Anda di halaman 1dari 2

Dalam artikel ini saya menarik benang merah antara level energi psikis dan proses marerialisasi (baca

encapaian tujuan) sebelumnya saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan : 1.Pernahkan anda setelah berusaha keras mencapai sesuatu, habis-habisan, pokoknya udah melakukan segala hal dengan penuh antusiasme dan keyakinan tetap tidak bisa berhasil. Namun setelah anda pasrah, tidak begitu bernafsu, menerima apapun hasilnya, tidak memaksa kemauan, pokoknya terserah yg diatas eh anda malah mendapatkan apa yg anda inginkan? 2.Pernahkah anda mendengar bahwa kebanggaan(pride) adalah awal dari kejatuhan? Berdasarkan penelitian para ahli, tiap emosi ternyata memiliki level energi, Level energi ini, setelah, dikalibrasi mempunyai skala 0-1000. Baselinenya ada di skala 200. Segala sesuatu yg berada di bawah baseline 200 bersifat negatif dan menyedot energi psikis kita, semakin kecil angkanya semakin jelek akibatnya. Berikut adalah hasil pengukuran level energi berbagai macam emosi : Malu 20; rasa bersalah 30; apatis 50; kesedihan mendalam 75; takut 100;keinginan 125; marah 150; bangga 175; berani 200; netralitas 250; kemauan 310; penerimaan 350; berpikir 400; cinta 500; bahagia 540; damai 600 ; pencerahan 700-1000. Sekarang kita lihat contoh kasus di atas. Pada pernyataan pertama, saat kita sangat ingin mencapai target saat itu kita berada pada level energi 125 (di bawah 200). Semakin kita bernafsu, semakin kita melekat atau terikat pada keinginan itu dan semakin drop energi kita. Kenapa justru pada saat kita pasrah dan menyerahkan semua hasil kepada Yang Di Atas kita malah mencapai hasil dengan sangat cepat dan maksimal? Jawabannya, coba anda lihat skala dia atas. Saat kita tidak melekat pada target dan keinginan, saat kita pasrah, level energi kita langsung naik ke netralitas (250), selanjutnya ke penerimaan (310) artinya kita menerima apapun hasil yang kita capai. Pikiran dan realitas saling terkait. Pikiran menciptakan realita. Segala sesuatu diciptakan dua kali. Pertama di pikiran, selanjutnya setelah melalui proses dan sudah tentu membutuhkan waktu baru akan menjadi realitas fisik. Untuk bisa mempercapat proses maisfetasi, kita perlu menyelaraskan pikiran kita dengan suprasadar. Salah satunya adalah dengan berusaha meningkatkan level energi psikis kita. Selanjutnya kita perlu menyadari bahwa alam mempunyai mekanisme sendiri dalam memanifestasikan apa yang ada di pikiran kita. Kita tidak bisa dan tidak boleh memaksakan kemauan kita. Kalau kita memaksa, kita berada pada level 125 (keinginan yg menjadi kemelekatan). Sebaliknya, kita harus yakin dan pasrah. Semakin yakin dan pasrah kita, akan semakin cepat terciptanya realitas fisik. Plus bonus buat menguraikan rasa ikhlas (netralitas dan penerimaan) berdasarkan penjelasan di atas dari buku lain yg membahas level enegi psikis lebih mendalam, bisa jadi patokan buat kita apa kita udah bner2 ikhlas : Netralitas-level energi 250 Pada level ini energi menjadi sangat positif karena level ini tidak lagi ada keberpihakan, seperti yg terjadi pada level2 bawah. Pada level 250 kesadaran cenderung bersikap dikotomi atau perbedaan dan bersikap kaku terhadap hidup. Menjadi netral berati secara relatif tidak melekat pada hasil yg ingin dicapai. Posisi netral membuat seseorang dapat mengatasi pengalaman kekalahan, rasa takut, dan frustasi. Level ini adalah level kepercayaan diri. Orang tidak mudah terintimidasi pada level ini dan tidak perlu membuktikan apapun pada siapapun. Ini adalah level di mana hidup, secara umum, mengalir dengan baik. Orang yg bersikap netral mempunyai perasaan bahagia, tenang, damai, serta merasa aman. Orang pada level netralitas

secara emosi stabil dan nyaman. Mereka bersifat netral, tidak menghakimi, dan tidak ingin mengendalikan perilaku orang lain. Pada level ini orang bersifat mandiri dan menghargai kebebasan. Oleh sebab itu, mereka jauh lebih sulit untuk dikendalikan, dipengaruhi, ataupun diprovokasi dibandingkan dengan orang pada level energi yg lebih rendah. Penerimaan-level energi 350 Ketidakberdayaan yg terjadi pada level2 bawah berasal dari kepercayaan yang menyatakan bahwa sumber dari apa yg terjadi pada hidup seseorang atau penyebab dari masalah berada di luar sana. Pada level ini orang berhenti memandang diri mereka sebagai korban. Mereka memandang diri mereka sebagai sumber dan pencipta kebahagiaan mereka sendiri. Dengan demikian terjadilah transformasi diri yg luar biasa. Orang pada level ini emosinya tanang, pikiran dan persepsinya terbuka. Mereka tidak tertarik pada benar atau salah. Mereka lebih tertari pada penyelesaian masalah. Pada level ini orang tidak mengeluh karena mendapat pekerjaan yg berat. Mereka fokus pada tujuan jangka pajang, disiplin, dan cakap. Mereka juga tidak terpengaruh oleh konflik atau pertentangan. Pada level ini setiap individu dipandang mempunyai hak yang sama. Ini level dimana orang bisa mensyukuri menikmati hidupnya apapun yg terjadi.

Anda mungkin juga menyukai