arteri yang membetuk sirkulus willisi: arteri carotis interna dan system vertebrobasilaratau semua cabangcabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke otak terputus seama 15-20menit, akan terjadi infark(kematian jaringan). Perlu diingat bahwa oclusi disuatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak. Stroke juga bisa disebabkan karena tekanan TIK meningkat karena system autoregulasi tidak bisa menampung tekanan darah ke otak (pada hipertensi). Normalnya tekanan darahkeotak 60-160 mmHg (teanan arteri rat-rata). Ada 3 faktor yang harus dijaga supaya tidak menyebabkan meningkatnya TIK (harus diseimbangkan) : 1. Konsentrasi PaCO2. 2. Konsentrasi ion H2 atau pH darah. 3. Konsentrasi oksigen (PaO2).
Pada penelitian lemak tidak terbukti berpengaruh kepada stroke, kecuali pasien tersebut mengidap penyakit jantung. Suatu stroke biasanya didahului dengan serangan iskemik seperti angina.
1. Stroke iskemik Sumbatan arteria karotis interna merupakan penyebab utama pada pasien yang berusia lanjut, yang sering mengalamii pembentukan plak aterosklerotik dipembuluh darah (sering pada pangkal arteri karotis) sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Sebagian stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri karena jarngan otak tidak peka terhadap nyeri tetapi pembuluh besar dileherdan batang otak memiliki banyak reseptor nyeri, dan cedera pada daerah ini saat serangan iskemik dapat menimbulkan nyeri kepala.
2. Stroke hemoragic Stroke hemorrhagic bisa terjadi apabila lesi vascular intercerebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ruang subarachnoid atau langsung kedalam jaringan otak. Diketahui pemakaian amfetamin dan kokain dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau subarakhoid. Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologic karena tekanan pada pada struktur-struktur saraf didalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang spontan maupun yang traumatic.
Mekanisme terjadinya iskemik ada dua : 1. Tekanan pembuluh darah ke dalam tengkorak. 2. Vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang terpajan kedarah bebas didalam ruang antara lapisan arakhnoid dan piameter meningen. Biasanya hemoragic secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran. Namun bila perdarahannya llambat, pasien mungkin merasakan nyeri kepala. a. Perdarahan subaraknoid Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari dinding pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak ke dalam ruangan di sekitar otak. Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di basal otak atau pada sirkulasi willisii. Perdarahan subaraknoid timbul spontan pada umumnya dan sekitar 10 % disebabkan karena tekanan darah yang naik dan terjadi saat aktivitas. b. Perdarahan intraserebral Patogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya struktur vaskular yang sudah lemah akibat aneurisma yang disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah, atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah yang melebihi toleransi (Yatsu dkk). Menurut Tole dan Utterback, penyebab perdarahan intraserebral adalah pecahnya mikroaneurisma Charcot- Bouchard akibat kenaikan tekanan darah.
Arteria karotis interna a. Dapat terjadi kebutaan satu mata (amaurosis fugaks). b. Lesi terdapat pada antara arteria serebri anterior dan media (gejala: tangan lemah, munkin mengenai wajah dan mimik).
Arteria serebri media a. Hemiparesis dan monoparesis kontralateral (biasanya ada tangan). b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral. c. Afasia global (gangguan fungsi yang berkaitan dengan bicara).
Arteria serebri anterior a. Kelumpuhan kontralateral yang meluas tidak hanya tungkai yg terkena, lengan proksimal mungkin terkena, gerakan volunteer tungkai terganggu. b. Demensia, gerakan menggenggam.
System vertebrabasiler a. Kelumpuhan disatu atau keempat ekstrimitas. b. Meningkatnya reflex tendon. c. Ataksia(berkurangnya koordinasi otot). d. Anda Babinski bilateral. e. Sinkop, vertigo, koma, amnesia,tinnitus.
Arteria serebri posterior a. Koma. b. Hemiparesis kontrateral. c. Afasia(hilangnya pemahaman berbahasa). d. Gerakan choreatetosis.
Ref : A.P.Sylvia, W.M Lorraine. Patofisiologi (konsep klinis Proses-proses Penyakit) vol 2 edisi: 6 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-adammiciga-6398-3-babiit-a.pdf