Anda di halaman 1dari 2

Suplemen 4

KAJIAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI BANGKA BELITUNG Dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia Palembang memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu bentuk penyediaan informasi dimaksud adalah kajian pengembangan rumput laut di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam kajian tersebut diungkapkan kelayakan usaha rumput laut yang diusahakan oleh petani di Kab. Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung yaitu dari aspek pemasaran, produksi, manajemen, keuangan, sosial ekonomi dan lingkungan hidup. Kajian ini merupakan pelengkap dari hasil penelitian Baseline Economic Survey Komoditas Unggulan Daerah Propinsi Bangka Belitung yang telah dilaksanakan Bank Indonesia Palembang pada tahun 2008.Hasil kajian pengembangan rumput laut di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan potensi ekonomi daerah di sektor kelautan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama penduduk pesisir. Sejalan dengan itu, ketersediaan informasi ini diharapkan dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di bidang usaha rumput laut di Prop. Kepulauan Bangka Belitung. Secara nasional, pengembangan rumput laut telah dicanangkan oleh Pemerintah dalam program revitalisasi budidaya perikanan 2006 2009 sebagai komoditi utama. Jenis rumput laut yang banyak dikembangkan adalah Eucheuma sp dan Gelidium. Usaha budidaya rumput laut di Propinsi Bangka Belitung pada saat ini masih belum berkembang. Hal ini, terutama disebabkan oleh minat masyarakat yang masih rendah, kurangnya keterampilan petani, terbatasnya pemasaran, belum berkembangnya industri pengolahan dan terbatasnya akses kepada sumber permodalan. Prospek pengembangan rumput laut di Babel cukup besar. Permintaan pasar dunia pada tahun 2009 dan 2010 diperkirakan mencapai sebesar 98,9 109 ribu ton sedangkan pasar dalam negeri setiap tahunnya membutuhkan pasokan sebesar 1.600 ton 2.880 ton. Tingginya permintaan pasar rumput laut, terutama erat kaitannya dengan penggunaannya yang semakin meluas, tidak hanya untuk makanan dan obat-obatan, tetapi untuk biodiesel dan bahan baku kertas. Rumput laut dapat tumbuh dengan baik di Babel karena sebagian wilayah pantainya memiliki perairan yang dangkal, terlindungi oleh pulau-pulau, belum adanya pencemaran dan pergerakan air laut tidak terlalu kuat. Pada saat ini rumput laut baru diusahakan oleh sebagian kecil petani di Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Belitung dengan metode Lepas Dasar dan Rakit Apung. Berdasarkan hasil kajian, usaha budidaya rumput laut dengan metode Lepas Dasar dan Rakit Apung, layak (feasible) untuk dikembangkan di Babel, baik dengan pola swadaya maupun inti plasma. Hasil analisis keuangan kedua metode tersebut adalah:

Suplemen 4. Kajian Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Bangka Belitung

Tabel 1. Indikator Keuangan Metode Rakit Apung dan Metode Lepas Dasar Metode Rakit Apung Metode Lepas dasar Indikator Keuangan (0,25 Ha) (1 Ha) Inv. dan modal kerja Rp 21,17 juta Rp 74,02 juta Pembiayaan Bank 70 % 70 % Laba bersih/tahun Rp 39,18 juta Rp 161,24 juta Kas akhir tahun ke-3 Rp 109,01 juta Rp 450,52 juta NPV Rp 108,85 juta Rp 366,33 juta B/C Ratio 2,59 2,72 IRR 32,48 % 33,54% Sensitivitas (Harga jual turun IRR = 18,62 % (diatas IRR = 18,01 % (diatas 30 %) Bunga bank 16%) Bunga bank 16%)

Indikator keuangan tersebut di atas menunjukkan pula bahwa usaha rumput laut dapat menjadi alternatif pasar baru bagi bank, khususnya dalam melakukan pembiayaan terhadap sektor UMKM. Kunci sukses pengembangan rumput laut di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memerlukan adanya kesamaan persepsi, komitmen dan sinergi program diantara pihak-pihak yang terlibat seperti : Pemda, Kadinda, investor, petani, perbankan dan pihak terkait lainnya. Dengan demikian, pengembangan rumput laut di daerah ini akan dapat dilakukan secara terencana dan berkesinambungan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mengurangi kerusakan lingkungan darat terutama akibat kegiatan penggalian tambang.

Anda mungkin juga menyukai