Anda di halaman 1dari 8

SKIZOPRENIA HEBEFRENIK Skizofrenia adalah bentuk psikosis fungsional dengan beberapa gejala neuropsikiatrik.

Terdapat gangguan dalam pola pikir, daya ingat dan perhatian terhadap lingkungan sekitar. Ada yang membagi gejala skizofrenia menjadi gejala positif dan negatif. Gejala positif yaitu halusinasi, delusi dan gangguan komunikasi. Sedangkan gejala negatif yaitu afek datar dan kurangnya motivasi terhadap lingkungan [1]. Insidensi skizofrenia di seluruh dunia sekitar 1%
[2]

. Penderita skizofrenia 47,5%

memiliki riwayat sering mengalami tekanan terhadap psikis maupun peristiwa yang mengguncang psikis secara mendadak. Pada kasus skizofrenia, sekitar 31,2% didahului oleh ketidakmampuan penderita mengatasi kecemasan yang timbul sehari-hari terutama peristiwa yang mengguncang psikis secara mendadak umur 14 30 tahun [4]. Skizofrenia dikelompokkan berdasarkan gejala yang paling utama. Kelompok skizofrenia yaitu skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, simpleks, skizofrenia residual, skizopren tak terinci, dan depresi pasca skizofrenia[5]. Penderita skizofrenia mengalami gangguan dalam persepsi gerakan visual. Sekitar 40% gangguan persepsi gerakan visual merupakan tanda awal seseorang menderita skizofrenia [6]. Pedoman diagnostik skizofrenia, yaitu [7]: 1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia o Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
[3]

. Resiko tinggi menderita skizofrenia berkisar

- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu dari luar atau - delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); - delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. c. halusinasi auditorik - suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau - jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh d. waham-waham menetap ejnis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa ( suatu

misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain) o Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas a. halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme c. perilaku katatonik seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; d. gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; o Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); o Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek peilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. Pada skizofrenia hebefrenik diagnosis ditegakkan untuk pertama kali pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun), gejala yang menonjol adalah adanya gangguan afektif dan

dorongan kehendak, serta gangguan proses berpikir. Halusinasi dan waham mungkin tetapi biasanya tidak menonjol. Skizofrenia Herbefrenik Pedoman diagnostik a. b. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Diagnosis herbefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). c. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. d. Untuk diagnosis herbefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang bertahan: Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (selfabsorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); Proses pikir memahami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. e. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delucions or hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang

bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Pada penderita ini didiagnosa skizoprenia dikarenakan terdapatnya halusinasi auditorik dan visual yang menyebabkan pasien menjadi sering bicara sendiri tanpa alasan yang jelas. Berdasarkan tipe skizoprenia digolongkan kedalam skizoprenia hebefrenik, karena terjadinya gangguan terjadi pada usia 15 tahun. Sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces) dan proses pikir inkoheren.

Terapi psikorfarmaka yang dianjurkan kepada penderita ialah chlorpromazine yang merupakan obat antipsikotik golongan tipikal. Obat tersebut berguna untuk menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan mental serta kurang tidur. Chlorpromazine yang diberikan kepada penderita berupa sediaan tablet dosis 3 x 100 mg dan haloperidol 3 x 5 mg. Efek primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja secara optimal. Pada skizofrenia dosis terapeutik dipertahankan lebih lama, yaitu kira-kira 3 bulan sesudah gejala skizofrenia hilang. Mekanisme kerja obat antipsikotik tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist). Sedangkan obat antipsikosis golongan

atipikal disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2 Reseptors (Serotonin-dopamine antagonist). Haloperidol mempunyai afinitas yang kuat pada reseptor D2, lebih lemah antagonis reseptor kolinergik dan histamin. Kadar puncak plasma Haloperidol dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian oral dan dalam waktu 20 menit setelah pemberian intramuskular. Waktu paruhnya antara 10-12 jam. Diekskresi dengan cepat melalui urine dan tinja dan berakhir dalam 1 minggu setelah pemberian. 4 Secara farmakologi, struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik deprsif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif keran butirofenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over rate nya. 5 Efek primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja secara optimal. Pada skizofrenia dosis terapeutik dipertahankan lebih lama, yaitu kira-kira 3 bulan sesudah gejala skizofrenia hilang. Mekanisme kerja obat antipsikotik tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist). Sedangkan obat antipsikosis golongan atipikal disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2 Reseptors (Serotonin-dopamine antagonist). Berdasarkan hal tersebut, efek samping yang dimiliki oleh obat antipsikotik antara lain: sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur gangguan endokrin

gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson) sindrom Parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas hepatotoksik Efek samping yang dimiliki oleh obat tersebut memiliki tingkat toleransi yang berbeda-

beda. Beberapa penderita memiliki toleransi yang cepat, ada pula yang lambat, bahkan ada pula yang membutuhkan obat simptomatis untuk meredakan efek samping yang muncul. Pada umumnya pemberian obat antipsikosis dipertahankan selama 3 bulan atau 1 tahun setelah semua gejala psikotik menurun. Penghentian obat ini dilakukan secara bertahap karena penghentian mendadak akan menimbulkan efek chlolinegic rebound. Dalam hal ini dapat diberikan triheksifenidil. Selain itu, pemberian Triheksifenidyl sebagai profilaksis terjadinya sindrom Parkinsonisme. Pada pasien ini pemberian triheksifenidil 3 x 2 mg sebagai profilaksis terhadap sindrom Parkinson, oleh karena dapat mempengaruhi penyerapan/absorpsi obat anti psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah, dan dapat menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat antipsikosis agar tercapai dosis efektif. Bila terjadi sindrom Parkinson, maka penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita ialah dengan menghentikan obat antipsikotik atau bila obat antipsikotik masih diperlukan dapat diberikan Trihexyphenidyl tablet 3 x 2 mg/hari atau Sulfat Atropin dengan dosis 0,5 0,75 mg (im). Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat anti Parkinson. Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati

(SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar (2). Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari pemeriksaan fisik. Terapi lain yang dapat diberikan kepada penderita ialah psikoterapi. Terapi ini dilakukan bila penderita sudah tampak agak tenang. Tujuan dilakukannya terapi ini ialah untuk menguatkan mental penderita terutama dalam menghadapi beban masalah. Selain itu pula, terapi minat dan bakat juga dapat menjadi salah satu komponen terapi. Hal ini dilakukan selama proses rehabilitiasi. Hal yang paling penting dalam penyembuhan penderita ialah dukungan dari keluarga dan masyarakat, terutama sekali keteraturan dan kedisiplinan penderita dalam menjalani terapi. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.

Anda mungkin juga menyukai