Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PLI PARAMETER BOD

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

ANGGOTA : 1. 2. 3. NOVRI ANDRE RUDI HARTONO (1112045) (1112057)

WIRIA EIFFILANDARI (1112064)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG 2013

PARAMETER BOD

1.1 Definisi BOD Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biokimiawi, didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme/bacteria di dalam air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air tersebut dalam kondisi aerob. Sebenarnya peristiwa penguraian bahan buangan organic melalui proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Pada umumnya air atau air alam mengandung mikroorganisme yang dapat memakan, memecah/menguraikan (mendegradasi) bahan buangan organik. Jumlah mikro organisme di dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih (jernih) biasanya mengandung mikroorganisme yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan air yang telah tercemar oleh bahan buangan, terutama buangan organik. Air lingkungan yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti phenol, kreolin, deterjen, asam sianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikro organismenya juga relatif sedikit. Untuk keadaan seperti ini perlu penambahan mikroorganisme yang telah menyesuaikan (beradaptasi) dengan bahan buangan tersebut. Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik. Sedangkan mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen, disebut dengan bakteri anaerobik. BOD penting untuk mengetahui banyaknya zat anorganik yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak zat organik, makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen. Proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikro organisme atau oleh bakteri aerobik adalah sebagai berikut : CnHaObNc + (n + a/4 b/2 3c/4) O2-------- n CO2 + (a/2 3c/2) H2O + cNH3 Bahan organik Oksigen Bahan Aerobik

Seperti tampak pada reaksi si atas, bahan buangan organik dipecah dan diuraikan menjadi gas CO2, air da gas NH3. Timbulnya gas NH3 inilah yang menyebabkan bau busuk pada air lingkungan yang telah tercemar oleh bahan buangan organik. Reaksi tersebut di atas memerlukan

waktu yang cukup lama, kira-kira 10 hari. Dalam waktu 2 hari mungkin reaksi telah mencapai 50%, dan dalam waktu 5 hari mencapai sekitar 75%. Bila dibandingkan dengan reaksi COD yang hanya memakan waktu sekitar 2 jam, maka reaksi uji BOD ini relatif sangat lambat karena tergantung pada kerja bakteri. Reaksi uji COD relatif lebih cepat karena tidak tergantung pada cara kerja bakteri. Reaksi uji BOD mempunyai keterbatasan yang tidak dapat mengoksidasi segala macam bahan buangan. Berikut ini beberapa jenis bahan buangan yang dapat dioksidasi dengan cara reaksi reaksi uji BOD. Tabel 1. Bahan buangan yang dapat dioksidasi dengan BOD.

Apabila kandungan oksigen dalam air lingkungan menurun maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik akan menurun pula. Bahkan mungkin pula apabila oksigen yang terlarut sudah habis maka bakteri aerobik akan mati semua. Dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobik akan mengambil alih tugas untuk memecah bahan buangan yang ada di dalam air lingkungan. Hasil pemecahan bahan buangan oleh mikroorganisme yang memerlukan oksigen (kondisi aerobik) dan tanpa oksigen (kondisi anaerobik) hasilnya akan berbeda seperti terlihat berikut ini :

Hasil pemecahan pada kondisi anaerobik pada umumnya berbau tidak enak. Sebagai contoh, amin berbau amis dan anyir, sedangkan H2S dan komponen posfor akan berbau busuk. Mengingat akan hal ini air lingkungan yang aerobic jangan sampai berubah menjadi anaerobik.

Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, Hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C. Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20C yang merupakan suhu yang umum di alam. (PESCOD,1973). Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agae tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain.

Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Ketika air mengembun diudara dan jatuh dipermukaan bumi, air tersebut telah menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbon dioksida dan berbagai jenis gas lainnya. Air tersebut, baik yang di atas maupun di bawah permukaan tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya, selain itu sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan karbon dioksida akan larut ke dalamnya. Oleh karena itu terdapat kesukaran dalam menjelaskan sifatsifat kimia dari perairan. Kapasitas air untuk menerima protein disebut Alkalinitas. Dalam

pengolahan air limbah industri dikenal 3 parameter utama yaitu: 1) Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), 2) Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan 3) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD). ( http://majarimagazine.htm.) Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan. ( Rukaesih Ahmad ) Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah, daging, dll), akan tetapi juga tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi, rumput laut, dll). Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari, melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui proses difusi yag secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu suhu air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air.( Google ) Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai hal seperti yang telah diuraikan di muka. Salah satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan telah tercemar adalah dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan

organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan lain sebagainya. ( Rukaesih Ahmad ) Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC CARTY, 1978). Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kamatian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobic dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. (Posted by Ridwan)

Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organis yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan air buangan penduduk, berada pada umumnya di setiap air alam. Jumlah bakteri ini tidak banyak di air jernihdan di air buangan industri yang mengandung zat organis. Pada kasus ini pasti perlu ditambahkan benih bakteri. Untuk oksidasi/penguraian zat organis yang khas, terutama di beberapa jenis air buangan industri yang mengandung misalnya fenol, detergen, minyak dan sebagainya bakteri harus diberikan adaptasi beberapa hari melalui kontak dengan air buangan tersebut, sebelum dapat digunakan sebagai benih pada analisa BOD air tersebut. ( Posted by Ridwan )

Sebaliknya beberapa zat organis maupun inorganic dapat bersifat racun terhadap bakteri dan harus dikurangi sampai batas yang diinginkan. Derajat keracunan ini juga dapat diperkirakan melalui analisa BOD.( Posted by Ridwan ) Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan. ( Rukaesih Ahmad ) Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan lain sebagainya. ( Wikipedia )

1.2 Faktor Faktor Yang Mengurangi Oksigen Terlarut Dalam Air Jumlah oksigen terlarut dalam air akan berkurang karena BOD, factor factor yang mengurangi oksigen terlarut dalam air adalah: 1. Bahan organik di air yang mengalir secara kontinyu 2. Pertumbuhan slime di permukaan batuan, puing dan permukaan lainnya dimana air mengalir diatasnya 3. Deposit lumpur organik pertama didasar sungai (kebutuhan benthal) 4. Lumpur organik kedua didasar sungai (algae yang mati) 5. Peningkatan temperatur yang menyebabkan menguapnya oksigen dan peningkatan metabolisme mikrobiological

6. Kebutuhan pernafasan ikan dan organismeiar lainnya 7. Kontaminasi organik di cabang sungai 8. Salinity

Terlihat di atas bahwa BOD sangat berhubungan dengan DO (Dissolved Oxygen) dan sangat penting dalam analisa permasalahan lingkungan karena sistem yang terjadi pada lingkungan dalah menghasilkan dan mengkonsumsi oksigen. Oksigen didapat dari atmosfer dan dari tumbuhan sebagai hasil fotosintesis. Pada air yang mengalir DO lebih banyak daripada pada air yang diam. Oksigen diukur sebagai oksigen terlarut Jika lebih banyak oksigen dikonsumsi dibanding yang dihasilkan, level DO menurun dan beberapa binatang yang sensitif akan pindah, lemah, atau mati. DO yang terukur tidak tetap, tetapi berubah - ubah berubah-ubah dalam periode 24 jam. DO berbeda menurut temperatur air dan ketinggian. Semakin hangat temperature semakin tinggi DO pada air, hal tersebut karena oksidasi biologis berlangsung maksimal sampai kondisi sekitar 350 C. Sedangkan ketinggian mempengaruhi DO juga, hal tersebut dikarenakan penetrasi/penembusan sinar matahari maksimal pada ketinggian air yang paling tinggi dan hanya sampai pada kedalaman tertentu, tergantung kandungan air tersebut. Factor factor yang bisa memberikan sumber oksigen pada air adalah: 1. Reaerasi karena reaksi fisik dari udara dan air 2. Fotosintesis oleh algae 3. Penurunan temperatur meningkatkan potensial saturasi oksigen dan mengurangi aktivitas mikrobiological 4. Pengenceran dari sungai yang tidak terkontaminasi Wastewater dari pabrik penanganan limbah sering kali berisi bahan organik yang bersifat decomposed oleh jasad renik, dimana digunakan oksigen dalam setiap proses. (Jumlah dari oksigen yang dikonsumsi oleh organisme-organisme ini mengurai limbah dikenal sebagai kebutuhan oksigen biologis atau BOD) Sumber lain dari oksigen yang dikonsumsi limbah cair adalah stormwater aliran dari tanah pertanian atau jalan-jalan kota, feedlots, dan lain-lain. Nitrat dan fosfat sering dijumpai pada limbah industry dan nitrat dan fosfat pada badan air berkontribusi pada tingkat ketinggian BOD. Nitrat dan fosfat adalah nutrisi tumbuhan dan dapat menyebabkan tumbuhan hidup dan alga berkembang cepat. Ketika tumbuhan berkembang cepat, tumbuhan itu akan cepat mati. Selain itu, BOD juga dipengaruhi oleh suhu air, suhu air yang

hangat, tingkat BOD tinggi, begitu juga sebaliknya, suhu air yang relative lebih dingin, tingkat BOD lebih rendah. Hal itu dikarenakan laju fotosintesis tumbuhan dan alga pada air yang hangat lebih tinggi daripada air yang lebih dingin. Ketika itu terjadi, tumbuhan berkembang cepat dan juga cepat mati. Pada saat tumbuhan mati, tumbuhan akan jatuh ke dasar badan air dan dikomposisikan oleh bakteri aerob, dan kejadian itu membutuhkan oksigen. Meningkatnya suhu air akan meningkatkan dekomposisi bekteri aerob. Hal tersebut menjelaskan mengapa level BOD pada air yang hangat tinggi. Pada tes BOD, dibutuhkan data dari DO tes selama 5 hari pada suatu sampel air. Dimana sampel air harus bebas dari udara luar agar oksigen dari luar tidak mempengaruhi kadar oksigen sampel. Level BOD ditentukan dengan membandingkan level DO dari sampel air yang diambil dengan segera dengan air yang diinkubasi dalam ruang gelap selama 5 hari. Tabel 2. BOD Level

Pada umumnya, ketika level BOD tinggi, maka level DO menurun. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan oksigen oleh bakteri tinggi dan bakteri mengambil oksigen telarut pada air. Pada air yang bersih dan jernih, pada umunya memiliki BOD 5 di bawah 1 mg/l. sedangkan sungai yang berpolusi sedang memiliki BOD 5 memiliki suatu 5-day BOD di bawah 1 mg/l. Untuk limbah cair perkotaan yang diolah dengan baik memiliki nilai BOD 5 sekitar memiliki suatu 5-day BOD sekitar 20 mg/l sedangkan limbah cair yang tidak diolah rata rata 600mg/L di Eropa dan 200 mg/L di Amerika Serikat.

1.3 Metode Pemeriksaan BOD Ada dua metode untuk mengukur kadar DO, yaitu metode Winkler yang menggunakan metode titrasi iodometri dan metode elektrokimia dengan mengukur langsung nilai oksigen terlarut pada air dengan alat DO meter. Dengan memakai dua metode yang berbeda, maka dapat

dibandingkan hasilnya. Pada praktikum ini, metode titrasi iodometri digunakan pada hari ke 0 dan hari ke -5 dengan cara duplo. Sedangkan metode elektrokimia dengan alat DO meter dilakukam pada hari ke 0, hari ke 1, hari ke 2, dan hari ke -5, untuk hari ke 5 dilakukan cara duplo. Pada metode titrasi iodometri, sample/contoh air diberi MnSO4 dan alkali iodida azida sehingga oksigen terlarut dalam air akan berealsi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV) dan akan terbentuk endapan MnO2. Selanjutnya sample air ditambahkan larutan H2SO4 pekat, sehingga ion iodida (I) berada dalam suasana asam. Dengan adanya ion iodide (I) dalam suasana asam menyebabkan ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan (II) dengan membebaskan iodin (I2) yang setara dengan oksigen terlarut dan endapan yang sebelumnya terjadi larut kembali. Iodin yang terbentuk ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium thiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum. Pada metode elektrokimia dengan alat DO meter, elektroda DO meter langsung dicelupkan ke dalam sampel air, usahakan keberadaan/posisi DO meter tidak berubah, hal ini dilakukan untuk mempermudah pembacaan kadar DO oleh DO meter karena jika berpindah pindah pembacaan DO meter akan tidak stabil. Selanjutnya tunggu sampai pembacaan DO meter stabil lalu catat nilai kadar DO tersebut pada setiap sampel.

1.3 Standar Baku Mutu BOD Pada peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, terdapata beberapa kelas air yang bisa diklasifikasikan menurut jumlah BODnya. Kelas I BOD nya sebanyak 2 mg/L. Kelas II BOD nya sebanyak 3 mg/L. Kelas III BOD nya sebanyak 6 mg/L sedangkan kelas IV sebanyak 12 mg/L. Semakin tinggi nilai BOD, maka kualitas air tersebut akan semakin rendah.

1.4 Beberapa Kelemahan Uji BOD 1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan

anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya. 2. Uji BOD perlu waktu yang cukup lama minimal 5 hari. 3. Uji BOD dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD. 4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya ada germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik,sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.

1.5.. Ada Lima Jenis Gangguan Yang Umumnya Terdapat Pada Analisa BOD 1. Proses nitrifikasi dapat mulai terjadi di dalam botol BOD setelah 2-10 hari 2NH4 + 3O2 2NO2- + 4H+ + 2H2O 2NO2- + O2 2NO3 Nitrifikasi perlu oksigen. Seringkali nitrifikais tidak terjadi karena suhu 10oC atau karena air sungai yang tercemar telah sampai ke muara sehingga nitrifikasi pada botol BOD tidak berlaku. 2. Zat beracun dapat memeperlambat pertumbuhan bakteri (memperlambat reaksi BOD) bahkan membunuh organisme tersebut. 3. Kemasukan/keluarnya oksigen dari botol selama inkubasi harus dicegah. dengan ditutup hatihati (di atas tutup botol bisa diberi air/waterseal). 4. Nutrien merupakan salah satu syarat bagi kehidupan bakteri. Sehingga sebaiknya setiap botol BOD ditambah dengan nutrient secukupnya. 5. Karena benih dari bermacam-macam bakteri dapat berkurang jumlahnya atau kurang cocok bagi air buangan maka pembenihan harus dilakukan dengan baik.

1.6 Metode pengijian BOD Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.

Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika, 1984).

1.7 Prinsip Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobic. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kirakira 2 hari dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Tentu saja, reaksi juga berlangsung pada badan air sungai, air danau maupun di instalasi pengolahan air buangan yang menerima air buangan yang mengandung zat organis tersebut. Dengan kata lain, tes BOD berlaku sebagai simulasi sesuatu proses biologis secara alamiah. Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperature inkubasi 200C dan dilakukan selam 5 hari, hingga mempunyai istilah yang lengkap, namun di beberapa literatur terdapat lama inkubasi 6 jam atau 2 hari atau 20 hari. Demikian, jumlah zat organis yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut. Karena reaksi BOD dilakukan di dalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan dan kadarnya. Oleh karena itu, semua sample yang mengandung BOD>6 mg harus diencerkan supaya syarat tersebut terpenuhi

1.8 Kesimpulan

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik. Pada kondisi aerobic, pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973). Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, Hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C. Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20C yang merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat

mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat,

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Jakarta: Andi Yogyakarta. 2004.

Alimah, Nur. Kimia Lingkungan. Makassar: Sekolah Menengah Analisis Kimia makassar. 2006.

Amirullah, Ismail Marzuki. Biokimia Kesehatan edisi 1. Makassar: Pustaka As- salam. 2009.

HS, Syamsidar. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: UIN Alauddin. 2011.

Kesadahan Air. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air, (15 Juni 1011).

Parameter Pengolahan Air Limbah Industri. 2011, http://majarimagazine.htm. (15 Juni 2011).

Sari, Evi Juwita. Penentuan kadar Sulfat Dalam Air Bersih Secara Spektrofotometri UVVISIBLE Di Perumahan PT.Inalum. Medan: Universditas Sumatra Utara. 2008.

Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia. UI press. Jakarta Atkins, Peter, and Loretta Jones. Chemical Principles: The Quest fo

Anda mungkin juga menyukai