Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1
Latar belakang Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memlhara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam [embuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, konstruksi yang kokoh dan biaya terjangkau perlu dipikirkan dalam pembuatan jamban Sampai dengan tahun 2002, penduduk Indonesia yang mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar yaitu jamban yang dilengkapi cubluk atau tangki septic, baru mencapai 63,5%. Proporsi di pedesaan relatif lebih rendah, hanya 52,2%, sementaera di perkotaan telah mencapai 77,5%. Walaupun rumah tangga yang mempunyai akses menunjukkan proporsi yang relatif besar, angka tersebut perlu dicermati. Ditengarai angkanya sebenarnya lebih kecil,. Angka yang ada hanya menunjukkan proporsi yang tersedia tetapi tanpa membedakan kualitasnya Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Bondowoso, dari semua penduduk Bondowoso yang diperiksa(95.347 keluarga), hanya 21,76% (20.751 keluarga) yang memilki jamban. Hal ini disebabkan penduduk kabupaten Bondowoso masih banyak yang buang air besar di sungai. Pada kecamatan Tlogosari yang terdapat 13.983 KK, dengan jumlah KK yang diperiksa 4.928 KK didapatkan data 457 KK yang memiliki jamban. Pada P2KPUS Puskesmas Tlogosari jumlah jamban keluarga yang ada 4692 buah dan hanya berfungsi 1708 buah, dengan target 30% hanya terealisasi 23%. Di Desa Sulek Kecamatan Tlogosari terdapat 289 jamban

keluarga, yang diharapkan dapat mencakup 1739 orang yang menggunakan jamban Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 1 Januari 2008 terhadap 10 responden dari masyarakat Desa Sulek RT 17 Tlogosari Bondowoso. Dapat ditarik kesimpulan pengetahuan baik tentang jamban sehat sebanyak 1 orang, pengetahun cukup sebanyak 2 orang, dan pengetahuan kurang sebanyak 7 orang Sebagian masyarakt pedesaan merasa belum perlu membangun WC atuau kakus karena masih banyak luas tanah disekitar rumah atau tidak ada air untuk pembersih sehingga lebih praktis membuang hajat di sungai, empang, atau pantai. Dampak dari penggunaan jamban tidak sehat / pembuangan kotoran (faeces dan urina) yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran Water Borne Disease Solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka masalah tersebut dapat diatasi dengan: pemberdayaan masyarakat yaitu dengan cara penyadaran terhadap perilaku penggunaan jamban secara maksimal dan peningkatan pengetahuan 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat pada masyarakat di desa Sulek RT 17 Kecamatan Tlogosari Bondowoso ?

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Definisi Jamban Jamban adalah tempat pembuangan kotoran manusia yang dibangun untuk menghindari kontak langsung antara kotoran tersebut dengan manusia, hewan, dan serangga 2.2 Syarat-syarat Jamban Sehat A. Syarat syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sebagai berikut : 1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban 2) Menghindarkan berkembangbiaknya / tersebarbya cacing tambang pada permukan tanah 3) Tidak memungkinkan berkembangbiaknya lallt dan serangga lain 4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya baud an pemandangan yang tidak menyedapkan 5) Mengusahakan konstruksi yang sederhana, kuat, dan murah 6) Mengusahakan system yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat B. Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : 1) Rumah kakus 2) Lantai kakus, sebaiknya semen 3) Slab (tempat kaki tau pijakan) 4) Closet tempat feses masuk 5) Pit-sumur penampungan feses masuk 6) Bidang resapan

7) Septic tank tidak tercemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan sumber air + 10 m 8) Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup tempat jongkok 9) Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengn penutup lubang tempat jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga 2.3 Jenis Jamban 1) Pit Privity (Cubluk) Lubang dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Dindingdiperkuat dengan batu bata atau tembok, hanya dapat dibuat ditanah atau dengan air tanah yang dalam Lama pemakaiannya antar 5-15 tahun. Bila permukaan eskreta sudah mencapai + 50 cm dari permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh ini ditimbun dengan tanah. Tunggu 9-12 bulan, isinyta digali kembali untuk pupuk, sedangkan lubangnyadapat dipergunakan kembali 2) Aqua Privy Terdiri atas bak yang kedap air, di isi air d dalam tanah sebagai tempat pembuangan eskreta.Proses pembusukannya sama seperti halnya pembusukan faeses dalam air. Untuk kakus ini agar berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak 3) Watersealed Latrine (leher angsa) Kakus ini bukanlah merupakan tipe kakus tersendiri tapi hanya modifikasi closetnya saja. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air gunanya sebagai sumbat saehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus 4) Bored hole latrine Seperti cubluk, hanya ukurannya kecil, karena hanya untuk sementara. Jika penuh dapat meluap, sehingga mengotori air permukaan

5) Buclet latrine Faeses ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang ke tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur 6) Trench latrine Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya 7) Overhung latrine Kakus ini semacam rumah-rumahandibuat diatas kolam selokan, kali, rawa, dan sebagainya 8) Chemical toilet Feces ditampung didalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi

BAB 3 PEMBAHASAN DAN KASUS 3.1 Pembahasan


Dari hasil peghitungan dan penilaian skor yang didapat dari 30 responden tentang pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat di Desa Sulek Kecamatan Tlogosari Bondowoso diperoleh 6,67% (2 responden) memiliki pengetahuan baik tentang jamban sehat, 30% (9 responden) memiliki pengetahuan cukup tentang jamban sehat, dan 63,33% (19 responden) memiliki pengetahuan kurang tentang jamban sehat

3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan secara umujm masyarakat tentang jamban sehat adalah kurang (63,33%)

Anda mungkin juga menyukai