serta keempat ekstremitas dengan ukuran yang bervariasi antara 0,2-0,5cm. XII. DIAGNOSIS KERJA Varicella

XIII. DIAGNOSIS BANDING Variola Impetigo Dermatitis herpetiform XIV. PEMERIKSAAN ANJURAN Pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dari kerokan dasar vesikel. XV. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa - Bed rest - Edukasi kepada orang tua pasien tentang penyakit pasien dan penularan Medikamentosa Paracetamol 3x 500 mg bila demam Asiklovir 5x 400 mg selama 7 hari CTM 1x10 mg Bedak salisil 1% ( vesikel yang belum pecah) Fuson salep (vesikel yang telah pecah)

PROGNOSIS Ad vitam Ad functionam Ad sanasionam : bonam : bonam : bonam

TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit, mukosa, serta selaput lendir, ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. II. Etiologi Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta yang disusun dari 162 capsomer dan sangat infeksius. VZV dapat pula menyebabkan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan VZV akan terjadi varicella ; kemudian setelah penderita varicella tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada di akar ganglia dorsal dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian VZV diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan Herpes Zoster. VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varicella sehingga mudah dibiakan dalam media yang terdiri dari fibroblast paru embrio manusia. III. Epidemiologi Varicella merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi sangat bergantung pada kekebalan seseorang. Varicella terutama menyerang individu yang belum mempunyai antibodi. Varicella dapat mengenai semua golongan umur, termasuk neonatus (varicella kongenital). 90% kejadian terjadi pada anak usia 1-14 tahun. Penyakit ini lebih berat dan sering menimbulkan komplikasi pada neonatus, dewasa dan individu dengan defisiensi imun. Setelah sakit pasien kebal seumur hidup. Periode menular 1-2 hari sebelum, sampai 5-6 hari setelah timbulnya ruam (rash). Transmisi atau penularan penyakit varicella dilaporkan melalui banyak cara. Penularan dapat dengan : 1. Kontak langsung, 2. Percikan ludah/melalui udara, sehingga menyebabkan penyakit ini sangat menular walaupun sebelum rash timbul, 3. Papul dan vesikel tetapi bukan krusta, mengandung populasi virus cukup tinggi, 4. Transplasental.

IV. Imunitas Antibodi terhadap varicella zoster diperoleh dari ibu, antibodi ini bertahan selama 6 bulan, sehingga pada bayi di bawah umur 6 bulan pada umumnya bebas dari penyakit varicella. Bayi yang lahir dari ibu dengan varicella kurang atau sama dengan 5 hari sebelum partus, virus dapat ditransfer ke bayi melalui plasenta, sehingga dapat menimbulkan varicella congenital. Virus merangsang imunitas seluler dan humoral, sehingga penderita akan memperoleh imunitas yang lama (long lasting imunity). Terbentuk 4 subklas IgG, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. pada anak dengan infeksi alamiah, setelah 2 minggu akan terdapat peningkatan IgG1 dan meningkat lagi setelah 1 bulan, sedangkan IgG2 dan IgG3 terbentuk dalam kadar yang sedikit dan akan menurun secara bertahap, setelah 10 tahun antibodi ini sudah tidak terdeteksi dengan ELISA. Antibodi IgG4 terdeteksi 2 4 minggu setelah infeksi. Antibodi IgG1, IgG4 yang terbentuk masih dapat dideteksi setelah 10 tahun. Pemeriksaan serologis untuk mendeteksi imunitas terhadap VZV dapat dengan : 1. 2. 3. 4. Complement Fixation Test (CFT), Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Immune Adherence Haemagglutination (IAHA).

V. Patologi dan Patogenesis Varicella mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi saluran pernafasan atau dengan kontak langsung lesi kulit varicella atau herpes zoster. Virus masuk kedalam tubuh, mula mula terjadi pada selaput lendir pernafasan kemudian menyebar melalui peredaran darah dan sistem limfa dan berakhir pada manifestasi kulit. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan dan diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. 3 7 hari setelah infeksi, diduga viremia ringan terjadi, diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi, terjadi viremia kedua di mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Infeksi pada susunan saraf pusat atau hepar juga terjadi pada saat ini. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada epidermis . Lesi pada kulit terjadi akibat infeksi kapiler endothelial pada papil lapisan dermis kemudian menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit, dan glandula sebacea sehingga terjadi pembengkakan. Pada mulanya ditandai dengan adanya makula dan berkembang dengan cepat menjadi papula, vesikel, dan akhirnya menjadi krusta. Lesi ini jarang menetap

dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dan kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A.Dengan berkembangnya lesi yang cepat, lekosit PMN akan masuk ke dalam korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairan yang jelas dan terang menjadi berwarna keruh, kemudian terjadi absorbsi dari cairan ini, akhirnya terbentuk krusta.Terbentuknya lesi-lesi pada membran mukosa juga dengan cara yang sama, tetapi tidak langsung membentuk krusta. Vesikel-vesikel biasanya akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, namun akan sembuh dengan cepat. VI. Gejala Klinis Masa inkubasi 10 21 hari, biasanya 14 16 hari. Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium, yaitu : 1. Stadium prodromal : 24-48 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala demam ( kenaikan suhu biasanya sedang, berkisar 100-102F/ 37.7-39C) , sakit kepala, perasaan lemah (malaise), anoreksia, kadang terjadi nyeri abdomen ringan. Kadang-kadang terdapat kelainan scarlatinaform atau morbiliform. Demam dan gejala sistemik lain menetap selama 2-4 hari pertama sesudah mulai ruam. 2. Stadium erupsi : Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous. Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Isi vesikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam. Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai tetesan embun / air mata / tear drops. Dalam 3 4 hari erupsi tersebar, penyebaran secara sentrifugal mulamula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal. Pada suatu saat terdapat bermacam-macam stadium erupsi, adanya bentuk papula, vesikel, krusta dalam waktu yang bersamaan, keadaan ini disebut polimorf ; ini merupakan tanda khas penyakit varicella. Vesikel tidak hanya terdapat di kulit, melainkan juga di selaput lendir mulut, mata, dan pharynx. Jumlah lesi pada kulit dapat 250 500, namun kadang-kadang dapat hanya < 10 bahkan lebih sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3 5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke-7 sampai ke-34). Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan, biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler.

Bila terjadi infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopatia umum. Pada penderita varicella yang disertai defisiensi imunitas sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan, bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya limfopenia. Karena kemungkinan mendapat varicella selama masa kanak-kanak sangat besar, maka varicella jarang ditemukan pada wanita hamil (0.7 dari tiap 1000 kehamilan). Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang mendapat varicella ketika hamil akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kejang, retardasi mental, korioretinitis, atrofi cortical, katarak, atau kelainan mata lainnya. Angka kematian tinggi. Bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25% dari neonatus yang dilahirkan akan memperlihatkan gejala varicella congenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari. Biasanya varicella yang timbul berlangsung ringan dan tidak menyebabkan kematian. Sedangkan bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam waktu 4 5 hari sebelum melahirkan, maka neonatusnya memperlihatkan gejala varicella congenital pada umur 5 10 hari. Disini perjalanan penyakit varicella sering berat dan menyebabkan kematian sebesar 25 30%. Mungkin ini ada hubungannya dengan kurun waktu fetus berkontak dengan varicella dan dialirkannya anrtibodi itu melalui plasenta ke fetus. Dilaporkan pula bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita varicella ketika mengandung kemudian sebelum berusia 2 tahun memderita Herpes Zoster. Seperti diketahui herpes zoster amat jarang ditemukan pada anak di bawah umur 10 tahun ; hanya sebanyak 0.7% tiap tahunnya. VII. Langkah diagnostik Anamnesa o Riwayat kontak o Riwayat demam ringan timbul dalam 24 jam pertama diikuti oleh nyeri kepala selanjutnya timbul ruam. Pemeriksaan fisik o Ruam mula-mula papuler berubah bentuk menjadi vesikuler kemudian menjadi keruh dan dalam 3-5 hari menjadi krusta. o Gambaran lesi berkelompok dengan distribusi paling banyak pada tubuh lalu menyebar ke perifer, yaitu muka, kepala, dan ekstremitas. o Pada suatu saat dapat ditemukan berbagai macam stadium lesi. o Terdapat gambaran polimorf.

Pemeriksaan Penunjang o Pemeriksaan laboratorium tidak perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis varicella karena gambaran klinis telah jelas. Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Kebanyakan anak akan terjadi leucopenia dalam 3 hari pertama kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis hebat dapat menunjukkan adanya infeksi bakteri sekunder. o Untuk pemeriksaan varicella dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai denagn Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.

VIII. Diagnosis Banding Varicella dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain : 1. Variola (cacar) : kasus varicella yang berat terutama tipe perdarahan perlu dibedakan dengan variola. 2. Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi pustula dan krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja. Impetigo tidak menyerang mukosa mulut. 3. Skabies : pada skabies terdapat papula yang sangat gatal. Lokasi biasanya antara jari-jari kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes Scabiei. 4. Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler yang eritematosus, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan meninggalkan pigmentasi. IX. Komplikasi 1. Infeksi sekunder. Infeksi sekunder dilsebabkan oleh Staphylococcus atau Streptococcus dan menyebabkan selulitis, dan furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5 10% anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3 4 hari atau bahkan memburuk. 2. Otak. Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. Acute postinfectious cerebellar ataxia merupakan kompilkasi pada otak yang paling sering ditemukan (1:4000 kasus varicella). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2 3 minggu setelah varicella dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami inkoordinasi atau dysarthria. Encephalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varicella dan memberikan gejala ataxia cerebellar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal. Komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental, dan kelainan tingkah laku.

3. Pneumonitis. Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus, imunodefisiensi, dan rang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi umur 13 hari dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari. Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk, sesak nafas, tachipneu, dan kadang-kadang cyanosis serta hemoptoe. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran nodular yang radioopaque pada kedua paru. 4. Sindrom Reye. Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT serta amonia. 5. Komplikasi lain. Seperti hepatitis, arthritis, trombositopenia purpura, myocarditis, perikarditis, pankreatitis, keratitis, nefritis, sindrom nefrotik, sindrom hemolitik uremik, dan orkitis jarang. Anak dengan sistem imunologis yang normal jarang mendapatkan komplikasi tersebut diatas, sedangkan anak dengan defisiensi imun, anak yang menderita leukimia, anak yang sedang mendapat pengobatan steroid dan orang dewasa sering mendapat komplikasi yang tersebut diatas. Kadang-kadang varisela pada penderita tersebut dapat menyebabkan kematian. X. Penatalaksanaan Umum o Istirahat cukup o Bila demam : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali. o Bila ada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika oral o Obat topikal: Pengobatan lokal dapat diberikan Kalamin Lotion atau bedak salisil 1%. o Antihistamin : Diphenhydramine, cair (12.5 mg/5 ml), kapsul (25 mg/50 mg), dan injeksi (10 & 50 mg/ml). Dosis 5 mg/kgBB/hari, dibagi 3x pemberian. o Diet : Berikan makanan penuh, jangan dibatasi. Bila mengalami anorexia, dimotivasi banyak minum untuk mempertahankan hidrasi. Khusus o Asiklovir sebaiknya sedini mungkin dalam (1-3 hari pertama) o Oral : 20 mg/kgBB/kali dibagi 4 dosis selama 5 hari. o Intravena : 5 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5-7 hari. o Cream / salep 5 % selama 5 -7 hari XI. Langkah Promotif / Preventif Imunisasi aktif menggunakan vaksin varicella hidup yang dilemahkan : Diatas 10 tahun kecuali atas permintaan dapat diberikan pada usia >12 bulan. Usia 13 tahun & dewasa :

0.5 cc Subkutan, setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama. Usia 12 bulan 12 tahun : 0.5 cc single dose Diberikan Pasif imunoglobulin (VZIG) 125 U/ 10 kgBB maksimum 625 U secara IM. Post exposure dengan pasien varicella sebelum 72 jam. Dianjurkan diberikan profilaksis VZIG pada anak terganggu imun, wanita hamil, dan bayi baru lahir yang terpajan terhadap varicella ibu.

XII. Prognosis Pada anak sehat, prognosis varicella biasanya lebih baik dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, imunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian meningkat. Angka kematian pada penderita yang mendapat pengobatan imunosupresif tanpa mendapat vaksinasi dan pengobatan antivirus antara 7 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan encephalitis. Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran:Jilid 2, 3rd Ed. Jakarta. Media Aesculapius FKUI. 2007 2. Goering, V. Richard, and Dockrell, M. Hazel. Medical Microbiology, 3rd Ed. Elsevier. 2004 3. Price, A. Sylvia, and Wilson, M. Lorraine. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta. EGC. 2006

Anda mungkin juga menyukai