IV.1
Analisa Geoteknik Analisa terhadap data tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisis dan sifat teknis
dari tanah guna mengevaluasi dan memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan pada pondasi. Data tanah untuk jembatan Krasak II diambil dari daerah sekitar sungai Krasak. VI.1.1 Hasil Penyelidikan Tanah 1. Pekerjaan Uji Bor dan SPT Pada pekerjaan bor, alat yang digunakan adalah bor mesin (Kano Boring). Bor mesin dilakukan sampai dengan total kedalaman 55 m atau mencapai kedalaman tanah dengan nilai N-SPT 50 untuk ketebalan tanah 3 m. Uji bor mesin dan SPT dilakukan di dua lokasi (titk BH-1 yaitu pada lokasi rencana pilar dan titik BH-2 yaitu pada lokasi rencana Abutmen). Lokasi pengujian bor mesin dapat dilihat pada gambar berikut :
BH-2
BH-1
IV- 1
Hasil pengujian bor mesin tersebut adalah sebagai berikut: Tabel IV.1. Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-1 KEDALAMAN (m) 0 - 1.30 JENIS TANAH Pasir halus kerakalan Pasir kasar kerakalan Pasir sedang Andesit Pasir sedang kerakalan Andesit Pasir halus kerakalan Pasir Halus Pasir Kasar Pasir halus lanauan Pasir halus Pasir sedang Batu pasir Pasir halus Batu pasir Pasir halus 27 - 33 27 - 33 27 - > 60 > 60 > 60 > 60 24 - 35 24 - 29 17 20 > 60 > 60 21 - 23 21 - 23 21 - 29 N-SPT
1.30 - 5.00 5.00 - 6.70 6.70 - 7.70 7.70 - 8.70 8.70 - 9.50 9.50 - 11.00 11.00 - 12.00 12.00 - 15.00 15.00 - 16.00 16.00 - 17.00 17.00 - 18.00 18.00 - 19.40 19.40 - 21.70 21.70 - 22.00 22.00 - 25.00
IV- 2
Tabel IV.2. Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-2 KEDALAMAN (m) 0 1.00 1.00 9.50 9.50 10.50 10.50 12.50 12.50 13.50 13.50 15.00 15.00 15.80 15.80 17.00 17.00 24.00 24.00 - 25.00 25.00 28.00 28.00 - 29.00 29.00 30.00 JENIS TANAH Pasir halus Pasir kasar kerakalan Pasir sedang Pasir sedang kerakalan Pasir halus Pasir halus kerakalan Batu pasir Andesit Batu pasir Pasir sedang Pasir halus Batu pasir Pasir sedang kerakalan N-SPT > 60 > 60 > 60 > 60 > 60 33 53 > 60 51 - > 60 25 27 - > 60 > 60 > 60
2. Penyelidikan Laboratorium Penyelidikan Laboratorium yang dilaksanakan meliputi pekerjaan sifat-sifat fisis (physical properties) dan sifat-sifat mekanis tanah (mechanical properties). 1. Sifat fisis (physical properties) Metode yang digunakan untuk mencari sifat fisis di atas adalah dengan standar ASTM, sedangkan parameter yang dicari adalah: Specific Gravity
LAPORAN TUGAS AKHIR
Gs
IV- 3
Bulk Density Dry Density Atterberg Limit Water Content Void Ratio Porosity Grain size accumulation curve
2.
Sifat mekanis/ mechanical properties Untuk pekerjaan ini digunakan alat Direct Shear Test. Dari tes dengan peralatan tersebut didapatkan harga-harga sifat makanis antara lain: Cohesion Angle of Internal Friction Cu (kg/cm2) derajat
Untuk nilainya dapat dilihat di lampiran penyelidikan tanah. IV.1.2 Kesimpulan Hasil Penyelidikan Tanah Dari data hasil penyelidikan tanah, dapat disimpulkan Lapisan tanah dengan nilai N-SPT > 50 dijumpai dari permukaan sampai kedalaman 30 m untuk lokasi BH-2, namun pada kedalaman 13,50 m 27,00 m dijumpai nilai N-SPT < 50. Berbeda dengan lokasi BH-1 sampai dengan kedalaman 25,00 m dijumpai nilai N-SPT < 50, namun pada kedalaman 7,00 m 10,00 m dan 19,00 m nilai N-SPT > 50
IV.1.3 Pemilihan Struktur Bawah Jembatan Melalui beberapa analisa yang telah dilakukan mengenai alternatif pemilihan bangunan bawah jembatan dan penyelidikan tanah di lokasi, maka dapat segera dipilih struktur bangunan bawah serta jenis pondasinya. 1. Abutmen (Abutment) dan Pilar (Peir) Abutmen disini dipilih tipe pangkal tembok penahan kontrafort karena selain dapat difungsikan sebagai dinding penahan tanah yang dilengkapi sayap samping, konstruksinya juga ramping dan lebih ringan, sehingga otomatis dapat mengurangi
IV- 4
jumlah beban mati (dead load) yang akan diteruskan ke struktur pondasi dan secara keseluruhan perencanaannya dapat lebih ekonomis. Sedangkan pilar yang letak konstruksinya bakal berada dalam aliran muka air banjir dipilih tipe pilar pilar tembok (Hp= 5-25 m), karena selain konstruksinya yang tinggi, tipe ini memiliki ujung bundar dan alinyemen tembok sesuai arah aliran yang membantu mengurangi gaya aliran dan gerusan lokal. Data tanah yang diperlukan untuk keperluan perencanaannya antara lain nilai kohesi tanah Cu, sudut geser tanah &, berat jenis tanah t dan data soil properties lainnya. Dalam perencanaannya nanti perlu juga ditinjau kestabilan terhadap sliding, guling, bidang runtuh tanah serta penurunan tanahnya/ settlement. 2. Pondasi Karena lapisan tanah pada daerah sungai Krasak terdiri atas butiran-butiran tanah yang keras maka penggunaan tiang pancang sebagai pondasi akan sulit dilakukan, hal ini disebabkan butiran tanah akan saling merapat pada saat tiang dipancang, sehingga tiang sulit masuk ke dalam tanah dan apabila diteruskan tiang dapat patah. Untuk itu dipilih pondasi tipe tiang bor atau pondasi sumuran. 3. Dinding Penahan Tanah Konstruksi dinding penahan tanah direncanakan untuk mencegah bahaya keruntuhan tanah pada bagian curam / lereng, pada belokan alur sungai ataupun pada tanah yang tidak dijamin kestabilannya.
IV.2
Analisa Data Hidrologi Data-data hidrologi yang diperlukan dalam merencanakan suatu jembatan antara lain
adalah sebagai berikut : 1. Peta topografi DAS 2. Peta situasi dimana jembatan akan dibangun 3. Data curah hujan dari stasiun pemantau terdekat Data hidrologi diperlukan untuk mencari nilai debit banjir rencana yang kemudian digunakan untuk mencari clearence jembatan dari muka air tertinggi, serta dapat pula digunakan dalam penentuan bentang ekonomis jembatan. Untuk lebih jelasnya data hidrologi akan diolah menurut cara-cara berikut ini:
IV- 5
IV.2.1 Analisa Data Curah Hujan Dari data curah hujan yang didapat, dihitung curah hujan rencana dengan distribusi Gumbell. Sebagai pendekatan analisa frekuensi curah hujan ini hanya dikhususkan pada curah hujan maksimum dalam satu tahun. Data curah hujan yang diambil dari 1 stasiun pencatat, yaitu stasiun Tempel yang terletak pada dusun Karanggawang desa Mororejo kecamatan Tempel. Data curah hujan yang digunakan pada laporan ini didapat dari data sekunder yang diambil dari Pemerintah Kabupaten Sleman Dinas Pengairan. Data curah hujan maksimum pada Stasiun Tempel tahun 1996-2008 dapat dlihat pada tabel berikut: Tabel IV.3. Data Curah Hujan Maksimum Sta. Tempel Tahun Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 266 227 192 415 459 120 275 702 527 404 340 446 330 461 440 290 372 490 378 535 334 392 627 414 321 345 248 330 266 238 563 353 192 82 389 240 314 404 406 115 73 401 211 398 254 339 99 58 170 279 627 153 14 94 139 215 200 55 101 114 80 31 216 30 11 42 3 79 46 20 36 4 25 97 15 8 66 7 64 61 3 75 56 16 3 41 50 10 17 1 42 529 15 501 308 362 502 133 37 160 2 68 277 391 65 420 426 256 436 106 339 327 194 62 328 702 Jml Max 529 459 702 446 461 502 590 627 610 330 563 627 702
274 2.133 358 1.599 369 4.045 381 2.816 299 2.825 79 2.541 590 2.403 538 2.709 610 2.098 314 1.872 466 2.136 416 2.277 237 2.519
321 284
Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Distribusi Gumbell Data yang digunakan untuk menghitung curah hujan rencana dengan Distribusi Gumbell ini adalah data hujan selama 13 tahun dari tahun 1996 2008. Debit rencana ditentukan untuk periode ulang 50 tahun.
IV- 6
Pada perhitungan curah hujan rencana, curah hujan yang digunakan adalah curah hujan maksimum yang terjadi dalam 1 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel IV.4. Perhitungan Curah Hujan Rencana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah R (mm) 529 459 702 446 461 502 590 627 610 330 563 627 R- -20,85 -90,85 152,15 103,85 -88,85 -47,85 40,15 77,15 60,15 219,85 13,15 77,15 (R-) 434,5621 8253,024 23149,62 10784,82 7894,323 2289,623 1612,023 5952,123 3618,023 48334,02 172,9225 5952,123
Rumus : =
R
n
= 549,85 mm
Sx = =
(R - R )
n 1
141596,83 = 108,63 12
IV- 7
1 Kr = 0,78 * ln 1 T R
- 0,45
1 Kr = 0,78 * ln 1 - 0,45 50
Kr = -0,43 R50 = R + Kr * Sx = 549,85 0,43* 108,63 = 503,14 mm
IV.2.2. Analisa Debit Banjir
Analisa debit banjir diperlukan untuk mengetahui besarnya debit banjir pada periode ulang tertentu. Periode ulang debit banjir yang direncanakan adalah 50 tahunan (QTr=Q50) karena luas DPS ( Daerah Pengaliran Sungai) 200 Sungai yang didapat, dihitung dari Peta Topografi yang didapat dari yang akan digunakan dalam perhitungan banjir rencana : Luas daerah Pengaliran Sungai (DPS), A = 19,15 Km2 Panjang Sungai (L) = 9,19 Km (panjang sungai dari hulu ke lokasi jembatan) Kemiringan dasar sungai (i) = 0,14 Selisih elevasi (H) = 9190 * 0,14 = 1286,6 m Perhitungan banjir rencana akan menggunakan formula Rational Mononobe: Kecepatan aliran (V)
0, 6
Ha.
Data
Dinas Bina
Marga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini adalah data sungai Krasak
H = 72. L
= =
L V
R 24 x = 24 TC
IV- 8
= 48,23 mm/jam Debit banjir (QTr) = 0,278 (C.I.A) = 0,278 (0,6 * 48,23* 19,15) = 154,057 m3/dt C = 0,6 (diambil koefesien run off sebesar 0,6 berdasarkan analisa secara visual pada daerah lokasi jembatan, yaitu bahwa pada daerah sungai Krasak merupakan sungai besar yang lebih dari setengah daerah pengalirannya terdiri dari dataran, sesuai dengan Tabel 2.6)
1 .R n A P
.S 2 .A
dimana : R S A P n maka, n1 = 0,045 IV- 9 = jari-jari hidrolis = kemiringan saluran (sloope) = 0,14 = luas penampang basah = keliling basah = koefisien manning = 0,045
A1 P1 R1 S1 Q1
= = = = =
0,14
2/3
n2 A2 P2 R2 S2 Q2
= = = = = = =
0,14
2/3
n3 A3
= = =
P3 R3 S3 Q3
= = = =
0,14
2/3
n4 A4 P4
= = = =
R4 S4 Q4
= = =
0,14
1 4,325(2h 14,44) . 11,04 0,045
2/3
. 0,14
. 4,325(2h-14,44)
n5 A5 P5 R5 S5 Q5
= = = = = = =
0,14
2/3
. 0,14 2 . 2,7(2h-12,24)
n6 A6 P6 R6 S6
= = = = = = Q6 =
0,14
2/3
. 0,14 2 . 4,18(2h-7,022)
n7 A7 P7 R7 S7
= = = = = =
0,14 IV- 11
2/3
. 0,14
. 7,47(2h-0,905)
0,14
2/3
. 0,14
. 6,835(2h-1,964)
n9 A9 P9 R9 S9
= = = = = =
0,14
2/3
. 0,14 2 . 7,285(2h-6,614)
IV- 12
Dengan cara coba-coba, nilai debit yang mendekati nilai debit rencana 50 tahunan, yaitu pada ketinggian 2,0 meter. Berdasar hasil perhitungan di atas, maka minimal tinggi jembatan dari dasar sungai adalah h + tinggi jagaan = 2,0 + 1,5 = 3,5m 4 m.
Jenis tanah dasar adalah pasir kasar (coarse sand), maka berdasarkan tabel 2.7 didapatkan faktor lempung lacey ( f ) = 1,5 Bentang jembatan ( L ) = 99 m Lebar alur sungai ( W ) = 55 m
0 , 33
IV- 13
Q f h
= debit banjir maksimum (m3/det) = faktor Lempung Lacey yang merupakan keadaan tanah dasar = tinggi muka air banjir (m)
0 , 33
0 , 33
IV- 14
adanya jembatan sembir diperkirakan adalah kecamatan Sleman, Tempel, Muntilan, dan daerah sekitar lainnya. berdasarkan MKJI Perencanaan Jalan Perkotaan, untuk menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) maka volume setiap kendaraan harus dikalikan dengan faktor equivalensinya (emp
Tabel IV.6 LHR tiap golongan kendaraan pada Ruas Jalan Sleman-Tempel
GOLONGAN KENDARAAN NO 1 2 3 4 5 Tahun 1999 2001 2003 2005 2007 1 0,25 15766 3941,5 16571 4142,75 15360 3840 1875 468,75 23948 5987 2 1 6478 6478 6809 6809 5287 5287 7236 7236 9175 9175 3 1 1353 1353 1422 1422 1059 1059 1583 1583 2298 2298 4 1 1917 1917 2015 2015 4918 4918 3143 3143 2625 2625 5a 2,5 850 2125 893 2232,5 746 1865 1997 4992,5 844 2110 5b 2,5 523 1307,5 550 1375 826 2065 845 2112,5 857 2142,5 6 2,5 1499 3747,5 1576 3940 954 2385 785 1962,5 814 2035 7a 3 999 2997 1050 3150 2636 7908 2676 8028 2492 7476 7b 3 183 549 192 576 536 1608 531 1593 542 7c 3 45 135 47 141 45 135 93 279 65 8 7 17 119 18 126 96 672 66 462 79 Total (smp) 24670 25929 31742 31860 36223
1. Metode Eksponensial
Perhitungan pertumbuhan lalu lintas dengan metode eksponensial dihitung berdasarkan LHRT, LHRo serta umur rencana (n). Rumus umum yang dipergunakan adalah: LHRT = LHRo (1+i) n
IV- 15
Dimana : LHRT = LHR akhir umur rencana LHRo = LHR awal umur rencana n = umur rencana (tahun) i = angka pertumbuhan
Dengan menggunakan data sekunder maka nilai pertumbuhan (i) dapat dihitung dan hasil perhitungannnya ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tahun
1999 2001 2003 2005 2007
LHR
24670 25929 31742 31860 36223
LHRo
24670 24670 25929 31742 31860
LHRT
0 25929 31742 31860 36223
n
0 1 2 3 4
I(%)
0,00% -5,10% 10,64% 0,12% -3,26% 2,4%
Pertumbuhan (i) Dari hasil perhitungan dengan metode eksponensial maka didapat angka pertumbuhan lalu lintas (i) sebesar 19,12 %.
2.
metode penyelidikan data dan statistik. Analisis tingkat pertumbuhan lalu lintas dengan meninjau data LHR yang lalu, yaitu dari tahun 2001 sampai tahun 2007, untuk lebih jelas tentang pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, dapat dilihat pada tabel hubungan antara tahun dan LHR.
24670 0 25929 25929 31742 63484 31860 95581 36223 144890 150424 329884
IV- 16
Keterangan : Y a dan b X n Y b a = Data berkala (time series data) = Konstanta awal regresi = Waktu (tahun) = Jumlah data = a + b (X) = ( n*XY - X*Y ) / {n*( X2 ) ( X )} = { ( 5*329884) (10*150424) } / {(5*30)-10} = 1037 = Y (b*X) / n = 150424 (1037*10)/5 = 28011 Dari hasil perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh angka pertumbuhan sebesar 3,7 %. Berdasarkan persamaan Y = a + b (X) Y = 28011 + 1037 (X) Tiap harga X di subtitusikan pada persamaan tersebut, sehingga didapat nilai-nilai LHR pada tahun yang direncanakan, yaitu 20 tahun kedepan (tahun 2029) seperti tabel dibawah ini : Kemiringan regresi (i) = b / a x 100% = (1037 / 28011) * 100 % = 3,7 %
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode eksponensial didapat angka pertumbuhan (i) sebesar 2,4 % sedangkan dengan menggunakan metode regresi linier didapat angka pertumbuhan (i) sebesar 3,7 %. Hasil kedua metode di atas angka pertumbuhan (i) pertahun yang diambil adalah angka pertumbuhan terbesar yaitu 3,7%.
LAPORAN TUGAS AKHIR
IV- 17
Tabel IV.10 Klasifikasi Fungsi Jalan dan Kelas Jalan Fungsi Primer DTV (PCU) > 10,000 < 10,000 < 10,000 > 20,000 < 20,000 > 6,000 < 8,000 > 500 < 500 Class I I II I II II III III IV
Sekunder
Sumber :Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TCPGJAK), 1997
Berdasarkan perhitungan LHR Tahun Rencana bahwa ruas jalan tersebut digolongkan pada jalan Arteri Sekunder kelas 1 (LHRT rencana = 160540 smp/hari smp/hari).
IV- 18
Berdasarkan tabel di atas, maka kecepatan rencana yang disarankan untuk jalan kelas 1 adalah 60 km/jam.
VLHR
(smp/hari) Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar <3000 300010.000 10.00125.000 >25.000
7 2x3,5 * 2 2,5 7 2x2 * 2 2 7 2x3,5 * 2 2 ** ** ** ** 7
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, DPU Bina Marga, 1997
Keterangan: ** * = mengacu pada persyaratan ideal = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumlah lajur per jalur = tidak ditentukan
= faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas = faktor penyesuaian pemisah arah = faktor penyesuaian hambatan samping
2.
Arus Jam Rencana (QDH) QDH = k x LHRT = 0,07 x 43566 = 3049,62 smp/jam
Dimana : QDH = Arus jam rencana k = 0,11 (MKJI 1997 untuk jalan antar kota) LHRT = lalu lintas harian rata-rata tahunan
3.
Dari hasil perhitungan nilai parameter tingkat kinerja jalan di atas, besarnya DS memenuhi persyaratan (DS ideal adalah 0,75), maka kondisi jalan dengan 4/2 D layak dipergunakan sampai umur rencana hingga tahun 2029.
IV- 20
Klasifikasi Perencanaan Jembatan Krasak II dipergunakan jalan 2 lajur 2 arah dengan median (4/2 D) dengan kelas jalan arteri sekunder kelas 1 dan kecepatan rencana 60 km/jam. Lebar Lajur Lebar Trotoar Lebar Jembatan
IV- 21