Anda di halaman 1dari 25

SEPSIS NEONATORUM

BAB I TINJAUAN TEORITIS A. DEFENISI Sepsis adalah sindrome yang di karakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah, yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Marilynn E. Doenges, 1999).

Sepsis adalah bakteri umum pada aliran darah. (Donna L. Wong, 2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004). Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).

Neonatus sangat rentan karena respon imun yang belum sempurna. Angka mortalitas telah berkurang tapi insidennya tidak. Faktor resiko antara lain, prematuritas, prosedur invasif, penggunaan steroid untuk masalah paru kronis, dan pajanan nosokomial terhadap patogen. Antibodi dalam kolostrum sangant efeektif melawan bakteri gram negatif, oleh sebab itu, menyusui ASI memberi manfaat perlindungan terhadap infeksi.

B. ETIOLOGI Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri : 1. Bakteri escherichia koli 2. Streptococus group B 3. Stophylococus aureus 4. Enterococus 5. Listeria monocytogenes 6. Klepsiella

C. PATOFISIOLOGI

Beresponmenghasilkan panas tubuh

Gangguan pola nafastidak efektis

Fungsitidak optimal

Bayi akan sesak

G3 sirkulasi O2 co2

Erirtosit banyak dilisis

M u n t a h ,

D i a r e

m a l a s

m e n g h i s a p

S y s t e m g a s t r o i n t e s t

i n a l

Organpernapasan

Organhati

Keseluruhantubuh janin hipotalamus

Resikoinfeksi

meningitis,oesteomelitis

Infeksi/ kuman menyebar

Terjadiinfeksi awal

Masukkedalam tubuh janin

Melaluiair ketuban

Infeksipada ibu

bakteri

D. MANIFESTASI KLINIS Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut : 1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema 2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali 3. Saluran nafas: apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis 4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(> 160x/menit), bradikardi(< 100x/menit) 5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol 6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdaraha. 7. Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung 8. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya: 9. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar 10. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

11. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena 12. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat 13. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal. 2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin : a. Leukositosis (>34.000109/L)

b. Leukopenia (< 4.000x 109/L) c. Netrofil muda 10%

d. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2 e. f. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L) CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

Factor-faktor pada masa hematologi : Peningkatan kerentaan kapiler Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)

Perlambatan perkembangansel-sel darah merah Peningkatan hemolisis Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan

F. PENATALAKSANAAN 1) Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan). 2) Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif). 3) Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain. 4) Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7. 5) Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari. 6) Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

G. KOMPLIKASI 1. Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya 2. Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal 3. Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\ 4. Sindroma disfungsi multiorgan (MODS) 5. Perdarahan 6. Demam yang terjadi pada ibu 7. Infeksi pada uterus atau plasenta 8. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) 9. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) 10. roses kelahiran yang lama dan sulit H. PENCEGAHAN a. Pada masa Antenatal : Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan. b. Pada masa Persalinan : Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. c. Pada masa pasca Persalinan : Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN 2. Aktivitas/istirahat Gejala: malaise 3. Sirkulasi Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer

kuat,cepat,takikardia (syok). 4. Eliminasi Gejala: diare 5. Makanan dan Minuman Gejala: anoreksia, mual, munta

6. Neurosensori Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan Tanda: gelisah, ketakutan 7. Nyeri / Keamanan Gejala: abdomiral 8. Pernafasan Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC 9. Seksualitas Gejala: puripus perineal Tanda: magerasi vulvaa pengeringan vaginal purulen 10. Penyuluhan Pembelajaraan Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi penggunaan antibiaotik

2. DIAGNOSA

I.

Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan prosedur

invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial). Intervensi : 1) Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril. 3) Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk. 4) Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan

5) Pantau kecendrungan suhu

Rasional : 1) Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan infeksi. 2) Mengurangi kontaminasi ulang. 3) Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa 4) Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa. 5) Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirogen.

II.

Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit dehidrasi, efek

langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus perubahan pada reguasi temperataif. Intervensi : 1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil / diaporesis. 2) Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi. 3) Berikan kompres hangat. Rasional : 1) Suhu 38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit infeksius akut. 2) Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana sushu mendekati normala. 3) Dapat membantu mengurangi demam.

III.

Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga) Intervensi :

1) Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong masukan cairan oral sesuai toleransi. 2) Palpasi denyut peripher 3) Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa haaus. 4) Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki. Rasional : 1) Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darh. 2) Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia. 3) Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda dehidrasi. 4) Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.

BAB III KESIMPULAN

A. KESIMPULAN Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007) a) Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. b) Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. c) Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium d) perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004). B. SARAN
a) b) c)

Meningkatkan mutu pelayan kesehatan Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan Meningkatkan pofesionalitas kerja perawat.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta : EGC. Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di

http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium

Novriani,

Erni.

2008.

Sepsis

Neonatorum.

Akses

Internet

di http://cemolgadis-

melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm Anonim.2007.Sepsis.Aksesinternet 1uyr3qilmiahpopular.doc Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet dihttp://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta dihttp://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-

Anda mungkin juga menyukai