Anda di halaman 1dari 6

Riris Restiti dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):332-337, April 2013

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus) SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN DALAM RANSUM SAPI POTONG LOKAL TERHADAP POPULASI PROTOZOA DAN KECERNAAN BAHAN KERING SECARA IN VITRO (EFFECT OF EXTRACTED WARU LEAVES (Hibiscus tiliaceus) SUPLEMENT TO LOCAL BEEF CATTLE DIET ON THE PROTOZOA POPULATION AND DRY MATTER DIGESTIBILITY IN VITRO) Riris Restiti, Budi Rustomo, Muhamad Bata* Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto *) corresponding author : muhamadbata@yahoo.com ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun waru terhadap populasi protozoa dan kecernaan bahan kering secara in vitro. Penelitian menggunakan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas lima blok. Sebagai blok adalah periode pengambilan cairan rumen dari tiga ekor sapi potong yang diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) Mersi, Purwokerto. Perlakuan yang diuji adalah level ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceus) dalam konsentrat (mg/kg BK); 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm berturut-turut untuk R, R, R, dan R. Imbangan bahan kering pakan komplit yang digunakan terdiri atas 45% jerami padi amoniasi dan 55% konsentrat. Peubah yang diukur adalah populasi protozoa dan kecernaan bahan kering (KBK). Analisis variansi menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun waru berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap populasi protozoa namun tidak berpengaruh (P > 0,05) terhadap KBK. Peningkatan konsentrasi daun waru (ppm) menurunkan populasi protozoa secara kuadrater (P < 0,05) dengan populasi terendah dicapai pada level 104,6 ppm. Rataan populasi protozoa yaitu 819200123179.5 ; 678000208734.3 ; 580000198494.3 ; 648000240977.2 (per ml cairan rumen) dan KBK yaitu 37.782.32 ; 36.492.40 ; 36.332.39 ; 45.6819.07 (%) untuk berturut-turut R, R, R, dan R. Penelitian ini menunjukan bahwa suplementasi ekstrak daun waru hingga level 100 ppm dapat menurunkan populasi protozoa secara kuadrater dan tidak berpengaruh terhadap peningkatan KBK secara in vitro. Kata Kunci : in vitro, ekstrak daun waru, cairan rumen, populasi protozoa, KBK ABSTRACT The study was aimed to determine the effect of extracted hibiscus leaf on protozoa population and dry matter digestibility in vitro. This experimental research was used randomized block design (RBD), consisted of five blocks, which were the periodical rumen fluid taken from three beef cattles bulls. The treatment tested were the level of extracted hibiscus leaf (Hibiscus tiliaceus) concentrate (mg / kg DM). The level of extracted hibiscus leaf were 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm and 150 ppm for R, R, R , and R respectively. The ration consisted of 45% ammoniated rice straw and 55% concentrate. The variables measured were protozoa population and dry matter digestibility. The study showed that extracted hibiscus leaf depressed (P <0.05) protozoa population but did not affect (P> 0.05) dry matter digestibility. The increase of extracted hibiscus leaf concentration (ppm) decreased Protozoa population (P <0.05) quadratically with the lowest protozoa population reached at the level of 104,6 ppm. The mean of protozoa population production were 819200 123179.5; 678000 208734.3; 580000 198494.3; 648 000 240977.2 (per ml rumen fluid) and dry matter digestibility were 37.78 2:32; 36.49 2:40; 36.33 2:39; 45.68 19:07 (%) for R, R, R, and R respectively. Therefore the supplementation of extracted hibiscus leaf up to 100 ppm could depressed protozoa population, but did not increase the dry matter digestibility in vitro.

332

Riris Restiti dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):332-337, April 2013

Keywords : in vitro, extracted hibiscus leaf, rumen fluid, protozoa population, dry matter digestibility PENDAHULUAN Salah satu sebab rendahnya produktivitas sapi potong pada peternakan tradisional adalah kualitas pakan yang rendah. Komoditi tersebut menyebabkan pertumbuhan bobot badan rendah karena kebutuhan nutrisi untuk ternak tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian pemberian agensia defaunasi berupa saponin yang berasal dari daun waru dan kembang sepatu (Putra, 2006); dan daun klerak (Suhartati, 2005) dapat mempengaruhi peningkatan kecernaan bahan kering, VFA Total, N-NH3, dan sintesis protein mikroba. Putra (2011), melaporkan bahwa daun waru mengandung saponin, dan skrining fitokimia tangkai dan tulang daun waru mengandung banyak senyawa salah satunya adalah saponin. Menurut Suhartati (2005), saponin dapat digunakan sebagai agensia defaunasi yang menyebabkan turunnya populasi protozoa sehingga populasi bakteri dalam rumen meningkat. Protozoa rumen sebagian besar adalah ciliata yang bersifat predator terhadap bakteri serat, dan mikroba ini juga berperan sebagai habitat mikrobia metanogenik penghasil gas metan (Thalib, 2008). Dalam penelitian Putra (2006) pemberian saponin yang berasal dari daun waru dan kembang sepatu diberikan dengan pakan basal berupa rumput lapangan, daun gamal (Gliricidia sepiunl), dan daun lamtoro (Leucaeno leucocephala). Dalam penelitian ini pakan yang digunakan adalah 45 % jerami padi amoniasi dan 55 % konsentrat. Menurut Bata et.al (2009), penggunaan 40%-55% jerami padi amoniasi dalam ransum sapi potong lokal dapat meningkatkan bobot badan harian mencapai 09 -1,3 kg. Saponin yang diberikan pada pakan akan dapat meningkatkan kecernaan jerami padi. Karena defaunasi protozoa dapat menurunkan tingkat predasi bakteri oleh protozoa (Thalib, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh saponin pada ekstrak daun waru pada pakan sapi potong local dengan imbangan 45 jerami padi amoniasi dan 55 kosentrat (% BK) terhadap populasi protozoa dan kecernaan bahan kering in vitro. METODE Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas lima blok. Sebagai blok adalah sumber inokulum yang diperoleh dari 3 ekor sapi jantan sesaat setelah dipotong yang diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) Mersi. Perlakuan yang diuji adalah pengaruh pemberian ekstrak daun waru ( Hibiscus tiliaceus) yang dicampur dalam konsentrat (87,95% BK). Ekstrak daun waru diperoleh dari hasil ekstraksi tepung daun waru (kecil) menggunakan pelarut ethyl acetate sesuai metode Wettasinghe et al.(2002) yang dimodifikasi. Tepung daun waru sebanyak 10 gram yang diperoleh dari penggilingan daun waru kecil yang telah dikeringkan dengan sinar matahari selama 2 hari diekstraksi menggunakan 100 ml pelarut ethyl acetate dan dihomogenisasi dengan magnetic stirrer pada suhu ruang selama 24 jam. Larutan disaring dengan kertas saring. Filtrat dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan temperatur 40C sampai volumenya tersisa 10 ml. Ekstrak dimasukkan ke dalam desikator sampai bebas dari ethyl acetate atau dikeringanginkan 2 hari sampai berbentuk serbuk. Level pemberian ekstrak daun waru tersebut adalah 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm untuk R, R, R, dan R berturut-turut. Imbangan bahan kering konsentrat dan jerami padi amoniasi adalah 55:45. Komposisi pakan komplit beserta total kandungan nutrien pakan selengkapnya tersaji pada Tabel 1.

333

Riris Restiti dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):332-337, April 2013

Penelitian dilakukan dengan eksperimental in vitro menggunakan metode Tilley and Terry (1963). Peubah yang diukur adalah populasi protozoa menggunakan metode Ogimoto dan Imai(1981) dan kecernaan bahan kering menggunakan metode Tilley dan Terry (1963). Data yang diperoleh setelah penelitian dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji orthogonal polinomial. Tabel 1. Komposisi Pakan Komplit dan Total Nutrien Pakan Proporsi Dalam Ransum Bahan Pakan (%) PK Jerami Padi Amoniasi 45 3.6 Tepung Kelapa 12 2.56 Bungkil Kedelai 10.5 4.93 Dedak Padi 20 2.3 Pollard 10 1.64 Mineral Mix 1.5 0 Garam 1 0.00 Total Nutrien 100 15.03

Kandungan Nutrien (%) SK LK 13.50 0.53 1.77 1.25 0.62 0.28 2.78 1.73 1.10 0.39 1.13 0.00 0.00 0.00 20.90 4.17

TDN 20.87 9.44 8.74 11.10 7.48 0.00 0.00 57.63

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceus) dapat berpengaruh terhadap penurunan protozoa (P<0,05) tapi tidak berpengaruh terhadap kenaikan kecernaan bahan kering (P>0,05). Rataan kecernaan bahan kering (%) untuk masing-masing perlakuan adalah R1 : 37.782.32; R2 : 36.492.40; R3 : 36.332.39; R4 : 45.6819.07. Berdasarkan hasil uji lanjut orthogonal polynomial, peningkatan konsentrasi ekstrak daun waru (ppm) menyebabkan penurunan populasi protozoa secara kuadrater. Populasi protozoa mengalami penurunan yang signifikan hingga 598044 per ml cairan rumen dengan level optimum pemberian daun waru sebesar 104,6 ppm. Persamaan kuadratik dari analisis variansi tersebut adalah Y = 825340 - 4361.2000 X + 20.920000 X2 R2 =19.08 % terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh Ekstrak Daun Waru terhadap Jumlah Populasi Protozoa

334

Riris Restiti dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):332-337, April 2013

Saponin pada ekstrak daun waru pada penelitian ini efektif bekerja menurunkan protozoa pada level 100 ppm. Suparjo (2008) melaporkan, kerja saponin dalam ekstrak daun waru dalam menurunkan populasi protozoa ini karena terjadinya ikatan antara saponin dengan sterol pada permukaan membran sel protozoa yang menyebabkan membrane pecah, sel lisis dan mati. Keberadaan kolesterol pada membrane sel eukariotik (termasuk protozoa), protozoa rumen rentan terhadap saponin, karena saponin mempunyai daya tarik menarik terhadap kolesterol. Populasi bakteri rumen tidak mengalami gangguan karena disamping bakteri tidak mempunyai sterol yang dapat berikatan dengan saponin, bakteri mempunyai kemampuan untuk memetabolisme faktor antiprotozoa tersebut yang menghilangkan rantai karbohidrat. Pada level pemberian ekstrak daun waru 150 ppm populasi protozoa mengalami peningkatan hal ini diduga karena terdapat kandungan lain seperti asam amino pada daun waru yang menyebabkan populasi protozoa kembali naik. Kenaikan komposisi asam amino seiring dengan kenaikan pemberian ekstrak ini diduga dapat menjadi buffer, sehingga pada komposisi ekstrak daun waru tinggi pH rumen tidak terus meturun. Menurut Bata et.al (2009), kandungan asam amino yang terdapat didalam daun waru adalah 0,126 % Aspartat Acid; 0,246 % Glutamat Acid; 0,181 % Serine; 0,039 % Glycine; 0,030 % Histidin; 0,091 % Arginine; 0,037 % Threonine; 0,089 % Alanine; 0,064 % Proline; 0,062 % Tirosine; 0,091 % Valine; 0,038 % Methionine; 0,036 % Isoleucine; 0,124 % Leucine; 0,065 % Phenilalanine; 0,041 % Lysine. Selain kandungan asam amino tersebut di atas, daun waru juga mempunyai kandungan zat aditif alami berupa saponin dan fumarat, yang kemungkinan dapat mempunyai peran dalam menaikan populasi protozoa pada level pemberian 150 ppm. Keterbatasan dalam penelitian ini tidak dapat menjelaskan peningkatan protozoa pada level 150 ppm. Cara kerja saponin dalam menurunkan populasi protozoa ini secara langsung tidak berpengaruh terhadap populasi bakteri, ini disebabkan protozoa merupakan predator bagi bakteri terutama bakteri serat kasar. Secara teoritik jika populasi protozoa turun seharusnya populasi bakteri serat kasar meningkat, dan kecernaan bahan kering ransum. Kecernaan bahan kering tidak mengalami peningkatan kemungkinan dikarenakan faktor pH dan N-NH3. Menurut Erdman (1988) rataan pH rumen yang ideal untuk pencernaan selulosa antara 6,46,8.. Di bawah ini adalah grafik rataan pH dari penelitian ini.
7.00 6.90 6.80 6.70 6.60 6.50 6.40 6.30 6.20 6.10 6.00 5.90 5.80 5.70 5.60 5.50 0 4 8 12 16 20 24

R1 R2 R3 R4

Gambar 2. Rataan pH per 4 jam selama 24 jam 335

Riris Restiti dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):332-337, April 2013

Penurunan pH rumen ini kemungkinan disebabkan oleh komposisi ransum dengan proporsi kandungan konsentrat yang tinggi (55%). Menurut Rustomo (2005ab), bahan pakan sumber energi bisa menurunkan pH rumen dengan cepat 4 jam setelah diberi pakan baik secara in vitro maupun in vivo. Pada kondisi pH rumen yang rendah protozoa bisa jadi menjadi inatif dan bakteri selulolitik kemungkinan tidak bisa berkerja optimal. Menurut Dehority (2010), protozoa tidak dapat bertahan hidup jika pH rumen naik di atas 7,8 dan turun dibawah 5,4. Arum (2012) menyebutkan bahwa penambahan ekstrak daun waru dengan presentase 50, 100, dan 150 ppm dalam ransum sapi potong lokal bebasis jerami padi amoniasi dan konsentrat dengan perbandingan 45:55 tidak berpengaruh nyata pada peningkatan N-NH3. Rustomo (2005b) melaporkan bahwa pada pH rendah terjadi penurunan kecernaan serat kasar, yang disebabkan oleh penurunan bakteri selulolitik. Kecernaan bahan kering kemungkinan tergantung pada kinerja dan populasi bakteri selulolitik dalam rumen. Dengan pH yang rendah (dibawah normal) bakteri selulolitik menurun sehingga kecernaan bahan kering juga menurut. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak daun waru dalam ransum sapi potong dapat menurunkan populasi protozoa rumen in vitro sampai level 100 ppm, tetapi tidak berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering in vitro. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini dapat terlaksana atas dukungan dan bantuan dari riset kerjasama Internasional Unsoed dengan Universiti Putra Malaysia (UPM). DAFTAR PUSTAKA Arum, Isti. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) pada Sapi Potong Lokal Terhadap VFA Totak dan N-NH3 Secara In Vitro. Laporan hasil penelitian. Universitas jendral soedirman. Purwokerto (Tidak Dipublikasikan) Bata,M. dan B.Rustomo.2009. Peningkatan Kinerja Sapi Potong Lokal Melalui Rekayasa Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Molasses dan Limbah Cair Tapioca. Laporan Hasil Penelitian. Riset Strategis Nasional Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Purwokerto. Dehority,B.A., dan Franzolin R. 2010. The role of pH on the survival of rumen protozoa in steers. R. Bras. Zootec., v.39, n.10, p.2262-2267. Erdman, R.A. 1988. Dietary buffering requirement of the lactating dairy cows. J. Dairy Sci. 71: 32-46. Ogimoto, K. and S. Imai. 1981. Atlas of rumen microbiology. Japan Sci. Soc. Press, Tokyo. 231 p Putra, B.T.D. 2011. Pengaruh Suplementasi Daun Waru (Hibiscus Tiliaceus) Terhadap Karakteristik Fermentasi dan Populasi Protozoa Rumen Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Putra,S. 2006. Pengaruh Suplementasi Agensia Defaunasi dan Waktu Inkubasi terhadap Bahan Kering, Bahan Organik Terdegradasi dan Produk Fermentasi secara In Vitro. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denp sar. Rustomo, B, et al. 2005. Acidogenic value of feeds. I. The relationship between the acidogenic value of feeds and in vitro ruminal pH change. 1Department of Animal and Poultry Science, 2Department of Population Medicine, University of Guelph, Guelph,Ontari. Canada. 336

Riris Restiti dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):332-337, April 2013

Rustomo, B, et al. 2005. Acidogenic value of feeds. II. Effects of rumen acid load from feeds on dry matter intake, ruminal pH, fibre degradability and milk production in the lactating dairy cow. 1 Department of Animal and Poultry Science, 2Department of Population Medicine, University of Guelph, Guelph,Ontari. Canada. Suhartati F.M. 2005. Proteksi Protein Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Menggunakan Tannin, Saponin, Minyak dan Pengaruhnya Terhadap Ruminal Undegradable Dietary Protein (RUDP) dan Sintesis Protein Mikroba Rumen. Animal Production, 7 (1): 52 58. Suparjo. 2008. Saponin : Peran Dan Pengaruhnya Terhadap Ternak Dan Manusia. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi. Thalib, A. 2008. Buah Lerak Mengurangi Emisi Gas Metana Pada Hewan Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30, No. 2. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Tilley, J.A.M, and R.A Terry.1963.Two-Stag Tecnique For The In Vitro Digestion Of Forage Crops. J. British Grassland Soc.18 : 104.

337

Anda mungkin juga menyukai