Anda di halaman 1dari 21

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

IV.1

Analisa Geoteknik Analisa terhadap data tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisis dan sifat teknis

dari tanah guna mengevaluasi dan memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan pada pondasi. Data tanah untuk jembatan Krasak II diambil dari daerah sekitar sungai Krasak. VI.1.1 Hasil Penyelidikan Tanah 1. Pekerjaan Uji Bor dan SPT Pada pekerjaan bor, alat yang digunakan adalah bor mesin (Kano Boring). Bor mesin dilakukan sampai dengan total kedalaman 55 m atau mencapai kedalaman tanah dengan nilai N-SPT 50 untuk ketebalan tanah 3 m. Uji bor mesin dan SPT dilakukan di dua lokasi (titk BH-1 yaitu pada lokasi rencana pilar dan titik BH-2 yaitu pada lokasi rencana Abutmen). Lokasi pengujian bor mesin dapat dilihat pada gambar berikut :

BH-2

BH-1

Gambar IV .1 Denah Lokasi Pengujian Bor Mesin


LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 1

Hasil pengujian bor mesin tersebut adalah sebagai berikut: Tabel IV.1. Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-1 KEDALAMAN (m) 0 - 1.30 JENIS TANAH Pasir halus kerakalan Pasir kasar kerakalan Pasir sedang Andesit Pasir sedang kerakalan Andesit Pasir halus kerakalan Pasir Halus Pasir Kasar Pasir halus lanauan Pasir halus Pasir sedang Batu pasir Pasir halus Batu pasir Pasir halus 27 - 33 27 - 33 27 - > 60 > 60 > 60 > 60 24 - 35 24 - 29 17 20 > 60 > 60 21 - 23 21 - 23 21 - 29 N-SPT

1.30 - 5.00 5.00 - 6.70 6.70 - 7.70 7.70 - 8.70 8.70 - 9.50 9.50 - 11.00 11.00 - 12.00 12.00 - 15.00 15.00 - 16.00 16.00 - 17.00 17.00 - 18.00 18.00 - 19.40 19.40 - 21.70 21.70 - 22.00 22.00 - 25.00

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 2

Tabel IV.2. Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-2 KEDALAMAN (m) 0 1.00 1.00 9.50 9.50 10.50 10.50 12.50 12.50 13.50 13.50 15.00 15.00 15.80 15.80 17.00 17.00 24.00 24.00 - 25.00 25.00 28.00 28.00 - 29.00 29.00 30.00 JENIS TANAH Pasir halus Pasir kasar kerakalan Pasir sedang Pasir sedang kerakalan Pasir halus Pasir halus kerakalan Batu pasir Andesit Batu pasir Pasir sedang Pasir halus Batu pasir Pasir sedang kerakalan N-SPT > 60 > 60 > 60 > 60 > 60 33 53 > 60 51 - > 60 25 27 - > 60 > 60 > 60

2. Penyelidikan Laboratorium Penyelidikan Laboratorium yang dilaksanakan meliputi pekerjaan sifat-sifat fisis (physical properties) dan sifat-sifat mekanis tanah (mechanical properties). 1. Sifat fisis (physical properties) Metode yang digunakan untuk mencari sifat fisis di atas adalah dengan standar ASTM, sedangkan parameter yang dicari adalah: Specific Gravity
LAPORAN TUGAS AKHIR

Gs

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 3

Bulk Density Dry Density Atterberg Limit Water Content Void Ratio Porosity Grain size accumulation curve

b (gram/cm3) d (gram/cm3) LL,PL,IP (%) w (%) e n (%) grafik

2.

Sifat mekanis/ mechanical properties Untuk pekerjaan ini digunakan alat Direct Shear Test. Dari tes dengan peralatan tersebut didapatkan harga-harga sifat makanis antara lain: Cohesion Angle of Internal Friction Cu (kg/cm2) derajat

Untuk nilainya dapat dilihat di lampiran penyelidikan tanah. IV.1.2 Kesimpulan Hasil Penyelidikan Tanah Dari data hasil penyelidikan tanah, dapat disimpulkan Lapisan tanah dengan nilai N-SPT > 50 dijumpai dari permukaan sampai kedalaman 30 m untuk lokasi BH-2, namun pada kedalaman 13,50 m 27,00 m dijumpai nilai N-SPT < 50. Berbeda dengan lokasi BH-1 sampai dengan kedalaman 25,00 m dijumpai nilai N-SPT < 50, namun pada kedalaman 7,00 m 10,00 m dan 19,00 m nilai N-SPT > 50

IV.1.3 Pemilihan Struktur Bawah Jembatan Melalui beberapa analisa yang telah dilakukan mengenai alternatif pemilihan bangunan bawah jembatan dan penyelidikan tanah di lokasi, maka dapat segera dipilih struktur bangunan bawah serta jenis pondasinya. 1. Abutmen (Abutment) dan Pilar (Peir) Abutmen disini dipilih tipe pangkal tembok penahan kontrafort karena selain dapat difungsikan sebagai dinding penahan tanah yang dilengkapi sayap samping, konstruksinya juga ramping dan lebih ringan, sehingga otomatis dapat mengurangi

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 4

jumlah beban mati (dead load) yang akan diteruskan ke struktur pondasi dan secara keseluruhan perencanaannya dapat lebih ekonomis. Sedangkan pilar yang letak konstruksinya bakal berada dalam aliran muka air banjir dipilih tipe pilar pilar tembok (Hp= 5-25 m), karena selain konstruksinya yang tinggi, tipe ini memiliki ujung bundar dan alinyemen tembok sesuai arah aliran yang membantu mengurangi gaya aliran dan gerusan lokal. Data tanah yang diperlukan untuk keperluan perencanaannya antara lain nilai kohesi tanah Cu, sudut geser tanah &, berat jenis tanah t dan data soil properties lainnya. Dalam perencanaannya nanti perlu juga ditinjau kestabilan terhadap sliding, guling, bidang runtuh tanah serta penurunan tanahnya/ settlement. 2. Pondasi Karena lapisan tanah pada daerah sungai Krasak terdiri atas butiran-butiran tanah yang keras maka penggunaan tiang pancang sebagai pondasi akan sulit dilakukan, hal ini disebabkan butiran tanah akan saling merapat pada saat tiang dipancang, sehingga tiang sulit masuk ke dalam tanah dan apabila diteruskan tiang dapat patah. Untuk itu dipilih pondasi tipe tiang bor atau pondasi sumuran. 3. Dinding Penahan Tanah Konstruksi dinding penahan tanah direncanakan untuk mencegah bahaya keruntuhan tanah pada bagian curam / lereng, pada belokan alur sungai ataupun pada tanah yang tidak dijamin kestabilannya.

IV.2

Analisa Data Hidrologi Data-data hidrologi yang diperlukan dalam merencanakan suatu jembatan antara lain

adalah sebagai berikut : 1. Peta topografi DAS 2. Peta situasi dimana jembatan akan dibangun 3. Data curah hujan dari stasiun pemantau terdekat Data hidrologi diperlukan untuk mencari nilai debit banjir rencana yang kemudian digunakan untuk mencari clearence jembatan dari muka air tertinggi, serta dapat pula digunakan dalam penentuan bentang ekonomis jembatan. Untuk lebih jelasnya data hidrologi akan diolah menurut cara-cara berikut ini:

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 5

IV.2.1 Analisa Data Curah Hujan Dari data curah hujan yang didapat, dihitung curah hujan rencana dengan distribusi Gumbell. Sebagai pendekatan analisa frekuensi curah hujan ini hanya dikhususkan pada curah hujan maksimum dalam satu tahun. Data curah hujan yang diambil dari 1 stasiun pencatat, yaitu stasiun Tempel yang terletak pada dusun Karanggawang desa Mororejo kecamatan Tempel. Data curah hujan yang digunakan pada laporan ini didapat dari data sekunder yang diambil dari Pemerintah Kabupaten Sleman Dinas Pengairan. Data curah hujan maksimum pada Stasiun Tempel tahun 1996-2008 dapat dlihat pada tabel berikut: Tabel IV.3. Data Curah Hujan Maksimum Sta. Tempel Tahun Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 266 227 192 415 459 120 275 702 527 404 340 446 330 461 440 290 372 490 378 535 334 392 627 414 321 345 248 330 266 238 563 353 192 82 389 240 314 404 406 115 73 401 211 398 254 339 99 58 170 279 627 153 14 94 139 215 200 55 101 114 80 31 216 30 11 42 3 79 46 20 36 4 25 97 15 8 66 7 64 61 3 75 56 16 3 41 50 10 17 1 42 529 15 501 308 362 502 133 37 160 2 68 277 391 65 420 426 256 436 106 339 327 194 62 328 702 Jml Max 529 459 702 446 461 502 590 627 610 330 563 627 702

274 2.133 358 1.599 369 4.045 381 2.816 299 2.825 79 2.541 590 2.403 538 2.709 610 2.098 314 1.872 466 2.136 416 2.277 237 2.519

321 284

Sumber Dinas Pengariran Pemerintah Kabupaten Sleman

Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Distribusi Gumbell Data yang digunakan untuk menghitung curah hujan rencana dengan Distribusi Gumbell ini adalah data hujan selama 13 tahun dari tahun 1996 2008. Debit rencana ditentukan untuk periode ulang 50 tahun.

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 6

Pada perhitungan curah hujan rencana, curah hujan yang digunakan adalah curah hujan maksimum yang terjadi dalam 1 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel IV.4. Perhitungan Curah Hujan Rencana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah R (mm) 529 459 702 446 461 502 590 627 610 330 563 627 R- -20,85 -90,85 152,15 103,85 -88,85 -47,85 40,15 77,15 60,15 219,85 13,15 77,15 (R-) 434,5621 8253,024 23149,62 10784,82 7894,323 2289,623 1612,023 5952,123 3618,023 48334,02 172,9225 5952,123

702 152,15 23149,62 7,148 0,00 141596,83

Rumus : =

R
n

= 549,85 mm

Sx = =

(R - R )
n 1
141596,83 = 108,63 12

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 7

Faktor Frekuensi Gumbell (Rumus Subarkah 1980) :

1 Kr = 0,78 * ln 1 T R

- 0,45

1 Kr = 0,78 * ln 1 - 0,45 50
Kr = -0,43 R50 = R + Kr * Sx = 549,85 0,43* 108,63 = 503,14 mm
IV.2.2. Analisa Debit Banjir

Analisa debit banjir diperlukan untuk mengetahui besarnya debit banjir pada periode ulang tertentu. Periode ulang debit banjir yang direncanakan adalah 50 tahunan (QTr=Q50) karena luas DPS ( Daerah Pengaliran Sungai) 200 Sungai yang didapat, dihitung dari Peta Topografi yang didapat dari yang akan digunakan dalam perhitungan banjir rencana : Luas daerah Pengaliran Sungai (DPS), A = 19,15 Km2 Panjang Sungai (L) = 9,19 Km (panjang sungai dari hulu ke lokasi jembatan) Kemiringan dasar sungai (i) = 0,14 Selisih elevasi (H) = 9190 * 0,14 = 1286,6 m Perhitungan banjir rencana akan menggunakan formula Rational Mononobe: Kecepatan aliran (V)
0, 6

Ha.

Data

Dinas Bina

Marga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini adalah data sungai Krasak

H = 72. L

1286,6 0,6 = 72. = 22,131 m2/dtk 9190

Time concentration (TC)

= =

L V

9190 = 415,25 dtk = 6,92 jam 22,131


0 , 67

Intensitas hujan (I)


LAPORAN TUGAS AKHIR

R 24 x = 24 TC

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 8

503,14 24 0,67 x 24 6,92

= 48,23 mm/jam Debit banjir (QTr) = 0,278 (C.I.A) = 0,278 (0,6 * 48,23* 19,15) = 154,057 m3/dt C = 0,6 (diambil koefesien run off sebesar 0,6 berdasarkan analisa secara visual pada daerah lokasi jembatan, yaitu bahwa pada daerah sungai Krasak merupakan sungai besar yang lebih dari setengah daerah pengalirannya terdiri dari dataran, sesuai dengan Tabel 2.6)

Gambar IV. 2 Penampang Melintang Sungai Krasak

1 .R n A P

.S 2 .A

dimana : R S A P n maka, n1 = 0,045 IV- 9 = jari-jari hidrolis = kemiringan saluran (sloope) = 0,14 = luas penampang basah = keliling basah = koefisien manning = 0,045

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


A1 P1 R1 S1 Q1

= = = = =

17,84 ( h 9,521 ) 12,1


17,84( h 9,521) 12,1

0,14

17,84(h 9,521) 1 . 12,1 0,045


0,045

2/3

. 0,14 2 . 17,84 ( h 9,521 )

n2 A2 P2 R2 S2 Q2

= = = = = = =

0,5 * ((h-9,521)+(h-5,889)) * 9,19 4,595 * (2h 15,410) 12,10


4,595 * (2h 15,410) 12,10

0,14

4,595(2h 15,410) 1 . 12,10 0,045


0,045

2/3

. 0,14 2 . 4,595 * (2h 15,410)

n3 A3

= = =

0,5 * ((h-5,889)+(h-8,317)) * 7,37 3,685 * (2h 14,206) 7,77


3,685( 2h 14,206) 7,77

P3 R3 S3 Q3

= = = =

0,14

3,685(2h 14,206) 1 . 7,77 0,045


0,045

2/3

. 0,14 2 . 3,685 * (2h 14,206)

n4 A4 P4

= = = =

0,5*((h-8,317)+(h-6,123))*8,65 4,325(2h-14,44) 11,04 IV- 10

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


R4 S4 Q4

= = =

4,325(2h 14,44) 11,04

0,14
1 4,325(2h 14,44) . 11,04 0,045
2/3

. 0,14

. 4,325(2h-14,44)

n5 A5 P5 R5 S5 Q5

= = = = = = =

0,045 0,5*((h-6,123)+(h-6,117))*5,4 2,7(2h-12,24) 5,52


2,7( 2h 12,24) 5,52

0,14

2,7(2h 12,24) 1 . 5,52 0,045


0,045

2/3

. 0,14 2 . 2,7(2h-12,24)

n6 A6 P6 R6 S6

= = = = = = Q6 =

0,5*((h-6,117)+(h-0,905))*8,36 4,18(2h-7,022) 17,4


4,18(2h 7,033) 17,4

0,14

4,18(2h 7,022) 1 . 17,4 0,045


0,045 0,5*((h-0,905)+h)*14,94 7,47(2h-0,905) 15,05
7,47(2h 0,905) 15,05

2/3

. 0,14 2 . 4,18(2h-7,022)

n7 A7 P7 R7 S7

= = = = = =

0,14 IV- 11

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


7,47(2h 0,905) 1 Q7 = . 15,05 0,045


n8 A8 P8 R8 S8 = = = = = = 0,045

2/3

. 0,14

. 7,47(2h-0,905)

0,5*(h+(h-1,964))*13,67 6,835(2h-1,964) 13,72


6,835(2h 1,964) 13,72

0,14
2/3

6,835(2h 1,964) 1 Q8 = . 13,72 0,045

. 0,14

. 6,835(2h-1,964)

n9 A9 P9 R9 S9

= = = = = =

0,045 0,5*((h-1,964)+(h-4,65))*14,57 7,285(2h-6,614) 18,88


7,284( 2h 6,614) 18,88

0,14
2/3

7,284(2h 6,614) 1 . Q9 = 18,88 0,045

. 0,14 2 . 7,285(2h-6,614)

Debit total saluran (Q) = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 + Q7 + Q8 + Q9 154,057 m3/dt = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 + Q7 + Q8 + Q9

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 12

Tabel IV.5. Hasil Perhitungan Debit


h (m) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Q1 56 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Q2 254 98 8 0 0 0 0 0 0 0 Q3 348 172 49 0 0 0 0 0 0 0 Q4 336 160 40 0 0 0 0 0 0 0 Q5 424 258 127 36 0 0 0 0 0 0 Q6 963 728 521 342 195 83 13 0 0 0 Q7 Q8 Q9 Jumlah 14545 11325 8593 6368 4543 3022 1803 953 373 45 5312 4430 2423 4417 3642 1850 3590 2917 1341 2833 2258 2149 1668 1543 1151 1020 587 256 45 715 365 117 0 899 531 245 55 0 0 0

Dengan cara coba-coba, nilai debit yang mendekati nilai debit rencana 50 tahunan, yaitu pada ketinggian 2,0 meter. Berdasar hasil perhitungan di atas, maka minimal tinggi jembatan dari dasar sungai adalah h + tinggi jagaan = 2,0 + 1,5 = 3,5m 4 m.

IV.2.3 Analisa Terhadap Penggerusan Dasar Sungai


Penggerusan (scouring) terjadi di dasar sungai di bawah abutment akibat aliran sungai yang mengikis lapisan tanah dasar sungai. Dalamnya penggerusan dihitung dengan menggunakan metode Lacey. Analisis penggerusan sungai diperhitungkan untuk keamanan dari adanya gerusan aliran sungai.

Jenis tanah dasar adalah pasir kasar (coarse sand), maka berdasarkan tabel 2.7 didapatkan faktor lempung lacey ( f ) = 1,5 Bentang jembatan ( L ) = 99 m Lebar alur sungai ( W ) = 55 m

Rumusan yang dipakai untuk menganalisis gerusan sebagai berikut :

Q Untuk L > W d = 0,473 x f


dimana : d

0 , 33

= kedalaman gerusan normal dari muka air banjir (m)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 13

Q f h

= debit banjir maksimum (m3/det) = faktor Lempung Lacey yang merupakan keadaan tanah dasar = tinggi muka air banjir (m)

Dari rumus Lacey :

Q d = 0,473 x f 373 = 0,473 x 1,5


= 2,9 m

0 , 33

0 , 33

Karena kondisi aliran sungai Krasak adalah aliran lurus, maka :


Kedalaman penggerusan maximum = 1,27 d (Tabel 2.8) = 1,27 x 2,9 = 3,68 m dari muka air banjir Kedalaman penggerusan yang terjadi = d h = 3,68 m 2,0 m = 1,683 m Jadi, karena tinggi muka air banjir yang sangat rendah maka disini kedalaman dari scouring tidak berpengaruh.

IV.3 Analisa Jaringan Jalan


Prinsip perencanaan suatu jembatan perlu ditinjau tingkat kepadatan lalu lintas yang akan melalui jembatan tersebut. Dengan didapatkannya data lalu lintas yang lewat pada suatu ruas jalan dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (smp), maka akan dapat diketahui kelas jalan tersebut, sehingga kita dapat menentukan lebar perkerasan jalan. Besarnya volume lalu lintas yang melewati ruas jalan Sleman-Tempel digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dalam menentukan lebar efektif jembatan. Di dalam pembangunan jembatan Krasak diperlukan prediksiprediksi rencana volume lalu lintas yang akan dilayaninya. Dari hasil survey di lapangan daerah yang terlayani dengan
LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 14

adanya jembatan sembir diperkirakan adalah kecamatan Sleman, Tempel, Muntilan, dan daerah sekitar lainnya. berdasarkan MKJI Perencanaan Jalan Perkotaan, untuk menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) maka volume setiap kendaraan harus dikalikan dengan faktor equivalensinya (emp

IV.3.1 Analisa Data Lalu-Lintas


Besarnya volume lalu-lintas yang ada sangat mempengaruhi lebar efektif jembatan, Perbandingan banyaknya lalu lintas yang melewati jalur jalan tersebut akan menjadi dasar perancangan geometri jalan dan lebar rencana jembatan. Data sekunder lalu lintas ruas jalan Sleman-Tempel diperoleh dari tahun 2001-2007 adalah seperti tabel di bawah ini :

Tabel IV.6 LHR tiap golongan kendaraan pada Ruas Jalan Sleman-Tempel
GOLONGAN KENDARAAN NO 1 2 3 4 5 Tahun 1999 2001 2003 2005 2007 1 0,25 15766 3941,5 16571 4142,75 15360 3840 1875 468,75 23948 5987 2 1 6478 6478 6809 6809 5287 5287 7236 7236 9175 9175 3 1 1353 1353 1422 1422 1059 1059 1583 1583 2298 2298 4 1 1917 1917 2015 2015 4918 4918 3143 3143 2625 2625 5a 2,5 850 2125 893 2232,5 746 1865 1997 4992,5 844 2110 5b 2,5 523 1307,5 550 1375 826 2065 845 2112,5 857 2142,5 6 2,5 1499 3747,5 1576 3940 954 2385 785 1962,5 814 2035 7a 3 999 2997 1050 3150 2636 7908 2676 8028 2492 7476 7b 3 183 549 192 576 536 1608 531 1593 542 7c 3 45 135 47 141 45 135 93 279 65 8 7 17 119 18 126 96 672 66 462 79 Total (smp) 24670 25929 31742 31860 36223

1626 195 553

Sumber : Data LHR DPU Bina Marga

IV.3.2 Angka Pertumbuhan Lalu-Lintas


Perkiraan pertumbuhan lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan dua macam metode yaitu :

1. Metode Eksponensial
Perhitungan pertumbuhan lalu lintas dengan metode eksponensial dihitung berdasarkan LHRT, LHRo serta umur rencana (n). Rumus umum yang dipergunakan adalah: LHRT = LHRo (1+i) n

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 15

Dimana : LHRT = LHR akhir umur rencana LHRo = LHR awal umur rencana n = umur rencana (tahun) i = angka pertumbuhan

Dengan menggunakan data sekunder maka nilai pertumbuhan (i) dapat dihitung dan hasil perhitungannnya ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel IV.7 Angka Pertumbuhan Lalu lintas Metode Eksponensial NO


1 2 3 4 5

Tahun
1999 2001 2003 2005 2007

LHR
24670 25929 31742 31860 36223

LHRo
24670 24670 25929 31742 31860

LHRT
0 25929 31742 31860 36223

n
0 1 2 3 4

I(%)
0,00% -5,10% 10,64% 0,12% -3,26% 2,4%

Pertumbuhan (i) Dari hasil perhitungan dengan metode eksponensial maka didapat angka pertumbuhan lalu lintas (i) sebesar 19,12 %.

2.

Metode Regresi Linier


Perkiraan pertumbuhan lalu lintas menggunakan regresi linier merupakan

metode penyelidikan data dan statistik. Analisis tingkat pertumbuhan lalu lintas dengan meninjau data LHR yang lalu, yaitu dari tahun 2001 sampai tahun 2007, untuk lebih jelas tentang pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, dapat dilihat pada tabel hubungan antara tahun dan LHR.

Tabel IV.8 Angka Pertumbuhan Lalu-Lintas Metode Regresi Linier


Tahun 1999 2001 2003 2005 2007 Jumlah Tahun ke (X) 0 1 2 3 4 10 LHR (Y) XY X 0 1 4 9 16 30 Y 608584230 672326006 1007554564 1015075530 1312069506 4615609836

24670 0 25929 25929 31742 63484 31860 95581 36223 144890 150424 329884

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 16

Keterangan : Y a dan b X n Y b a = Data berkala (time series data) = Konstanta awal regresi = Waktu (tahun) = Jumlah data = a + b (X) = ( n*XY - X*Y ) / {n*( X2 ) ( X )} = { ( 5*329884) (10*150424) } / {(5*30)-10} = 1037 = Y (b*X) / n = 150424 (1037*10)/5 = 28011 Dari hasil perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh angka pertumbuhan sebesar 3,7 %. Berdasarkan persamaan Y = a + b (X) Y = 28011 + 1037 (X) Tiap harga X di subtitusikan pada persamaan tersebut, sehingga didapat nilai-nilai LHR pada tahun yang direncanakan, yaitu 20 tahun kedepan (tahun 2029) seperti tabel dibawah ini : Kemiringan regresi (i) = b / a x 100% = (1037 / 28011) * 100 % = 3,7 %

Tabel IV.9 Perhitungan Angka Pertumbuhan Lalu-Lintas


Tahun 2009 2011 2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 Unit Tahun 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 LHR 33196 34233 35270 36307 37344 38381 39418 40455 41492 42529 43566

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode eksponensial didapat angka pertumbuhan (i) sebesar 2,4 % sedangkan dengan menggunakan metode regresi linier didapat angka pertumbuhan (i) sebesar 3,7 %. Hasil kedua metode di atas angka pertumbuhan (i) pertahun yang diambil adalah angka pertumbuhan terbesar yaitu 3,7%.
LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 17

IV.3.3. Penentuan LHR Rencana


Jadi pada tahun yang direncanakan, yaitu tahun 2029, LHR yang melintasi ruas jalan Sleman-Tempel adalah 43566 kendaraan per hari. Dengan demikian dapat disusun desain perencanaan

IV.3.4. Penentuan Kelas Jalan


Untuk menentukan kelas jalan mengacu pada buku Spesifikasi Standar untuk Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TCPGJAK), 1997 sebagai berikut :

Tabel IV.10 Klasifikasi Fungsi Jalan dan Kelas Jalan Fungsi Primer DTV (PCU) > 10,000 < 10,000 < 10,000 > 20,000 < 20,000 > 6,000 < 8,000 > 500 < 500 Class I I II I II II III III IV

Arteri Kolektor Arteri Kolektor Lokal

Sekunder

Sumber :Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TCPGJAK), 1997

Berdasarkan perhitungan LHR Tahun Rencana bahwa ruas jalan tersebut digolongkan pada jalan Arteri Sekunder kelas 1 (LHRT rencana = 160540 smp/hari smp/hari).

Tabel IV.11 Penentuan Kecepatan Rencana Kelas


Kelas 1 Kelas 2 dan Kelas 1* Kelas 3 Kelas 4 dan Kelas 3* Kelas 5 dan Kelas 4* Kelas 5*

Kecepatan Rencana (km/jam)


80 60 50 40 30 20

Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Luar Kota, 2004

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 18

Berdasarkan tabel di atas, maka kecepatan rencana yang disarankan untuk jalan kelas 1 adalah 60 km/jam.

IV.3.5. Penentuan Jumlah Lajur


Penentuan jumlah lajur kendaraan untuk jalan antar kota mengacu pada buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 Dirjen Bina Marga.

Tabel IV.12 Penentuan lebar jalur dan bahu jalan


ARTERI KOLEKTOR Ideal Jalur (m) 6 7 Bahu (m) 1,5 1,5 Minimum Jalur (m) 4,5 6 Bahu (m) 1 1,5 Ideal Jalur (m) 6 7 Bahu (m) 1,5 1,5 LOKAL Minimum Jalur (m) 4,5 6 Bahu (m) 1 1

VLHR

Ideal Jalur (m) Bahu (m) 1,5 2

Minimum Jalur (m) 4,5 6 Bahu (m) 1 1,5

(smp/hari) Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar <3000 300010.000 10.00125.000 >25.000
7 2x3,5 * 2 2,5 7 2x2 * 2 2 7 2x3,5 * 2 2 ** ** ** ** 7

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, DPU Bina Marga, 1997

Keterangan: ** * = mengacu pada persyaratan ideal = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumlah lajur per jalur = tidak ditentukan

IV.3.6. Penentuan Geometri Jalan 1. Kapasitas Jalan


Direncanakan lebar lajur 3,25 meter 2/2UD. Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan perkotaan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, adalah sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCSP x FCSF x FCCS


= 4 x 1700 x 1,00 x 1,00 x 1,00 x 0,95 = 6596 smp/ jam Dimana : C Co = kapasitas (smp/jam) = kapasitas dasar (smp/jam) IV- 19

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


FCw FCSP FCSF

= faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas = faktor penyesuaian pemisah arah = faktor penyesuaian hambatan samping

FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota.

2.

Arus Jam Rencana (QDH) QDH = k x LHRT = 0,07 x 43566 = 3049,62 smp/jam
Dimana : QDH = Arus jam rencana k = 0,11 (MKJI 1997 untuk jalan antar kota) LHRT = lalu lintas harian rata-rata tahunan

3.

Derajat Kejenuhan (DS) pada Tahun Rencana


DS = DS =
QDH C

3049,62 = 0,46 6596

Tabel IV.12 Perhitungan DS


Tahun 2009 2011 2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 Unit Tahun 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 LHR 33196 34233 35270 36307 37344 38381 39418 40455 41492 42529 43566 VJP 2324 2396 2469 2541 2614 2687 2759 2832 2904 2977 3050 C 6596 6596 6596 6596 6596 6596 6596 6596 6596 6596 6596 DS 0,35 0,36 0,37 0,39 0,40 0,41 0,42 0,43 0,44 0,45 0,46 Keterangan Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak

Dari hasil perhitungan nilai parameter tingkat kinerja jalan di atas, besarnya DS memenuhi persyaratan (DS ideal adalah 0,75), maka kondisi jalan dengan 4/2 D layak dipergunakan sampai umur rencana hingga tahun 2029.

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 20

Klasifikasi Perencanaan Jembatan Krasak II dipergunakan jalan 2 lajur 2 arah dengan median (4/2 D) dengan kelas jalan arteri sekunder kelas 1 dan kecepatan rencana 60 km/jam. Lebar Lajur Lebar Trotoar Lebar Jembatan

= 2 x 3,50 m = 7,0 m = 2 x 1,00 m = 2,0 m + = 9,00 m

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II


IV- 21

Anda mungkin juga menyukai