Anda di halaman 1dari 3

Teknik Operatif Pterygium 1.

Eksisi pterygium Anestesi subkonjungtival 4% lignocaine (Xylocaine) jika pasien kurang kooperatif dapat digunakan anastesi peribulbar. Pisahkan bagian kepala pterigium dengan limbus dengan surgical blade. Kemudian bagian leher dan badan diseksi dengan gunting Westcott sekitar 4- 6 mm dari limbus. Cara lain adalah dengan diseksi dibawah badan pterigium. Dengan repositor iris pisahkan badan pterigium dengan kornea. Setelah eksisi hampir seluruh bagian tenon, subkonjungtiva dan jaringan fibrovaskular dipisahkan dari konjungtiva dan lanjutkan eksisi ke arah fornik sampai karunkula. Hatihati jangan merusak otot rectus medialis. Kontrol perdarahan dengan kauter 2. Bare sclera Teknik ini tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan untuk melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu daerah sklera yang terbuka. Tingkat kekambuhan tinggi, antara 24 89 %, telah didokumentasikan dalam berbagai laporan. (2) 3. Simple closure Dengan tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya defek konjungtiva sangat kecil). 4. Sliding flaps Suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva digeser untuk menutupi defek. 5. Rotational flap Insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.

6.

Conjunctival graft Suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit. Keuntungan menggunakan conjungtival graft (3) : Mudah untuk dilakukan Mencegah bagian sklera yang terbuka Mengubah aliran darah Jaringan yang dibuang sedikit Tidak terbentuk dellen Menghindari penggunaan bahan lain Tidak memerlukan radiasi atau kemoterapi lanjutan tingkat kekambuhan antara 2 40 % pada beberapa studi

Memiliki

prospektif. Komplikasi jarang terjadi, dan untuk hasil yang optimal ditekankan pentingnya pembedahan secara hati-hati jaringan Tenon's dari graft conjungtiva penerima, manipulasi minimal jaringan dan orientasi akurat dari graft tersebut. (4) 7. Amnion membrane transplantation Dengan menutup sklera dengan membran amnion. Membran amnion dijahitkan melalui episklera dan konjungtiva dengan benang Vicryl 8-0 dan setelah itu mata ditutup. Amnion membrane transplantation mengurangi frekuensi rekuren pterygium,

mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata dan penelitian baru mengungkapkan menekan TGF- pada konjungtiva dan fibroblast pterygium. Pemberian mytomicin C dan beta irradiation dapat diberikan untuk mengurangi rekuren tetapi jarang digunakan. (1) Mencangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan pterygium. Meskipun keuntungkan dari penggunaan membran amnion ini belum

teridentifikasi, sebagian besar peneliti telah menyatakan bahwa membran amnion berisi faktor penting untuk menghambat peradangan dan fibrosis dan epitelialisasi. Tingkat kekambuhan sangat beragam pada studi yang ada, antara 2,6 -10,7 % untuk pterygium primer dan 37,5 % untuk kekambuhan pterygium sekunder. (5; 1) 8. Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan terapi baru dengan menggunakan gabungan angiostatik dan steroid. Terapi ini difokuskan pada pterigium yang rekuren dan jaringan kornea yang terdapat scar atau tipis. Prosedur ini memerlukan donor jaringan kornea dengan resiko penolakan donor. Masalahnya adalah tekniknya cukup sulit untuk dilakukan. (6)

Bibliography
1. Amniotic Membrane Transplantation for Primary Pterygium Surgery. Katbaab, Asadollah, Ardekani, Anvari, Hamid-Reza, Khosniyat, Hamid, Hosseini, Jahadi, Hamid-Reza. Shiraz : Journal of Ophtalmic and Vision Research, 2008, Vol. 3. 8. 2. Sidharta, Ilyas. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Jakarta : FKUI, 2010. 1. 3. Pterygium : A New Surgical Technique. Jharmawala, Mayur, Jhaveri, Reshma. Bombay : Journal of the Bombay Ophthalmologist's Association, 2000, Vol. 11. 9. 4. Management of Pterygium. Singh, Ravi, Liang, David, Aminlari, Ardalan. Cornea, Chicago : Ophtalmic Pearls, 2010, Vol. 3. 7. 5. Vaughan, G. Oftalmologi Ed 14. Jakarta : Widya Medika, 2000. 2. 6. Putra, A,K. Penatalaksanaan Pterigium Atmajaya. Jakarta : s.n., 2003. 3.

Anda mungkin juga menyukai