Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setelah pemerolehan bahasa, maka seorang anak akan berusaha untuk memaknai kata yang telah ia peroleh. Dalam pemaknaan kata yang ia peroleh tentu membutuhakan beberapa strategi dan butuh waktu yang lama. Pemerolehan makna inilah yang disebut dengan pemerolehan semantik. Dalam pemorelehan semantic setiap anak memilki cara yang berbeda-beda, ada beberapa teori yang mengungkapakan tentang pemorelehan semantic, dan dalam makalah kami akan membahas tentang pemorelehan semantic serta beberepa teori tentang pemorelehan semantic itu sendiri. B. Rumusan maslah 1. Bagaimana proses pemorelehan semantic pada anak-anak? 2. Teori-teori apa saja yang menjelaskan tentang pemerolehan semantic? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses pemerolehan seamntik pada anak-anak. 2. Untuk mengetahui teori-teori yang memebahas tentang pemorelehan semantic

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 1

BAB II ISI PEMEROLEHAN SEMANTIK Sebelum anak dapat mengucapakan kata, anak itu memaknai cara lain untuk berkomunikasi misalnya ia menggunakan tangis, gesture (gerakan kaki, tangan, mata, mulut dll). Pada mulanya kita sulit memberi makna untuk tangis yang kita dengar namun kelama lamaan kita mengetahui akan adanya tangis sakit, tangis lapar, dll (Dardjomidjojo, 2003) Pada pemerolehan semantic ada beberapa tahap yang dialami oleh anak yaitu sebagai berikut: a. Macam kata yang dikuasai Macam kata yang dikuasai anak mengikuti prinsip sini dan kini. Katakata yang diperoleh pada ujarannya dipengaruhi oleh lingkungan pada anak yang terdidik di kota tentu beda dengan anak yang tinggal di daerah terpencil. Ada dua jenis kata yaitu kata utama dan kata fungsi. Dari dua jenis kata yang ada seorang anak mengusai kat utama kebih dahulu. Misalnya kata bunga, jika ada bunga mawar. Seorang anak mengambil basic level yaitu kategori dasar jadi pengetahuan awalnya ia kenal sebagai bunga saja.

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 2

b. Cara anak menentukan makna Dalam menetukan makna suatu kata, anak mengikuti prinsip-prinsip universal, salah satu yang dinamakan overextension (penggelumbungan makna). Contoh kata bulan (moon) pada waktu anak diperkenalkan dengan kata bulan, dia mengambil fitur bentuk fisiknya yakni bulan itu bundar. Fitur kemudian diterapkn pada segala macam benda yang bundar seperti kue ulang tahun, jam diding, piring, dan hurf O. Tiap kali terapannya ditolak, dia merivis definisi tentang bulan sampai akhirnya dia memperoleh makna yang sebenarnya. c. Cara anak mengusai makna kata Dalam mengusai makna kata, anak-anak memakai beberapa strategi (Dardjomidjojo, 2003). Ada beberapa strategi yang dipakai yaitu sebagi berikut: Strategi referensi Dengan strategi anak-anak menganggap bahwa kata merujuk pada benda, perbuatan, proses dll. Misalnya kata ngumpet dia akan memaknai dengan perbuatan penyembunyian diri. Strategi cakupan object ( Object Scope) Pada strategi kata yang merujuk pada suatu object merujuk pada object itu secara keseluruhan. Tidak hanya sebagian dari objek itu saja. Misalnya, seorang anak diperkenalkan kepada object sepeda maka

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 3

keseluruhan dari benda itu akan dikuasainya bukan pada ban atau sadelnya saja. Strategi peluasan (extendability) Strategi ini mengasumsikan bahwa kata tidak hanya merujuk pada object aslinya tetapi pada objek objek lain dalam kelompok yang sama itu. Misalnya anak diperkenalkan dengan kucing, yang kebetulan bulunya hitam, dia akan tahu bahwa kucing lain yang bulunya putih juga dinamakan kucing. Cakupan kategorial Strategi ini menjelaskan bahwa kata dapat diperluas pemakainnya untuk objek-objek yang termasuk dalam kategori yang sama. strategi konvensiolitas anak berasumsi bahwa pembicara memakai kata-kata yang tidak terlalu umum tetapi juga tidak terlalu kusus. Kemungkinannya sangat kecil untuk orang dewasa memperkenalkan kata binatang atau mahluk untuk merujuk seekor perkutut. Juga kecil kemungkinannya untuk dia memakai perkutut Bangkok. Yang umum terjadi adalah bahwa dia akan memakai kata burung pada anak untuk merujuk pada perkutut itu.

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 4

Di dalam buku Psikolinguistik Kajian Teoritik oleh Abdul Chaer mengatakan secara umum Clark berpendapat bahwa ada empat tahap dalam pemerolehan semantic, yaitu: a. Tahap penyempitan makna kata Tahap ini berlangsung antara umur satu sampai satu setengah tahun. Pada tahap ini anak-anak menganggap satu benda tertentu yang dicakup oleh satu makna menjadi nama dari benda itu. Jadi, yang disebut dengan [meong] hanyalah kucing yang dipelihara dirumah saja. Begitu juga [guk-guk] hanyalah anjing yang ada dirumah saja tidak termasuk yang berada diluar rumah si anak b. Tahap generalisasi berlebihan Tahap ini berlangsung antara usia satu tahun setengah sampai dua tahun setengah. Pada tahap ini anak-anak mulai mmenggeneralisasikan makna suatu kata secara berlebihan. Jadi yang di maksud dengan anjing atau guk-guk dan kucing atau meong adalah sebuah binatang yang berkaki empat, termasuk kambing dan kerbau. c. Tahap medan semantic Tahap ini berlangsung antara usia dua tahun setengah sampai usia lima tahun, pada tahap ini anak-anak mulai mengelompokkan kata-kata yang berkaitan kedalam satu medan semantic. Pada mulanya proses ini berlangsung jika makna kata-kata yang digeneralisasi secara berlebihaan semakin sedikit, setelah kata-kata baru untuk benda-benda
Psikolinguistik-pemerolehan semantik Page 5

yang termasuk dalam generalisasi ini dikuasai oleh anak-anak. Misalnya, pada mulanya kata anjing berlaku untuk semua binatang berkaki empat namun setelah mereka mengenal kata kuda, kambing dan harimau maka kata anjing hanya berlaku untuk kata anjing saja. d. Tahap generalisasi Tahap ini berlangsung setelah anak-anak berusia lima tahun, pada tahap ini anak-anak telah mulai mampu mengenal benda-benda yang sama dari sudut presepsi bahwa benda-benda itu mempunyai fitur-fitur semantic yang sama. Pengenalan seperti ini semakin sempurna jika anak-anak ini semakin bertambah usianya. Jadi ketika berusia antara lima sampai tujuh tahun, mereka telah mampu mengenal yang dimaksud dengan hewan, yaitu semua makhluk yang termasuk hewan. Ada beberapa teori hipotesis yang membahas tentang pemerolehan semantic yaitu sebagai berikut: a. Teori hipotesis fitur semantic b. Teori hipotesis hubungan hubungan gramatikial c. Teori hipotesis generalisasi d. Teori hipotesis priimitif- primitive universal (Chaer, 2009)

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 6

a. Teori hipotesis fitur semantic Asumsi-asumsi yang menjadi dasar hipotesis fitur-fitur semantic adalah: 1. Fitur-fitur makna yang digunakan anak-anak dianggap sama dengan beberapa fitur makna yang dipakai oleh orang dewasa. 2. karena pengalaman anak-anak mengenai dunia ini dan mengenai bahasa yang masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan pengalaman orang dewasa maka anak-anak hanya akan menggunakan dua atau tiga fitur makna saja untuk sebuah kata sebagai masukan leksikon. 3. Karena pemilihan fitur-fitur yang berkaitan ini didasarkan pada pengalaman anak-anak sebelumnya maka fitur-fitur ini pada umumnya didasarkan pada informasi persepsi atau pengamatan. b. Teori hipotesis hubungan gramatikal Teori ini diperkenalkan oleh Mc nail (1970), menurutnya ketika dilahirkan anak-anak telah dilengkapi dengan hubungabn gramatikal dalam yang nurani. Oleh karena itu, anak-anak pada awal proses pemerolehan bahasanya telah berusaha membentuk satu kamus makna kalimat (sentence-meaning dictionary), yaitu setiap butir leksikal dicantumkan dengan semua hubungan gramatikal yang digunakan secara lengkap pada tahap holofrasis. Pada tahap ini anak-anak belum mampu menguasai fiturfitur semantic karena terlalu membebani ingatan mereka. Jadi, pada awal pemerolehan semantic hubungan-hubungan gramatikal inilah yang paling

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 7

penting karena telah tersedia secara nurani sejak lahir. Sedangkan fiturfitur semantic hanya perlu pada tahap lanjutan pemerolehan tahap semantic ini. Jika anak ana telah mencapai tahap dua kata pada usia satu setengah tahun sampai dua tahun, mereka baru mulai menguasai kamus makna kata berdasarkan makna kata untuk menggantikan kamus makna kalimat yang telah dikuasai sebelumnya. Penyesuaian kamus makna kata ini merupakan perkembangan kosakata anak-anak yang dilakukan secara horizontal atau secara vertical. Secara horizontal artinya pada mulanya anak-anak hanya memasukkan beberapa fitur semantic untuk setiap butir leksikal kedalam

kamusnya.kemudian dalam perkembangan selanjutnya barulah terjadi perubahan fitur-fitur lainnya secara berangsur-angsur. Secara vertical, artinya, anak-anak secara serentak memasukkan semua fitur semantic sebuah kata dalam kamusnya; tetapi kata-kata itu terpisah satu sama lain. Secara vertical ini berarti fitur-fitur semantic anak-anak itu sama dengan fitur-fitur semantic orang dewasa. c. Teori hipotesis generalisasi Teori hipotesis ini diperkenalkan oleh Anglin (1975,1977). Menurut Anglin perkembangan semantic anak-anak mengikuti satu proses generalisasi, yakni kemampuan anak-anak melihat hubungan hubungan semantic antar nama-nama benda (kata-kata) mulai dari yang konkret
Psikolinguistik-pemerolehan semantik Page 8

sampai pada yang abstrak. Pada tahap permulaan pemerolehan semantic ini anak-anak hanya mampu menyadari hubungan-hubungan konkret yang khusus diantara benda-benda itu. Bila usianya bertambah mereka membuat generalisasi terhadap kategori-kategori abstrak yang lebih besar. Umpamanya, pada awal perkembangan pemerolehan semantic anak-anak telah mengetahui kata-kata melati dan mawar melalui hubungan konkret antara kata itu dengan bunga-bunga tersebut. Pada tahap berikutnya setelah mereka semakin matang, mereka akan menggolongkan kata-kata ini dengan butir leksikal yang lebih tinggi kelasnya atau superordinatnya melalui generalisasi yaitu bunga. Selanjutnya, setelah usia mereka semakin bertambah, maka mereka pun akan memasukkan bunga kedalam kelompok-kelompok yang lebih tinggi, yaitu tumbuh-tumbuhan. d. Teory hipotesis primitif-primitif yang universal Teori ini mula-mula diperkenalkan oleh Postal (1966), lalu dikembangkan oleh Bierwisch (1970) dengan lebih terperinci. Menurut postal semua bahasa yang ada di dunia ini dilandasi oleh satu perangkat primitiveprimitif semantic universal (yang kira kira sama dengan penandapenanda semantic), dan rumus-rumus untuk menggabungkan primitiveprimitif semantic ini dengan butir-butir leksikal. Sedangkan setiap primitive semantic itu mempunyai suatu hubungan yang sudah ditetapkan sejak awal dengan dunia yang ditentukan oleh struktur biologi manusia itu sendiri.
Psikolinguistik-pemerolehan semantik Page 9

Bierwisch menyatakan bahwa primitive-primitif semantic atau komponen semantic ini mewakili kategori-kategori atau prinsip-prinsip yang sudah ada sejak awal yang digunakan oleh manusia untuk menggolongkan struktur benda-benda atau situasi-situasi yang diamati oleh manusia itu. Bierwisch selanjutnya menjelaskan bahwa primitive-primit atau fitur-fitur semantic ini tidak mewakili ciri-ciri fisik luar dari benda-benda itu tetapi mewakili keadaan psikologi berdasarkan bagaimana manusia memproses keadaan social denga fisiknya. Kemudian Bierwisch menjelaskan bahwa dalam pemerolehan makna tidak perlu mempelajari komponen-komponen makna itu, karena komponenkomponen makna itu telah tersedia sejak dia lahir yang perlu dipelajari adalah hubungan komponen-komponen ini dengan milik-milik fonologi dan sintaksis bahasanya. Ini berarti bahwa manusia menafsirkan semua yang diamatinya berdasarkan primitive-primitif semantik yang tersedia sejak ia lahir. Dengan demikian hipotesis primitive-primitif universal ini mau tidak mau harus menghubungkan perkembangan semantic anak-anak dengan perkembangan kognitif umum anak-anak itu.

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pemerolehan semantic adalah bagaimana seorang anak memaknai suatu kata. Dalam memberikan makna seorang anak membutuhkan beberapa proses dan strategi. Ada beberapa teori yang membahas tentang pemerolehan seamantik yaitu teori hipotesis semantic, teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal, teori hipotesis generelisasi, dan teori hipotesis primitive-primitif universal.

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 11

DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. (2009). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono. (2003). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Mnusia. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Psikolinguistik-pemerolehan semantik

Page 12

Anda mungkin juga menyukai