Anda di halaman 1dari 17

BAB I

A.

Pendahuluan Deformitas tangan dapat diakibatkan oleh kelainan kulit, jaringan subkutan, otot,

tendon, sendi, tulang atau fungsi neuromuskular. Sering terdapat riwayat cidera, atau infeksi maupun penyakit yang bersamaan. Fascia superfisialis pada telapak tangan menyebar dari pergelangan tangan menuju jari-jari, meluas melewati sendi-sendi metacarpophalangeal hingga ke jari
[9].

Hipertrofi dan kontraktur pada fascia telapak tangan dapat mengakibatkan

mengerutnya telapak tangan dan fleksi menetap pada jari-jari. Dupuytren disease adalah penebalan jaringan di bawah kulit pada telapak tangan dan jari dan kadang menimbulkan rasa sakit.Dupuytren contracture juga dikenal sebagai Morbus Dupuytren, jari macet. Penyakit Dupuytren, atau palmaris fibromatosis
[1]

, di mana kondisi jari-jari tangan

tetap fleksi dan tidak dapat sepenuhnya diekstensikan. penyakit ini dinamai oleh Baron Guillaume Dupuytren. Penyakit Dupuytren adalah kontraktur fascia palmar hingga ke jarijari. Kontraktur sendi PIP timbul akibat terkenanya band spiral, selubung digitalis lateral, ligamen Grayson, band retrovaskular, dan fascia palmar, baik sendiri-sendiri bersamaan.
[1]

ataupun

Dupuytren's contracture disebabkan oleh kontraktur yang mendasari

aponeurosis palmaris (atau fascia palmaris). Keadaan ini diwarisi sebagai sifat autosomal dominan dan yang paling sering terjadi pada orang keturunan Eropa. Jari manis dan kelingking adalah jari yang paling sering terkena. Pada jari tengah mungkin akan terpengaruh dalam kasus-kasus lanjutan, namun jari telunjuk dan ibu jari hampir selalu luput. Kontraktur Dupuytren biasanya berlangsung perlahan dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Penyakit ini biasanya dimulai dengan benjolan kecil di telapak tangan Pada pasien dengan kondisi ini, jaringan dibawah kulit pada telapak tangan memendek dan menebal sehingga tendon yang terhubung ke jari-jari dan tidak bias bergerak bebas. Aponeurosis palmaris menjadi hiperplastik dan kontraktur.

BAB II A. Dupuytren Disease Penyakit Dupuytren sudah lama dikenal sejak sekitar 400 tahun yang lalu. Kasus ini walau tampak presentasinya sama, namun sebenarnya sangat bervariasi, tergantung pada struktur yang terlibat. Mengenal dan mengetahui secara menyeluruh tentang anatomi fascia palmaris adalah penting untuk memahami penyakit Dupuytren. Ada perkembangan baru dalam patofisiologi penyakit Dupuytren, dan hal ini menambah pengetahuan kita tentang penyakit ini, namun dalam hal pengobatannya masih belum berubah. Ada dua manifestasi klinis yang berbeda,yaitu tipe klasik dan atipikal, sehingga disebut non-Dupuytren palmaris fascia disease
1, 2

. Kedua jenis ini berbeda dalam presentasi, etiologi, pengobatan, dan

prognosis. Peneliti epidemiologi di masa yang akan datang sebaiknya tidak keliru dalam membedakan kedua tipe ini. Pembedahan merupakan suatu pengobatan yang konvensional dan yang paling

banyak digunakan saat ini. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Felix Platter pada tahun 1614 dimana beliau menemukan suatu kasus deformitas kontraktur pada tendon flexor. Pada tahun 1777 Henry Cline menemukan bahwa gangguan ini melibatkan fasia palmaris, pada tahun 1822 Sir Astley Cooper memberikan gambaran secara jelas tentang anatomi dan patologi tentang penyakit ini dengan suatu kasus operasi di Paris sehingga beliau mendapatkan eponym penyakit ini. Pada tahun 1900 ,setidaknya sudah ada 256 publikasi terkait dengan penyakit Dupuytren dan setidaknya sudah terbit penyakit ini. Usia, jenis kelamin, geografi, dan etnisitas mempengaruhi prevalensi penyakit, dengan prevalensi terendah 2% dan tertinggi 42% 12-14. Pria lebih cenderung terkena daripada perempuan (Rasio 9 : 1), dan secara keseluruhan insidensinya meningkat dengan pertambahan usia, dengan frekuensi wanita yang terkena menyusul di usia senja. Penyakit ini umumnya ditemukan di Skandinavia, Inggris, Irlandia, Australia, dan Utara Amerika, jarang di Eropa selatan dan Amerika Selatan dan langka di Afrika dan China berhubungan dengan diabetes
18-20 16, 17

delapan buku tentang

. Penyakit ini

. Burge dkk. melaporkan resiko tinggi terkena penyakit ini

pada pecandu alkohol, perokok, orang dengan hyperkolesterol, dan pasien yang terinfeksi dengan HIV. Ada kontroversi mengenai hubungan antara penyakit Dupuytren dan kejang 24, 25. Etiologi Penyakit Dupuytren masih kontroversial , tetapi proses radang, trauma, neoplasia, dan genetika diduga sebagai faktor predisposisi
26-31

. Bukti-bukti kuat mendukung penyakit

ini merupakan suatu kelainan genetik yang diturunkan. Insidensi kejadian ini meningkat pada keluarga dengan penyakit Dupuytren, setidaknya satu laporan ditemukan pada kembar identik13, 32. Tampaknya ada hubungan transmisi autosomal dominan dengan variasi yang luas.

B.

Epidemiologi Insiden meningkat setelah usia 40, pada usia ini pria lebih sering terkena daripada

wanita[9]. Dupuytren adalah penyakit yang sangat spesifik, dan sering terjadi pada: Orang-orang dari Skandinavia atau keturunan Eropa Utara; telah disebut " penyakit Viking ", meskipun juga meluas di beberapa negara Mediterania (seperti Spanyol dan Bosnia) dan di Jepang. Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (laki-laki sepuluh kali lebih sering terjadi dari pada perempuan) Orang-orang di atas usia 40 Orang-orang dengan riwayat keluarga yang menderita penyakit Dupuytren (60 sampai 70% dari mereka menderita memiliki kecenderungan genetik untuk contracture Dupuytren) Orang dengan sirosis hati

Belum ada penjelasan yang signifikan bahwa trauma, diabetes, alkoholisme , terapi epilepsi dengan fenitoin dan penyakit hati dapat menyebabkan penyakit ini. Fenitoin dapat menyebabkan gangguan dijaringan ikat, meskipun ada beberapa spekulasi bahwa Dupuytren mungkin disebabkan oleh trauma fisik, seperti tenaga kerja manual atau lainnya yang pekerjaannya sering menggunakan tangan. Namun, fakta mengatakan bahwa Dupuytren itu tidak ada hubungan dengan pekerjaan yang sering menggunakan tangan. C. Etiologi Penyakit Dupuytren kemungkinan disebabkan kelainan genetik. Beberapa studi mengatakan autosom dominan membawa kelainan tersebut. [2][9] HLA-B7 dan HLA-DR3 telah diperiksa pada beberapa pasien, yang memungkinkan ada keterkaitan sistem imun. [2] Dupuytren kontraktur karena kesalahan dalam pertumbuhan dan regulasi dari

fibroblas, yang dihasilkan dari perubahan kromosom pada trisomi 8 seperti perubahan pada neoplasma.[2] Karena perubahan dalam fascia yang disebabkan oleh trauma yang terlalu sering sehingga menyebabkan penyembuhan luka yang tidak sempurna. [2]

D.

Anatomi Central aponeurosis ulnar, radial, fasia palmodigital, dan fascia digital keseluruhannya

merupakan bagian kompleks fascia palmaris (Gambar 1)

33

. Struktur yang terlibat ini

menentukan dalam derajat penyakit Dupuytren. Masing-masing struktur dapat terbagi lagi dalam beberapa komponen. Aponeurosis radial memiliki empat komponen : fascia tenar (perpanjangan dari central aponeurosis ), thumb pretendinous band (kecil atau tidak ada sama sekali), distal commissural ligament, dan proksimal commissural ligament34. Aponeurosis ulnaris terdiri dari fascia otot hipotenar (perpanjangan dari aponeurosis central), pretendinous band jari kelingking (selalu ada dan sangat substansial), confluens abduktor digiti minimi, yang diselubungi oleh serat-serat sagital band 35,
36.

Aponeurosis

central adalah sumber dari aktivitas penyakit Dupuytren. Aponeurosis ini terdiri dari lapisan fascia bentuk segitiga dengan apexnya diproksimal. Serabutnya berorientasi longitudinal, melintang, dan vertikal. Serat longitudinal menyebar seperti kipas keluar sebagai pretendinous band pada 3 jari central, dan masing-masing bercabang ke distal. Setiap bifurkasi memiliki tiga lapisan37. Sebuah lapisan superfisial berinsersi masuk ke dalam dermis, sedangkan lapisan tengah terus berinsersi pada digit sebagai spiral band, dan lapisan dalam melintang ke arah vertikal dan dorsal. Serat yang melintang akan membentuk ligamen natatory dan terletak di bagian distal telapak tangan dan ligamentum transversal dari aponeurosis palmaris. Ligamentum transversal aponeurosis palmaris terletak diproksimal dan sejajar dengan ligamen natatory dan berada dibawah dari pretendinous band.Pada daerah distal,akan menyebar ke arah radial yaitu proksimal commissural ligamen. Ligamentum transversal aponeurosis palmaris merupakan origin dari septa Legueu dan Juvara, yang melindungi struktur neurovaskular dan menyediakan tambahan pulley proksimal untuk tendon fleksor. Serabut vertikal central aponeurosis yang merupakan verical band Grapow dan septa dari Legueu dan Juvara. Vertikal band sangat banyak, kecil, kuat, dan tersebar sepanjang kompleks fascia palmaris dan yang paling melimpah di central aponeurosis 38. Septa vertikal

dari Legueu dan Juvara berada didalam fascia palmaris dan membentuk kompartmen fibroosseus
33, 39,40

. Ada delapan septa, satu ulnaris radial dan satu untuk masing-masing jari 41.

Mereka membentuk tujuh kompartemen yang terdiri dari dua jenis: empat fleksor septum kanal yang mengandung tendon fleksor dan tiga kanal web space yang mengandung saraf digiti kommunis umum dan arteri dan otot lumbrical (Gambar 2). Septa ini berinsersi ke dalam confluens soft tissue yang terdiri dari lima struktur: pulley A1 , palmar plate, sagital band, ligamen interpalmar plate, dan septa dari Legueu dan Juvara (Gbr. 3). Struktur fascia pada daerah palmodigital sangat kompleks. Lapisan tengah pretendinous spiral band bercabang pada sumbunya hampir 90 , dan serabut perifer berjalan vertikal berdekatan dengan kapsul sendi metacarpo-phalangeal
40.

Mereka berlanjut ke distal dibawah neurovaskular bundle dan ligamen natatory dan melanjutkan sebagai serabut digital lateral. Spiral band merupakan suatu struktur yang meghubungkan antara fascia palmaris dan struktur digital. Serabut proksimal dari ligamen notatory berjalan secara transversal , tetapi serat distal berjalan membentuk "U" dan terus berjalan secara longitudinal di kedua sisi jari, membentuk serabut digital lateral. Serabut digital lateralis memiliki kontribusi pada bagian dalam dan superficial dari spiral band dan ligamen natatory. Neurovaskular bundel pada digiti diselubungi oleh empat struktur fascia: ligamentum Grayson (Palmar), yang ligamen Cleland (Dorsal), serabut digital lateral Gosset disebelah lateral, dan fascia Thomine retrovascular disebelah medial dan dorsal 42.

Fig. 1 Palmar fascial complex with its five components: the radial aponeurosis (RA), ulnar aponeurosis (UA), central aponeurosis, palmodigital fascia, and digital fascia. NL = natatory ligament, PA = palmar aponeurosis, and TLPA = transverse ligament of the palmar aponeurosis. (Reprinted, with permission, from: Rayan GM. Palmar fascial complex anatomy and pathology in Dupuytrens disease. Hand Clin. 1999;15:75.)

Fig. 2 Interpalmar plate ligament (IPPL) and septa of Legueu and Juvara. PA = palmar aponeurosis. (Reprinted, with permission, from: Rayan GM. Palmar fascial complex anatomy and pathology in Dupuytrens disease. Hand Clin. 1999;15:79.)

Fig. 3 Soft-tissue confluence and septa of Legueu and Juvara. IPPL = interpalmar plate ligament and PA = palmar aponeurosis. (Reprinted, with permission, from: Rayan GM. Palmar fascial complex anatomy and pathology in Dupuytrens disease. Hand Clin. 1999;15:80.)

E.

Fisiologi Fungsi utama dari fibroblas adalah untuk menjaga integritas structural jaringan

penghubung dengan senantiasa mensekresi prekursor dari matriks ekstraseluler. Seperti selsel lain dari jaringan ikat, fibroblas berasal dari mesenkim primitif. Dengan demikian mereka mengekspresikan protein filamen vimentin menengah, fitur yang digunakan sebagai penanda untuk membedakan asal mesodermal mereka. Dalam situasi tertentu sel-sel epitel dapat menimbulkan fibroblas, proses yang disebut transisi epitelial-mesenchymal (EMT). Sebaliknya, fibroblast dalam beberapa situasi dapat menimbulkan epitel dengan melakukan mesenchymal untuk transisi epitel (MET) dan mengatur menjadi kental,terpolarisasi, lateral dihubungkan lembar epitel benar. Keterlibatan komponen fascia yang terdiri dari peritendinous band, spiral band, ligamen natatory, ligamen Grayson, ligamen Cleland dan pembungkus jari lateral. Cord terdiri dari central cord, spiral cord, lateral cord, retrovaskular cord, abductor digiti minimi cord, dan jaringan antara intercomissural cord. Spiral cord terdiri dari peritendinous aponeurosis, spiral band, pembungkus jari lateral, dan ligamen Grayson. Satu-satunya jaringan yang tidak terlibat dalam spiral cord adalah ligamen natatory. Spiral cord sering kali membuat neurovaskular dari jari bermasalah. Seperti contracture interphalang, neuro vascular terdorong ke atas dan ke arah tengah.
[1)

Abnormal

F.

Patofisiologi Para peneliti mempunyai beberapa hipotesis untuk patogenesis dari penyakit

Dupuytren. Salah satu kemungkinan adalah iskemia yang terlokalisasi oleh karena derivat radikal bebas xantin oksidase dari sel endotelial. Proliferasi fibroblas dalam fascia, berkumpul mengelilingi mikrovaskuler. Para peneliti mengatakan bahwa konsentrasi yang sedikit dari radikal bebas dapat menyebabkan peningkatan sel fibroblas yang mengalami proliferasi. Karena fibroblas aktif menghasilkan radikal bebas, fibroblast mengeluarkan autocrine yang merupakan umpan balik positif yang nantinya akan menyebabkan ischemia microvaskuler. Myofibroblast adalah sel yang bertanggung jawab pada penyakit Dupuytren. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Gabbiani dan Majno43 dan selanjutnya diteliti oleh Tomasek et al.44. Myofibroblast memiliki karakteristik morfologi dari fibroblast dan sel otot halus, dan secara aktif dapat berkontraksi
45

. Sel myofibroblast pada penyakit Dupuytren

mengekspresikan actin otot halus tipe alpha yang berperan dalam kontraksi 46. Sel- sel myofibroblast Dupuytren mensintesis fibronektin, yang merupakan sebuah glikoprotein ekstraseluler, yang menghubungkan antara sel-sel myofibroblast dengan stroma matrix ekstraselular dengan integrin47,
48

. Kontraktilitas Myofibroblast dipengaruhi oleh

prostaglandin, yang dapat ditemukan dalam nodul pada tahap aktif penyakit ini49-51. Fibroblast growth factor (FGF) , Transforming growth faktor-alpha (TGF-), epidermal gowth factor, interleukin-1 (IL-1), dan platelet-derived grwth factor (PDGF) ekspresinya ditemukan lebih banyak pada penyakit Dupuytren 52. Pada penyakit Dupuytren, fascia band yang normal menjadi bentuk cord yang sakit. Nodul Dupuytren dan cord merupakan tanda yang patognomonik dari Dupuytren disease54. Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahap. Tahap proliferasi ini ditandai dengan perkembangan bintil atau nodul, lesi pathognomonic dari Dupuytren contracture. Nodul terdiri dari fibroblas dan kolagen tipe III. Tahap proliferatif adalah fase yang paling biologis

aktif penyakit. Nodul multiple umum dan lunak untuk palpasi. Mereka sering terletak di dekat lipatan palmaris distal tetapi mungkin ditemukan di seluruh telapak tangan dan bahkan di jari. Biasanya Nodul muncul pertama kali, namun kadang-kadang cord berkembang tanpa didahului adanya nodul. Biasanya, secara progresif cord memendek, menyebabkan kontraktur sendi dan soft tissue. Cord ini akan melibatkan daerah palmar, palmodigital, atau digital. Cord yang memendek akan menyebabkan deformitas sendi, dan deformitas fleksi kontraktur yang lama akan menyebabkan contracture dari jaringan capsuloligamentous dan fleksi kontraktur dari metakarpofalangeal dan sendi proksimal interphalangeal. Band vertikal Grapow menjadi mengkerut dan menyebabkan penebalan kulit, yang merupakan salah satu gejala awal manifestasi penyakit Dupuytren. Pretendinous cord berkembang dari pretendinous band dan cord ini yang paling sering dijumpai pada penyakit Dupuytren. Cord ini menyebabkan deformitas fleksi dari sendii metakarpopalangeal dan seringkali meluas sampai distal menjadi cord digiti. Kadang-kadang, cord pretendinous menjadi bercabang ke distal, dengan masing-masing cabang mengarah ke jari jari dan membentuk cord commisura Y. Cord vertikal jarang dijumpai dan berhubungan dengan cord pretendinous. Cord vertikal yang tidak normal akan menebal yang berasal dari cord pretendinous dan berjalan diantara neurovascular bundle dan fibrous tendon sheath. Cord ini merupakan septum dari Legueu dan Juvara yang tidak normal. Pada penyakit palmar fascia yang berat akan melibatkan secara keselurahan daerah palm, dan akan menyebabkan penebalan difus termasuk ligamen transverse palmar aponeurosis. Spiral cord memiliki 4 origin : Pretendinous band, spiral band, lateral digital sheet, dan ligamen Grayson. Cord ini seringkali dijumpai pada jari kelingking namun dapat juga dijumpai pada jari manis. Pada daerah telapak tangan cord ini berada di superficial neurovascular bundle, tepat di distal dari sendi metacarpophalangeal. Pada daerah digiti cord ini akan berjalan di lateral neurovascular bundle bersamaan dengan lateral digital sheet. Natatory cord berasal dari ligamen natatory dengan bentuk U shaped dan akan berubah menjadi bentuk V shaped dan akan menyebabkan kontraktur pada web space ke 2,3,dan 4. Cord ini akan jelas terlihat dengan cara secara pasif abduksi jari-jari dan pada saat yang sama fleksi salah satu jari dan jari lainnya ekstensi pada MCP joint. Test ini akan membuat cord notatory akan lebih prominen.

G.

Histopatologi Terjadi perubahan didalam fascia palmaris serta dalam jaringan yang berdekatan dan

dapat diamati bahwa perubahan yang khas adalah proliferasi dari fibroblas di nodul dari kontraktur". Nodul merupakan gambaran dari aktivitas penyakit. Sehubungan dengan perubahan jaringan ikat di sekitarnya, mereka mencatat bahwa dalam kasus-kasus lanjut penyakit Dupuytren's tidak terdapat bukti adanya jaringan adiposa subkutan dan kelenjar keringat. Hal ini disebabkan oleh kareana peningkatan ukuran dan jumlah pita jaringan ikat yang biasanya memisahkan lobulus lemak. Ada juga peningkatan jumlah kapiler dalam jaringan ikat interstisial dan kapiler yang disusupi oleh limfosit.

Figure 6-1: Nodular configuration and extension into dermis (haematoxylin & eosin). a dermis; b sweat gland and duct; c normal fascia; d cellular fibrous tissue

Tahap involusional ditandai oleh fibroblas menyelaraskan diri dengan garis-garis besar dari stres yang melalui nodul. Luck menganggap bahwa pita fibrosa disebabkan oleh karena hipertrofi fungsional reaktif, sebagai respons terhadap stress berulang penekanan pada tangan,
H. Gejala Gejala dari penyakit Dupuytren biasanya terdapat benjolan dan celah telapak tangan. Benjolan bisanya keras dan mengikuti kulit. Ketebalan cord dapat berkembang panjang dari telapak tangan sampai ke satu jari atau lebih, dengan jari manis dan kelingking biasanya banyak terkena. Cord sering salah diartikan sebagai tendon, tetapi cord berada diantara tendon dan kulit. Cord ini akan membuat bengkok atau membuat jari menjadi kontraktur. Dalam beberapa kasus dapat terjadi pada kedua tangan dengan derajat yang berbeda-beda.

Awalnya nodul membuat rasa tidak nyaman yang biasanya pecah dan timbul kembali. Tetapi pada penyakit Dupuytren nyeri yang ditimbulkan tidak khas. Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah sulit meregangkan jari-jari. Karena jari-jari selalu menekuk ketelapak tangan, mereka sering mengeluhkan sulit beraktivitas saat menggunakan tangan mereka. Progresivitasnya tidak dapat dipastikan, beberapa orang hanya memiliki benjolan dan celah, beberapa orang juga sampai mengalami pembengkokan jari. Beberapa juga sering mengenai pada usia muda. [4]

Kesulitan untuk mengekstensikan jari-jari. Jari jari meringkuk ketelapak tangan dan sulit untuk diluruskan, terdapat benjolan di jari tangan, berkembang menjadi seperti tali dan terdapat penebalan garis di telapak tangan Pada pemeriksaan fisik pada telapak tangan ditemukan penebalan jaringan (fibrosis) dan keterbatasan gerak. [6][7]

I.

Terapi Pengobatan untuk Dupuytren seringkali tidak perlu, bahkan tidak ada cara permanen

untuk menghentikan atau menyembuhkan kondisi tersebut. Amputasi jari mungkin diperlukan untuk penyakit yang berat atau berulang, atau sebagai komplikasi dari pembedahan. Pembedahan Manajemen bedah terdiri dari pembukaan kulit yang terkena dan eksisi jaringan yang mengalami penebalan. Prosedur ini tidak kuratif karena masih dapat timbul lagi di kemudian hari, dan oleh karena itu pasien mungkin perlu harus dioperasi lagi. Selain itu, fasia yang menebal sering melekatt atau membungkus saraf digiti dan arteri, sehingga dapat terjadi risiko cedera saraf atau arteri. Studi selama 20 tahun tentang komplikasi bedah terkait dengan operasi terbuka (fasciectomy) untuk Dupuytren menunjukkan bahwa komplikasi utama yaitu 15,7% dari seluruh kasus.yang terdiri dari cedera saraf digiti 3,4%, cedera arteri digiti, 2% infeksi 2,4%, hematoma, 2,1%, dan nyeri 5,5% .

Indikasi pembedahan : MCP >30o Ketidakmampuan fungsional adalah gejala yang memungkinkan untuk dilakukan pembedahan Pada kasus yang mengenai kedua tangan atau parah dan mengenai tangan dominan harus dilakukan operasi Fasiotomi Tindakan menyayat fasia yang terlibat dan dapat memberikan hasil yang baik untuk jangka pendek tetapi tingkat kekambuhannya sangat tinggi. Prosedur ini dapat memperbaiki suatu contracture sendi MCP tapi hampir tidak akan bisa memperbaiki kelainan bentuk sendi PIP. Fasiotomi dilakukan dengan cara melakukan insisi di bagian tengah dari benjolan dan membebaskan vaskular dan saraf yang terjepit

Fasciectomy Tindakan menghilangkan sebagaian fasia yang tidak normal sebanyak mungkin. Saat ini, prosedur ini tidak umum dilakukan karena tingginya angka morbiditas , termasuk risiko hematoma dan edema pasca operasi yang berkepanjangan dan kekakuan. Beberapa memilih untuk tidak menutup luka untuk sembuh dengan maksud untuk mengurangi risiko hematoma.

Fasciectomi dilakukan dengan melakukan insisi di pinggir dari benjolan biasanya sayatan berbentuk Z. Prosedur ini dapat dilakukan pada bagian MCP dan PIP.

Aponeurotomy Needle Aponeurotomy adalah teknik minimal invasif dimana penyisipan jarum kecil melalui cord yang menebal dan dilakukan manipulasi. Keuntungan nya adalah penggunaan jarum dengan intervensi minimal tanpa sayatan (yang dapat dilakukan di klinik dengan anestesi lokal) dan pasien dapat dengan cepat kembali ke kegiatan normal tanpa perlu untuk rehabilitasi, tetapi pada prosedur ini nodul tidak diangkat dan mungkin dapat tumbuh lagi.

Kolagenase Pada bulan Februari 2010, US Food and Drug Administration (FDA) menyetujui suntikan kolagenase yang diekstraksi dari bakteri clostridium histolyticum dan dipasarkan sebagai Xiaflex untuk pengobatan's contracture Dupuytren. Cord yang menonjol disuntikan dalam jumlah kecil untuk melarutkan cord tersebut. Penggunaan kolagenase dapat menjanjikan, namun perannya dalam pengobatan Penyakit Dupuytren masih belum jelas. [8] Terapi radiasi Radiasi terapi pengobatan yang contracture Dupuytren dengan energi rendah x-sinar , juga telah menunjukkan beberapa hasil yang baik dalam uji coba. [3] Terapi lainnya Injeksi Steroid untuk nodul Dupuytren's Disease dengan Triamcinolone acetonide (Kenalog; 40 mg per mL)

J.

Prognosis Prognosis penyakit ini tidak dapat dipastikan. Metode pembedahan biasanya dapat

mengembalikan fungsi pergerakan normal jari. Penyakit ini dapat timbul kembali lagi walau setelah dilakukan operasi pada beberapa kasus. K. Komplikasi Beratnya contracture dapat mengakibatkan kecacatan dan kehilangan fungsi tangan. Terdapat risiko cedera pembuluh darah dan saraf selama operasi.[6][7]

L.

Kesimpulan Dupuytren disease adalah penyakit penebalan jaringan dibawah kulit yang disebabkan

perkembangan fibroblast yang tak terkendali. Sehingga tangan dan jari jari menjadi kaku dan sulit untuk diekstensikan. Penyebab Dupuytren masih belum diketahui jelas sampai saat ini. Angka kekambuhan pada penyakit ini sangat tinggi walaupun sudah dilakukan pembedahan.

Daftar Pustaka

1. Courtney M. Townsend, R. Daniel Beauchamp, B. Mark Evers, Kenneth L. Mattox. Bedah tangan. In: dr. Leo Rendy, editor. Ilmu bedah sabiston. New York: Elsevier Inc; 2005. p. 1048. 2. Don R Revis Jr, MD, Consulting Staff, Department of Surgery, Division of Plastic and Reconstructive Surgery, University of Florida College of Medicine . Dupuytren contracture. E-medicine article. 2010 February 10. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/32941416

3. Steve Lee MD, Michael Baytion MD, Derek L Reinke MD, Yelena Bogdan.

Dupuytren contracture. E-medicine article. 2010 February 3. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1238712


4. American Society for Surgery of the Hand. Developed by the ASSH Public Education

Commitee 2010. Available www.assh.org/Public/HandConditions/Pages/DupuytrensDisease.aspx

from:

5. Mark.D.Miller, M.D. Review of othopedics 3th ed.Pennsylvania.W.B. Saunders Company; 2000. 6. Calandruccio JH. Dupuytren contracture. In: Canale ST, Beatty JH, eds. Campbell's Operative Orthopaedics. 11th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2007:chap 72. 7. Mercier LR. The forearm, wrist, and hand. In: Mercier LR, ed. Practical Orthopedics. 6th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2008:chap 7. 8. Hurst LC, Badalamente MA, Hentz VR, Hotchkiss RN (September 2009). "Injectable Collagenase Clostridium Histolyticum for Dupuytren's Contracture". The New England Journal of Medicine 361 (10): 968971. doi:10.1056/NEJMoa0810866. PMID 19726771. 9. A.Graham Apley, Louis Solomon. Hand. In: dr.Edi Nugroho, editor. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.Jakarta: Widya Medika; 1995.p.51-55.

Anda mungkin juga menyukai