2.

ALASAN PRO 1. KEADILAN UNSUR BARANG PUBLIK 3. ASPEK POLITIK

2. 3.

ALASAN KONTRA 1. KEADILAN MENGURANGI INSENTIF BEKERJA MENGHAMBAT LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

BERDASARKAN TEORI GUNA BATAS GUNA BATAS SATUAN UANG TERAKHIR ADALAH LEBIH TINGGI BAGI ORANG MISKIN DARI PADA ORANG KAYA DENGAN ADANYA TRANSFER PENDAPATAN DARI KELOMPOK KAYA KEPADA KELOMPOK MISKIN BERARTI GUNA TOTAL (TOTAL UTILITY) DARI SELURUH PENDAPAN YANG ADA DALAM MASYARAKAT AKAN MENJADI LEBIH TINGGI. JADI PERLU TIDAKNYA REDISTRIBUSI PENDAPATAN TERGANTUNG SEJAUHMANA KETIDAK MERETAAN DALAM MASYARAKAT

BEBERAPA KESULITAN MENGUKUR DERAJAT KETIDAK MERATAAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

PERBEDAAN PENDAPATAN DALAM ARTI UANG TIDAK MENCERMINKAN PERBEDAAN PENDAPATN DALAM ARTI RIIL KURANG BERSEDIA BEKERJA KARENA LEBIH MEMILIH WAKTU SENGGANG TEORI PENDAPATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKLUS KEHIDUPAN

BEBERAPA TEKNIK REDISTRIBUSI PENDAPATAN

1. a.

TRANSFER TUNAI Pajak pendapatan negatif ada tiga unsur 1. jaminan pendapatan 2. tingkat pajak marginal 3. tingkat pendapatan pas-pasan

T = r( Yb Yi ) dimana T = pajak, r = tngkat pajak marginal, Yb= pendapatan pas-pasan, Yi = pendapatan keluarga sebelum transfer

2. Demogrant semua anggota dari kelompok demogran menerima tranfer yang sama 3. Subsidi upah (wage rate subsidy) melalui insentif kerja dengan subsidi tingkat upah. Caranya dengan meningkatkan tingkat upah netto yang diterima pekerja perhari. Bagi pekerja yang tingkat upahnya rendah akan mendapat tambahan upah semakin tinggi dengan menambah waktu kerjanya

b. Tranfer tunai dan tranfer innatura tranfer tunai dapat membelanjakan uang nya sesuai yang dikehendaki tranfer innatura pemerintah dapat memberi barang dan jasa langsung kepada si peneri ma subsidi c. Program kesempatan kerja bagi mereka yang berkerja dan tidak memperoleh pendapatan yang cukup pemerintah menyediakan pekerjaan dengan upah tertentu

Pengaruh kebijakan redistribusi pendapatan terhadap keinginan untuk bekerja, biaya sosial dan pembebanan pajak 1. Negatif Income taxes a.Pengaruh jeinginan bekerja pengaruh negatif melalui 2 cara INCOME EFFECT SUBSITUTION EFFECT b. terhadap werfare cost welfare cost terjadi kerena ada penyimpangan upah neto dipasar tenaga kerja sehingga menyebabkan welfare cost

3. Pengaruh NIT terhadap tax incodent Tax incident dari NIT ditanggang oleh pengusaha sebesar kenaikan upah yang harus dibayar b. Pengaruh subsidi DEMOGRANT Untuk melaksanakan demogrant pemerintah harus melaksanakan pajak positif - Mengurangi insentif bekerja -welfare cost - tax incident c. Wage Rate subtitution pengaruh WRS terhadap insentif kerja - menambah jam kerja pengaruh WRS terhadap wlfare cost -ada imbalan kerja sehingga walfare cost kecil

Pengaruh PEP terhadap Tax incident - mengurangi insentif kerja sehingga mengurangi pendapatan total yang ada dimasyarakat
Pengaruh WRP terhadap Tax incident yang memperoleh tingkat pendapatan rendah belum tentu golongan miskin sehingga menimbulkan tax incident bagi pembayar pajak

KEBIJAKAN FISCAL Kebijakan Fiscal adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah karena berpengaruh pada kestabilan ekonomi

MACAM KEBIJAKAN FISKAL 4 macam kebijakan fiskal 1. Pembiayaan funsional ( FUNCTIONAL FINANCE) 2. Pengelolaan anggaran (THE MANAGED BUDGET APPROACH) 3.Stabilitas anggaran otomatis (THE STABILIZING BUDGET 4. Anggaran belanja seimbang (BALANCED BUDGET APPROACH)

1.

PEMBIAYAAN FUNGSIONAL

A.P LERNER - PENGELUARAN PEMERINTAH DITENTUKAN DENGAN MELIHAT AKIBATAKIBAT TIDAK LANSUNG TERHADAP PENDAPATAN NASIONALTERUTAMA GUNA MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA - PAJAK DIPAKAI UNTUK MENGATUR PENGELUARAN SWASTA BUKAN UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN PEMERINTAH - PADA SAAT ADA PENGANGGURAN PAJAK TIDAK DIPERLUKAN - PINJAMAN DIPAKAI UNTUK MENEKAN INFLASI - DILAKUKAN PENCETAKAN UANG

2. PENGELOLAAN ANGGARAN - PENGELUARAN PEMERINTAH, PERPAJAKAN, DAN PINJAMAN DIMAKSUD UNTUK MENCAPAI KESTABILAN EKONOMI - TERDAPAT HUBUNGAN LANGSUNG ANTARA PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERPAJAKAN - DIBUAT PENYESUAIAN DALAM ANGGARAN UNTUK MEMPERKECIL KETIDAK STABILAN EKONOMI APABILA SUATU SAAT TERJADI DEFISIT DAN SURPLUS

ALVIN HANSEN BERPENDAPAT: MASA DEPRESI DIMANA BANYAK PENGANGGURAN PENGELUARAN PEMERINTAH KARENA OBAT SATUSATUNYA MENGATASI PENGANGGURAN - MASA INFLASI DIGUNAKAN ANGGARAN BELANJA SURPLUS DAN DEPRESI DIGUNAKAN ANGGARAN DEFISIT - PENDEKATAN INI BERUSAHA MEMPERTAHANKAN ANGGARAN BELANJA SEIMBANG

3. STABILATAS ANGGARAN OTOMATIS PENYESUAIAN SECARA OTOMATIS PENGELUARAN DAN PENERIMAAN PEMERINTAH SEHINGGA PEREKONOMIAN MENJADI STABIL TANPA CAMPUR TANGAN PEMERINTAH APABILA TERJADI KEMUNDURAN DALAM KEGIATAN USAHA PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERPAJAKAN TIDAK DIRUBAH

4 ANGGARAN BELANJA SEIMBANG - DALAM JANGKA PANJANG DITEMPUH ANGGARAN BELANJA SEIMBANG - PADA MASA DEPRESI DITEMPUH ANGGARAN DEFISIT DAN PADA INFLASI DITEMPUH ANGGARAN SURPLUS

TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL

KESTABILAN EKONOMI ARTINYA TETAP MEMPERTAHANKAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA ADANYA PENGANGGURAN DAN KETIDAK STABILAN HARGA-HARGA UMUM

TUJUAN UTUMA 1. MENCEGAH PENGANGURAN 2. STABILITAS HARGA

KONFLIK ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN KESEMPATAN KERJA USAHA MENGURANGI PENGANGURAN SERING DIBARENGI DENGAN LAJU INFLASI. SEMENTARA USAHA STABILITAS HARGA MENGAKIBATKAN BERTAMBAHNYA PENGANGURAN

KAITAN ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER

MENGATASI KETIDAK STABILAN EKONOMI DENGAN KEBIJAKAN MONETER - TIGHT MONEY POLICE - EASY MONEY POLICE BANK SENTRAL MEMPENGARUHI JUMLAH UANG YANG BEREDAR DENGAN MENGUBAH-UBAH TINGKT BUNGA DAN DEKING (LEGAL RESERVE REQUITMENT) PADA SAAT DEPRESI AKBAR KEBIJAKAN MONETER TIDAK DAPAT MENGATASI DEPRESI. DENGAN TIMGKT BUNGA YANG RENDAH TIDK DAPAT MENDORONG INVESTASI, ORANG LEBIH BAIK MENYIMPAN UANG TUNAI DENGANKEGAGALAN KEBIJAKAN MONETER MAKA DIGUNAKAN KEBIJAKAN FISKAL UNTUK MENGATASI DEPRESI

UTANG NEGARA

MASALAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KESENJANGAN INVESTASI ATAU TERJADINYA INVESMENT SAVING GAP -PENERIMAAN HASIL EKSPOR -PENGHEMATAN PENGGUNAAN DEVISA -TABUNGAN PEMERINTAH -SUMBER DANA LUAR DAN DALAM NEGERI (UTANG PEMERINTAH

PINJAMAN LUAR NEGERI SEBAGAI SUMBER KAPITAL

- AKUMULASI KAPITAL RENDAH - PRODUKTIVITAS RENDAH TINGGINYA TINGKAT KONSUMSI ( PEMERINTAH DAN SWASTA KARENA PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK, ADANYA EFEK PAMER) - KURANG TERSEDIANYA BARANG DAN JASA DALAM NEGERI - KURANG TERSEDIANYA BARANG2 KAPITAL SEHINGGA DIPERLUKAN DEVISA

ALASAN PENERIMAAN DEVISA RENDAH BAGI EKSPOR BARANG-BARANG PRIMER

1. RENDAHNYA ELASTISITAS PERMINTAAN (ELASTISITAS HARGA, ELASTISITAS PENDAPATAN 2. KETIDAK STABILAN HARGA 3. MEMBURUKNYA NILAI TUKAR 4. PENGGUNAAN BARANG2 SINTETIS DAN SUBTITUSI 5. TARIF DAN KUOTA

ALASAN PEMILIHAN ANTARA PINJAMAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI

PINJAMAN LUAR NEGERI - TIDAK MENGURANGI DANA DARI TANGAN SWASTA - ADA BEBAN PADA SAAT TERJADI PENGEMBALIAN KARENA PUNGUTAN PAJAK UNTUK GENERASI YANG AKAN DATANG - APABILA KAPASITAS SWASTA UNTUK MENGHASILKAN BARANG DAN JASA LEBIH TINGGI DARI PEMERINTAH - SUMBER DANA YANG TERSEDIA DIDALAM NEGERI TERBATAS PINJAMAN LUAR NEGERI LEBIH MENGUNTUNGKAN PINJAMAN DALAM NEGERI - MENGURANGI DANA YANG ADA PADA PIHAK SWASTA - TIDAK ADA BEBAN PADA SAAT PENGEMBALIAN - APABILA KAPASITAS PEMERINTAH UNTUK MENGHASILKAN BARANG DAN JASA LEBIH TINGGI DARI SWASTA - PINJAMAN LUAR NEGERI KURANG MENGUNTUNGKAN

KEUANGAN DAERAH

SISTEM HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

UU NO. 23 TAHUN 1956 MENETAPKAN SUMBER-SUMBER KEUANGAN DAERAH

1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERDIRI DARI PAJAK DAERAH, RESTRIBUSI DAERAH, DAN BAGI HASIL PERUSAHAAN DAERAH. PAJAK PUSAT YANG DISERAHKAN KEPADA DAERAH MENJADI PAJAK DAERAH DIANTARANYA PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, PAJAK JALAN, PAJAK POTONG HEWAN, 2. SEBAGIAN DARI HASIL PEMUNGUTAN PAJAK NEGARA TERTENTU, BEA MASUK, BEA KELUAR, DAN CUKAI DISERAHKAN KEPADA DAERAH ( PSJSK UPSH, PSJSK MATERAI, PAJAK KEKAYAAN, PERSEROAN DLL) 3. GANJARAN, SUBSIDI, DAN BANTUAN DIBERIKAN KEPADA DAERAH DALAM HAL2 TERTENTU

TIGA AZAS DESENTRALISASI YANG MENGATUR HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH 1. AZAS DEKONSENTRASI ADALAH MERUPAKAN PENDEGELASIAN WEWENANG ATAS FUNGSI2 TERTENTU KEPADA STAF PEMERINTAH PUSAT YANG TINGGAL DILUAR KANTOR PUSAT 2. DESENTRALISASI ADALAH MENURUT LEEMANS 1970, 2 MACAM DESENTRALISASI YAITU REPRESENTATIVE LOCAL GOVERNMENT DAN FIELD ADMINISTRASION SEMENTARA MADDICK MENDEFINISIKAN DESENTRALISASI SEBAGAI PROSES DEKONSENTRASI DAN DEVOLUSI. DEKONSENTRASI MERUPAKAN PENDEGELASIAN WEWENANG ATAS FUNGSI2 TERTENTU KEPADA STAF PEMERINTAH PUSAT YANG TINGGAL DILUAR KANTOR PUSAT . DEVOLUSI ADALAH PENYERAHAN KEKUASAAN UNTUK MELAKSANAKAN FUNGSI-FUNGSI TERTENTU KEPADA PEMERINTAH DAERAH DALAM HUBUNGAN DENGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH ADA 4 PRINSIP DESENTRALISASI 1. URUSAN YANG MERUPAKAN TUGAS PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH DALAM RANGKA DEKONSENTRASI DIBIAYAI DARI DAN ATAS BEBAN APBN

2. URUSAN YANG MERUPAKAN TUGAS PEMERINTAH DAERAH SENDIRI DALAM RANGKA DESENTRALISASI DIBIAYAI DARI DAN ATAS BEBAN APBD 3. URUSAN YANG MERUPAKAN TUGAS PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMERINTAH DAERAH DI ATASNYA YANG DILAKSANAKAN ATAS TUGAS PERBANTUAN DIBIAYAI OLEH PEMERINTAH PUSAT ATAS BEBAN APBN ATAU OLEH PEMERINTAH DAERAH DIATASNYA ATAS BEBAN APBD NYA SEBAGAI PIHAK YANG MENUGASKAN 4. SEMENTARA POTENSI SUMBER-SUMBER KEUANGAN DAERAH BELUM MENCUKUPI PEMERINTAH PUSAT MEMBERIKAN SEJUMLAH SUMBANGAN

DANA PERIMBANGAN DANA PERIMBANGAN ADALAH DANA YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN APBN YANG DIALOKASIKAN KAPADA DAERAH UNTUK MEMBIAYAI KEBUTUHAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN DESENTRALISASI MENURUT UU NO. 25 /1999 PASAL 6 DANA PERIMBANGAN TERDIRI DARI

DANA PERIMBANGAN TERDIRI DARI 1. BAGIAN DAERAH ( DANA BAGI HASIL) DARI PBB, BPHTB ( BEA PEROLEHAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN), PPH ORANG PRIBADI DAN SDA 2. DANA ALOKASI UMUM 3. DANA ALOKASI KHUSUS

PENERIMAAN NEGARA YANG DIBAGI HASILKAN TERDIRI ATAS

1. PENERIMAAN PAJAK a. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN b. BEA PEROLEHAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN ( BPHTB) C. PPh ORANG PRIBADI 2. PENERIMAAN BUKAN PAJAK (SUMBER DAYA ALAM) a. SEKTOR KEHUTANAN b. SEKTOR PERTAMBANGAN c. SEKTOR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM d. SEKTOR PERIKANAN

DANA BAGI HASIL DIBAGIKAN BERDASARKAN PERSENTASE TERTENTU BAGI PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH . PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT DARI EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM SEPERTI MINYAK DAN GAS, PERTAMBANGAN DAN KEHUTANAN DIBAGI DALAM PROPORSI YANG BERVARIASI ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, KOTA DAN KABUPATEN

DANA ALOKASI UMUM DAU MERUPAKAN BLOCK GRANT YANG DIBERIKAN KEPADA SEMUA KABUPATEN DAN KOTA UNTUK TUJUAN MENGISI KESENJANGAN ANTARA KAPASITAS FISKAL DAN KEBUTUHAN FISKALNYA. DAN DIDISTRIBUSIKAN DENGAN FORMULA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP TERTENTU YANG SECARA UMUM MENG INDIFIKASIKAN BAHWA DAERAH MISKIN DAN DAERAH TERBELAKANG MENERIMA LEBIH BANYAK DARI DAERAH KAYA

TUJUAN ALOKASI DAU ADALAH DALAM KERANGKA PEMERATAAN KEMAMPUAN PENYEDIAAN PELAYANAN PUBLIK ANTAR PEMDA DI INDONESIA SECARA DEFINISI DAU ADALAH

1. SALAH SATU KOMPONEN DARI DANA PERIMBANGAN PADA APBN YANG PENGALOKASIANNYA BERDASARKAN KESENJANGAN FISKAL ATAU CELAH FISKAL (FISCAL GAP) YAITU SELOSIH ANTAR KEBUTUHAN FISKAL DAN POTENSI FISKAL 2. INSTRUMEN UNTUK MENGATASI HORIZONTAL IMBALANCE YANG DIALOKASIKAN DENGAN TUJUAN PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN ANTAR DAERAH DIMANA PENGGUNAANNYA SEPENUHNYA DITETAPKAN SEPENUHNYA OLEH DAERAH 3. EQUALIZATION GRANT YAITU BERFUNGSI UNTUK MENETRALISIR KETIMPANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DENGAN ADANYA PAD, BAGI HASIL PAJAK, DAN BAGI HASIL SDA YANG DIPEROLEH DAERAH

FORMULASI DAU

DAU j = AM + KF AM = LS + @ GAJI KFj BDj X DAU n

BF j =

( KbF - Kp F )J ----------------------------(KbF - KpF ) n

KETERENGAN : DAU j = DANA ALOKASI UMUM PROPINSI ATAU KABUPATEN KOTA DAU n = DANA ALOKASI UMUM SELURUH PROPINSI ATAU KABUPATEN KOTA AM = ALOKASI MINIMUM KF = KESENJANGAN FISKAL BD = BOBOT DAERAH LS = LUMP SUM @ GAJI = PROPORSIONAL BERDASARKAN KEBUTUHAN GAJI KbF = KEBUTUHAN FISKAL DARI PROPINSI ATAU KABUPATEN /KOTA KpF = KAPASITAS FISKAL DARI PROPINSI ATAU KABUPATEN /KOTA

KEBUTUHAN FISKAL (KbF) DITENTUKAN BERDASARKAN FORMULA SBB: KbF = TPR ( @ 1 IP + @ 21W + @ 3 IKR + @ 4 IH) KETERANGAN ; TPR = TOTAL PENGELUARAN RATA2 DALAM APBD IP = INDEKS VARIABEL PENDUDUK IW = INDEKS VARIABEL LUAS WILAYAH IKR = INDEKS VARIABEL KEMISKINAN RELATIF IH = INDEKS VARIABEL HARGA @ = BOBOT VARIABEL VARIABEL PENENTU KEBUTUHAN FISKAL INDEK PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK --------------------------------------------------------------------RATA2 JUMLSH PENDUDUK SECARA NASIONAL

INDEKS LUAS WILAYAH (IW)j = LUAS WILAYAH j __________________________________________ RATA-RATA LUAS WILAYAH SECARA NASIONAL INDEK KEMISKINAN RELATIF (IKR) = A. HEAD COUNT DAERAH j = PENDUDUK MISKIN DAERAH KE j ________________________________ JUMLAH PENDUDUK DAERAH KE j B. INCOME GAP DAERAH j = POVERTY GAP DAERAH KE j _____________________________ HEAD COUNT INDEK DAERAH KE j C. INDEKS VARIABEL KEMISKINAN = INCOME GAP DAERAH j ___________________________ RATA2 INCOME GAP SELURUH INDONESIA

5 PENYEBAB PENYEBAB RENDAHNYA PAD SEHINGGA TERJADI KESENJANGAN FISKAL 1. KURANG BERPERANNYA PERUSAHAAN DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN DAERAH. PERANANNYA RELATIF KECIL TERHADAP PENDAPATAN DAERAH HANYA KIRA2 2 %. 2. TINGGINYA DERAJAT SENTRALISASI DALAM BIDANG PERPAJAKAN . SEMUA PAJAK UTAMA YANG PALING PRODUKTIF DITARIK OLEH PUSAT SEPERTI PAJAK PENGHASILAN BADAN MAUPUN PERORANGAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, BEA CUKAI, PBB, ROYALTY/IHH/IHPH (ATAS MINYAK, PERTAMBANGAN DAN KEHUTANAN) SEMUA DIKELOLA ADMINISTRASI DAN DITENTUKAN TARIFNYA OLEH PUSAT. . PAJAK DAERAH CUKUP BERAGAM TAPI HANYA SEDIKIT YANG BISA DIANDALKAN SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN 4. ALASAN POLITIS 5. ADANYA KELEMAHAN DALAM PEMBERIAN SUBSIDI . BENTUK SUBSIDI PEMERINTAH PUSAT BLOCK GRANT DAN SPESIFIC GRANT . SUBSIDI BERSIFAT BLOCK ( INPRES DATI I, INPRES DATI II, DAN INPRES DESA . SUBSIDI SPESIFIK MELIPUTI INPRES PENGEMBANGAN WILAYAH, SEKOLAH DASAR, KESEHATAN, PENGHIJAUAN , REBOISASI, SERTA JALAN, DAN JEMBATAN. PERBEDAAN KEDUA SUBSIDI TERSEBUT ADALAH PADA SUBSIDI BLOCK PEMERINTAH DAERAH PUNYA KELELUASAN DALAM MENGGUNAKANNYA. DAN SUBSIDI SPESIFIK PENGGUNAANNYA TERGANTUNG PEMERINTAH PUSAT. DARI JUMLAHNYA SUBSIDI SPESIFIK LEBIH BESAR DIBANDING SUBSIDI BLOCK