Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan pola pikir (Mindset) yang secara jelas membedakan antara orang yang memiliki jiwa wirausaha dan

karyawan :

Wirausahan berani mengambil alih seluruh risiko dan menjadikannya tantangan, Sementara karyawan lebih berikir untuk berada pada zona aman dan menjauh dari tantangan itu. Wira usaha tidak mengikuti apa yang menjadi suatu hal umum yang ada di masyarakat sedangkan karyawan cenderung mengikuti mainstream Wirausaha menjadi seorang pencipta kreasi yang kemudian dikerjakan oleh para karyawan Wirausaha cenderung lebih berpikir untuk membantu dan memberi manfaat kepada sebanyak mungkin orang (seperti memberi pekerjaan) sementara karyawan lebih mementingkan mencari sesuatu (seperti pekerjaan) yang bisa memberinya manfaat Wirausaha melihat setiap peluang dengan cara pandang yang terbuka dan visioner (tidak cepat puas) sementara karyawan lebih skeptis terhadap adanya peluang tertentu.

Pengusaha vs Karyawan
Budiono Lie, Director of PT.Total Quality Indonesia

Keinginan membentuk Entrepreneur saat ini seperti sebuah vonis bahwa orang yang bekerja ikut orang lain tidaklah membanggakan. Dengan stigma tersebut saat ini banyak perusahaan yang sulit mempertahankan karyawannya atau kesulitan mencari karyawan baru yang berkualitas, karena banyak sarjana baru mencerna pandanganpandangan tersebut dengan mentah. Mereka lebih baik nganggur daripada harus bekerja ikut orang lain. Mereka beranggapan bahwa bekerja dengan jam kerja tertentu sungguh memberatkan. Motivasi untuk menjadi profesional yang ahli di bidangnya tergerus karena stigma tersebut. Fenomena karyawan instan semakin banyak. Mereka bekerja hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun kemudian resign atau bekerja hanya untuk mencuri ilmu. Akibatnya perusahaan kesulitan dalam menemukan orang yang bisa diandalkan untuk menduduki posisi puncak. Pengetahuan yang mentah tentang karakter menjadi pengusaha akhirnya menjadikan mereka berpikir bahwa seorang pengusaha itu bisa seenaknya. Masuk dan pulang kerja seenaknya. Memperlakukan orang seenaknya. Apa jadinya generasi muda sekarang yang nantinya menjadi pengusaha tanpa diimbangi dengan jiwa profesional? Kacau! Mereka tidak melakukan hal yang hakiki dalam menjadi seorang pengusaha yaitu menciptakan lapangan pekerjaan dan mensejahterakan orang didalamnya. Mereka malah menggunakan topeng 'kemalasan' dengan mencoba menjadi pengusaha

dengan pengetahuannya yang masih mentah dan tidak berjiwa profesional. Sebagai contoh, kalau anda bekerja buka onlineshop, tanpa modal, tanpa karyawan, dan karena supaya bisa ongkang-ongkang kaki dirumah itu bukanlah seorang pengusaha. Tapi anda seorang makelar online shop. Saya pernah menjumpai ada sebuah Universitas yang melarang adanya lowongan pekerjaan dipasang di Universitasnya karena permintaan dari alumni mereka. Sungguh tragis! Dengan tujuan yang baik yaitu memaksa mahasiswanya menjadi pengusaha tapi bukankah itu malah menjerumuskan mereka menjadi pengusaha. Sudah tanpa pengalaman ditambah tanpa pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi anak buah. Tanpa pernah menjadi anak buah mereka tidak akan memahami perasaan anak buahnya nanti. Mereka menjadi pemimpin yang tidak memiliki empati. Saya berkata kepada anda semua, bahwa menjadi profesional itu sama baiknya dan sama membanggakannya dengan menjadi seorang pengusaha. Karena dua profesi tersebut sama-sama memiliki ketergantungan (symbiosis mutualisme). Pengusaha tanpa profesional yang handal sulit untuk berkembang menjadi raksasa. Tanpa ada pengusaha, maka tidak ada pula profesional. Kalau anda sekarang adalah seseorang yang bekerja ikut orang lain, mulailah berusaha menjadi profesional. Karena seorang profesional bukan sekedar bekerja tetapi ahli di bidangnya. Banggalah menjadi profesional, tidak peduli walau anda memulai dari karyawan level paling bawah. Ingat itu adalah awal, bukan akhir. Tujuan akhir anda adalah menjadi profesional. Maka teruslah belajar, ambillah tanggung jawab lebih dalam pekerjaan anda sekarang. Bekerjalah dengan motivasi positif untuk mendapatkan ilmu yang bisa digunakan untuk mengembangkan perusahaan anda sekarang. Dan kalau anda saat ini adalah seorang pengusaha, tumbuhkan jiwa profesional dalam diri anda. Salam SUKSES! Budiono Lie Direktur PT. Total Quality Indonesia Ketua HIPMI Komp. Kewirausahaan Jakarta Selatan

Entrepreneurship Dalam Paradigma Mahasiswa Kebanyakan


Sebagian besar mahasiswa pada umumnya bercita-cita suatu saat jadi seorang wirausaha, namun terlebih dahulu berpikir untuk mencari pengalaman yang mumpuni di dunia kerja agar tidak rentan mengalami kegagalan saat memasuki dunia entrepreneurship itu sendiri. Selaain karena nilai kerugian modal dan kerja keras yang tentunya tidak sedikit bila mengalami kegagalan dalam berbisnis juga karena mencari modal awal untuk berbisnis itu sendiri bukanlah hal yang mudah. Hal itu yang akhirnya pilihan yang lazim dilakukan oleh para lulusan baru universitas setelah lepas dari dunia kampus adalah memasuki dunia kerja sebagai karyawan terlebih dahulu untuk menimba ilmu yang cukup dalam hal fondasi manajemen usaha dan juga mencari modal yang cukup sambil menggalang koneksi pertemanan yang bisa dijadikan partner berwirausaha yang baik sehingga menurunkan potensi risiko karena ada transfer risk. Ditambah lagi adalah untuk memperoleh kesempatan dalam mengumpulkan dana modal selama kerja agar cukup dengan kriteria dasar membuat usaha pada peluang bisnis yang akan dijalankan. Lagi-lagi serignya opsi ini menjadi pilihan yang moderat bagi hampir sebagian besar mahasiswa karena beberapa faktor yang dinilai menjadi penyebab : 1. Lingkungan sosial yang belum cukup mampu membentuk mentalitas baik untuk menjadi seorang risk taker 2. Lingkungan pendidikan yang lebih mengarahkan pemahaman pada learning by understanding bukan learning by doing. Sehingga output lulusan belum cakap untuk menjadi orang yang self directed. 3. Memulai usaha tidak semudah yang dibayangkan karena proses birokrasi yang belum sederhana. Sehingga jika tidak cukup pengalaman akan menjadi kendala sendiri 4. Paradigma masyarakat umum yang masih cenderung masih lebih mengambil manfaat secara pribadi (individualistis) dibanding memberikan solusi dan manfaat kepada orang lain (social careness oriented) 5. Tipikal pelajar/mahasiswa yang cenderung ingin mendapatkan hasil secara instan. Sehingga menilai bahwa kesuksesan dalam berwirausaha adalah pada saat menjalankan bisnis dengan skala tertentu yang diharapkan. Untuk itu tentu ada kesulitan dalam mencari akses modal yang mumpuni bagi seorang fresh graduate kecuali dari orang tua.

Anda mungkin juga menyukai