Anda di halaman 1dari 1

PERBEDAAN TEBAL LAPIS ULANG PERKERASAN LENTUR ANTARA METODE AASHTO 1986 DAN AASHTO 1993

Aloysius Tjan, Ph.D. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Telp.: 022-2033-691; Fax.: 022-2033692 E-mail: aloysius@home.unpar.ac.id

ABSTRAK
Pada perkerasan lentur, salah satu desain tebal lapis tambahan adalah metode Bina Marga yang berdasarkan pengukuran lendutan Benkelman Beam. Metode itu sungguh sederhana dan landasan teorinya sangat minim. AASHTO telah mengeluarkan metode desain yang lebih komprehensif, yaitu AASHTO 1986, dan terakhir metode AASHTO 1993. Metode yang terakhir ini pun akan segera diganti dengan metode 2002 yang berprinsip pada metode mekanistik empiris. Analisis indeks tebal perkerasan lapis ulang menurut kedua metode AASHTO (yaitu 1986 dan 1993) dilakukan pada kondisi perkerasan yang sama. Perkerasan awal didesain dengan 2,5 juta ESAL, dan dengan modulus resilient lapis tanah dasar 4500, 6000, serta 7500 psi. Analisis perkerasan lama dilakukan pada berbagai kondisi, yaitu RLX 0,1; 0,25; 0,5 dan 0,75. Desain indeks tebal perkerasan dihitung untuk rencana lalu lintas sebesar 2,5 juta ESAL, serta variasi tingkat kenyamanan akhir sebelum perkerasan ini perlu dilapis ulang lagi dari 1,5 sampai 2,50 dengan selang 0,25. Hasil analisis menunjukkan indeks tebal perkerasan lapis ulang yang dihitung dengan kedua metode tidak konsisten. Persen error indeks tebal perkerasan lapis ulang makin besar jika R LX , MR , dan pt2 makin besar. Metode AASHTO 1 986 menghasilkan indeks tebal perkerasan yang tidak rasional. Metode AASHTO 1993 memberikan hasil yang rasional. Sehingga metode AASHTO 1986 tidak disarankan digunakan sebagai acuan desain tebal perkerasan Indonesia. Kata-kata kunci: AASHTO, lapis ulang, perkerasan lentur

Anda mungkin juga menyukai