Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2 BAB I. PENDAHULUAN.3 A. Latar belakang.3 B. Permasalahan..4 C. Tujuan.5 D. Metode...5

BAB II. PEMBAHASAN .6 A. Masuk Muhammadiyah di Tuban .6 B. Perkembangan Muhammadiyah di Bancar Tuban 9 C. Hikmah Perkembangan Muhammadiyah di Bulu - Bancar..11

BAB III. PENUTUP.13 A. Kesimpulan...13 B. Saran 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada kita dan seijin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini.

Dan penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Makmur Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bancar Periode 1985 s/d 1995 dan periode 2000 s/d 2005 yang banyak memberikan masukan tentang perjalanan Muhammadiyah di Bulu Bancar , serta teman-teman yang telah

memberikan saran dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Kuliah Pendidikan Kemuhammadiyahan Program kerja sama Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang pelaksanaan perkuliahan dilaksanakan di Tuban. tahun pelajaran 2012/2013

Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak ditemui kekurangankekurangannya, dan penulis sangat berharap ini. saran dan kritiknya demi sempurnanya makalah

Sekian terima kasih.

Bancar, 15 Juni 2013

Nur Hasyim, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan Pelabuahan Laut yang sangat ramai, bukti sejarah adalah bangunan tanah yang menjorok kelaut kurang lebih 1 km dari garis pantai, yang sekarang disebut Boom Kambang Putih Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal hari jadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293 sebagai Bupati Tuban. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat serta pelabuhan sebagai pusat persinggahan kapal kapal dari manca negara.

Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat perdagangan dalam menyebarkan Agama Islam. Makam sunan Bonang berada di Tuban adalah salah satu walai songo yang merupakan cikal bakal penyabar agama islam di tanah jawa.

Muhammadiyah masuk di Tuban diperkirakan tahun 1933, menurut catatan sejarah perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena dia ternyata
3

juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung (1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga berdiri di Jombang (1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925), Situbondo (1925), Malang (1926), Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek (1927), Bondowoso (1927), Bangkalan (1927), Sumenep (1927), Sampang (1927), dan Probolinggo (1928). Pada tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di Pamekasan (1928), Kediri (rentang waktu 1927-1933), Tulungagung (1932), Banyuwangi (1933), Magetan (rentang waktu 19321933), Nganjuk (1933), Pacitan (1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933), Sidoarjo (19351936), Bojonegoro (1947), dan Lamongan (1951). Kabupaten Tuban secara resmi menjadi Anggota persyarikatan pada tahun 1960-an,

dipelopori oleh Bapak Saleh Bayasut dan K.H. Misbach yang memperkenalkan Muhammadiyah kepada warga Tuban.

B.

Permasalahan - Menjelaskan tentang begaimana Muhammadiyah masuk ke Tuban. - Menjelaskan tentang bagaimana caranya Muhammadiyah bisa berkembang di Kecamatan Bancar

- Menjelaskan tentang apa saja hikmah setelah Muhammadiyah datang.

C.

Tujuan - Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Muhammadiyah masuk ke Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban khususnya Desa Bulu,yang meliputi Bulu Banjarjo, Bulujowo,Bulumeduro, Boncong dan Sukolilo . - Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik - Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu.

D.

Metode Dalam pembuatan makalah ini kami mengunakaan metode yang lazim di gunaka adalah sebagai berikut: Mencari data / informasi dari tokoh tokoh Muhammadiyah yang masih hidup Membaca atau mengamati sumber data / informasi Melakukan interpretasi atau mengartikan data / informasi

BAB II PEMBAHASAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI TUBAN

A.

MASUKNYA MUHAMMADIYAH DI TUBAN

Menurut catatan sejarah bahwa masuknya Muhammadiyah di Jawa Timur adalah

hasil

pembicaraan yang bersifat dialogis. Antara KH. Ahmaad Dahlan dengan KH. Mas Masyur Dari dialog inilah KH Mas Mansur tampaknya amat terkesan dengan kepiawaian KH Ahmad Dahlan dalam menafsirkan al-Quran.

KH Mas Mansur menerima ajakan KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah di Surabaya 4 tahun kemudian, atau 1920, yang secara resmi dideklarasikan pada 1 November 1921. Muhammadiyah Surabaya ditetapkan oleh Surat Ketetapan HB Muhammadiyah No 4/1921. Muhammadiyah Surabaya langsung berstatus Cabang yang diketuai oleh KH Mas Mansur, dibantu oleh H Ali, H Azhari Rawi, H Ali Ismail dan Kiai Usman.

Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena dia ternyata juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung (1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga berdiri di Jombang (1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925), Situbondo (1925), Malang (1926), Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek (1927), Bondowoso (1927), Bangkalan (1927), Sumenep (1927), Sampang (1927), dan Probolinggo (1928). Pada tahap

selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di Pamekasan (1928), Kediri (rentang waktu 1927-1933), Tulungagung (1932), Banyuwangi (1933), Magetan (rentang waktu 19321933), Nganjuk (1933), Pacitan (1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933), Sidoarjo (19351936), Bojonegoro (1947), dan Lamongan (1951). Menurut catan Hasil Dialog dengan KH. Mahbub Ikhsan ( almarhum ) Ketua PDM Tuban yang dimuat dimedia bahwa Muhammadiyah secara resmi berdiri di Tuban pada tahun 1950-an.

Pada tahun 1960 Bapak Saleh Bayasut dan K.H. Misbach memperkenalkan Muhammadiyah kepada warga Tuban. Penyebaran Muhammadiyah melalui proses pengajian. Sambutan masyarakat pada awalnya penuh dengan kecurigaan, tetapi melalui pendekatan yang intens akhirnya kecurigaan-kecurigaan itu sedikit demi sedikit dapat diredam.

Misalnya ketika pelaksanaan shalat Jumat di Masjid Jami' Tuban. Kebetulan, yang menjadi Khatib dan Imam ketika itu adalah Bapak Machbub Ichsan, Ketua PDM. Kab. Tuban. Ketika itu atas permintaan Bapak Machbub Ichsan, prosesi shalat Jumat menggunakan adzan satu kali saja. Itu dipenuhi oleh pengurus masjid. Namun, begitu itu dilaksanakan muncul tanggapan yang mencela pelaksanaan shalat Jumat yang demikian. Karena memang selama ini pelaksanaan shalat Jumat di masjid tersebut menggunakan adzan dua kali. Tetapi setelah dijelaskan panjang lebar mengenai alasan mengapa Bapak Machbub Ichsan menggunakan adzan satu kali barulah kemudian para jamaah dapat memahami. Sejak saat itu prosesi shalat Jumat di Masjid Jami' Tuban sangat bergantung siapa yang

menjadi Imam dan Khatibnya. Dan ternyata hingga kini hal seperti itu masih tetap
dilaksanakan dan tidak ada yang mempertanyakan kembali.

Perkembangan Muhammadiyah di Kab. Tuban bisa dikatakan cukup lambat. Kendati demikian upaya-upaya untuk memperkenalkan Muhammadiyah masih gencar dilakukan, baik melalui forum-forum pengajian maupun pengembangan amal-amal usaha. Dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah Kabupaten Tuban memiliki dua Balai

Pengobatan dan satu Rumah Sakit Muhammadiyah ( RSAB Muhammadiyah Tuban) . Saat ini sudah tersedia lahan seluas kurang lebih 1 hektar guna pengembangan Rumah Sakit Muhammadiyah yang sudah ada selama ini.sedangkan muhammadiyah di bidang pendidikan meliputi Perguruan Tinggi SMK Muhammadiyah SMA Muhammadiyah SMP Muhammadiyah MTs Muhammadiyah SD Muhammadiyah MI Muhammadiyah Mahad /Ponpes Muhammadiyah : STIE Muhammadiyah ( sekarang belum optimal) : 1 buah : 3 buah : 8 buah : 2 buah : 1 buah : 7 buah : 2 buah berbagai amal usaha

B.

MASUKNYA MUHAMMADIYAH DI KECAMATAN BANCAR

Pada tahun 1950 an Muhammadiyah mulai masuk ke Kecamatan Bancar . Desa Bulu adalah pusat penyebaran Muhammadiyah. Kebetulan Bulu adalan sebagai tempat pusat pemerintahan Kecamatan. Semua kantor Kecamatan, kantor Polsek dan kanto Koramil ada di Bulu, baru pada tahun 1980 an kantor Kecamatan berpindah di Desa Bancar, sedang Polsek dan Koramil masih berada di desa Bulu. Bulu komplek meliputi Desa Bulu Banjarjo, Bulujowo, Bulumeduro, Boncong dan Sukolilo.

Denyut Muhammadiyah dari kota Tuban

inilah

berpengaruh ke desa- desa sekitar

termasuk ke desa Bulu- Bancar, poros penting selanjutnya menjadi sentral penyebaran Muhammadiyah di Kecamatan Bancar adalah Desa Bulujowo.

Seperti halnya tipe proses menyebarnya pengaruh Muhammadiyah di lain daerah yang kebanyakan dibawa oleh kaum pedagang, guru, pegawai pemerintah, yang muncul pada komunitas perkotaan, Muhammadiyah di Bulu Bancar juga demikian. Akan tetapi ada satu hal yang menarik untuk dicatat bahwa geliat Muhammadiyah di Bulu - Bancar lahir dari tokoh sentral Bapak KH. Ahmad Bisri ( Allahu Yarham) kemudian menjalar ke desa- desa sekitar, dan hampir sekecamatan Bancar mengenal sosok dan ketokohan beliau. Kalau dianalisis kenyataan ini cukup beralasan bahwa lahirnya Muhammadiyah selalu didahului oleh tantangan yang cukup besar. dan besarnya tantangan juga dapat menentukan frekuensi gerakan, disamping juga aktor penggerak dan pendukungnya.

Dalam perkembangan selanjutnya Muhammadiyah tengah juga mengalami degradasi generasi yang diakibatkan para tokoh-tokohnya banyak yang masuk pada partai Masyumi
9

pada waktu itu ketua Partai Masyumi Kecamatan Bancar adalah KH Ahmad Bisri, Karena aktivitasnya pun terkadang sering terbengkalai bahkan nyaris lenyap dari kegiatan Muhammadiyah dari program beliau yang sangat monumental adalah hamper semua kepala desa se Kecamatan Bancar adalah tokoh Muhammadiyah. masyumi sekaligus tokoh

Setelah partai Masyumi bubar dari partai politik, para tokoh Muhammadiyah mulai kembali pada organisasi semula dan timbul greget untuk memikirkan gerakan keagamaan yang lebih efektif dan efisien. Berbagai lontaran pendapatpun mulai muncul, dan

gagasan yang konstruktif pada waktu itu adalah membentuk majelis Hikmah seperti yang terjadi diberbagai muhammadiyah daerah lainnya. Yang kebetulan Majelis ini diketuai oleh KH. Ahmad Bisri sendiri. Majelis ini didirikan bertujuan sebagai wadah yang mampu menampung para aktivis Muhammadiyah yang frustasi dari Masyumi tersebut, dan sekaligus sebagai wahana dakwah untuk melangsungkan gerakan dan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah.

Muhammadiyah Bulu - Bancar secara resmi berdiri menjadi anggota Persyarikatan pada tanggal 09 Muharrom 1388 bertepatan 07 April 1968 dengan Surat Ketetapan No.=2615=/A.- Yang di tanda tangani oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH. A. Badawi dan Sekretaris M. Djindar Tamimy. dengan persetujuan dari P.M.Tj./Daerah Tuban, No: 56/B/68, Tgl: 8 Maret 1968 dan dari P.M.W. Djawa Timur, No: A-55/1968 Tgl : 5 April 1968 ( SK terlampir)

10

Adapun Kepemimpinan Muhammadiyah Cabang Bancar adalah sebagai berikut: 1. KH. Ahmad Bisri ( tahun 1968 s/d 1970 ) beliau Wafat. 2. K. Abdi Manaf 3. Fatchul Choir 4. H. Makmur 5. H. Musa Ch. BA 6. H. Makmur ( tahun 1970 s/d 1975 ) ( tahun 1975 s/d 1986 ) ( tahun 1986 s/d 1995 ) ( tahun 1995 s/d 2000 ) ( tahun 2000 s/d 2005 )

7. H. Ahmad Darsuki ( tahun 2005 s/d sekarang )

C.

HIKMAH PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI BULU- BANCAR Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama

organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

11

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintahperintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, Khusunya di Bulu Bancar kini telah banyak berdiri Amal Usaha Muhammadiyah antara lain : SMA Muhammadiyah 3 Bancar SMP Muhammadiyah 3 Bancar SD Muhammadiyah 1 Bancar MI Muhammadiyah 09 Sumberan Bancar TK Aisyiyah Bancar : 3 buah TPA Aisyiyah Bancar Madrasah Diniyah Aisyiyah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD Aisyiyah Bancar ) Serta Rumah Yatim dan Dhuafa Muhammadiyah Bancar
12

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan atau kepercayaan masyarakat setempat. Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

B.

Saran

Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin komentarnya demi kesempurnaan tugas ini.

13

LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN PP MUHAMMADIYAH

14

Anda mungkin juga menyukai